Diculik
Seorang wanita terbangun di sebuah kamar yang terasa begitu asing dengan gaun pengantin berwarna biru laut serta riasan yang sudah sangat rapi. Ketika terbangun di atas ranjang dengan penampilannya yang sedikit berantakan sebab dia mengucek matanya sedari tadi mencari kesadaran dengan sangat sempurna.
Wanita itu terbangun lalu mengedarkan pandangannya pada sebuah kamar yang cukup mewah. Rasanya ia merasa begitu asing dengan tempat ini. Ia terus mengerjabkan matanya karena merasa pusing saat ini. seingatnya dia berada di sebuah hotel dan hari ini adalah hari pernikahannya bersama dengan seorang pria anak pertama dari keluarga Arnold—Damian Arnold.
Pembawaannya yang sangat dingin dan kadang mengerikan ketika dipandang. Pernikahan tanpa ada perasaan cinta sedikitpun yang juga merupakan suatu paksaan dari kedua belah pihak keluarga yang memaksakan pernikahan tersebut dengan alasan perjodohan dan mereka berdua sangat pantas untuk berjodoh.
Wanita itu segera melupakan mengenai perjodohan. Saat ini dia hanya ingin tahu ini sebenarnya ada di mana?
"Kalian sudah berhasil membawanya kabur? Kerja bagus!!" terdengar sosok perempuan dari luar kamar itu.
Mata wanita yang ada di dalam ruangan membulat ketika mendengar kabar mengenai ia yang dibawa kabur, dalam arti—ia diculik oleh seseorang di hari pernikahannya.
Di kamar tempat dia berada kali ini, ia segera mencoba untuk mencaritahu mengenai apa yang terjadi pada dirinya sampai bisa diculik seperti sekarang. Kamar mewah dengan ranjang berukuran kingsize. Di sebelah kanannya ada jendela. Sebelum itu wanita tersebut mencoba untuk mengganti gaunnya dengan pakaian yang lain. Beruntunglah dia menggunakan celana legging hitam panjang yang menjadi dalamannya saat mengunakan gaun pengantinnya yang begitu panjang.
Di sisi kiri kamar itu terdapat sebuah lemari besar terbuat dari kayu yang terlihat begitu mewah. Ia yakin pemilik apartemen ini bukanlah milik orang biasa. Dia yakin jika pemiliknya dari kalangan orang yang bukan dari keluarga biasa.
Dengan segera ia membuka lemari itu untuk mencari pakaian yang bisa dia gunakan.
Beruntunglah ia menemukan kaos hitam lalu segera membuka gaun pengantinnya.
"Apa dia aman?" terdengar lagi suara seorang perempuan yang sedang bicara kepada anak buahnya.
Tawa anak buahnya, "Dia masih terpengaruh obat bius,"
"Baguslah. Dia tidak akan pernah bisa kabur dari kamar lantai dua puluh empat ini,"
Ia membekap mulutnya ketika mendengar informasi mengenai dia berada di sebuah kamar apartemen yang sangat tinggi.
Sejak menginjak usia delapan tahun dan juga kedatangan kakak tirinya. Rasanya hidup Renata sudah begitu hancur semenjak orang tuanya bercerai lalu dia diambil oleh ayahnya kemudian ibunya entah pergi ke mana.
Wanita itu menyeka air matanya, dia segera menahan pintu dengan sofa tunggal yang ada di kamar tersebut. Beruntunglah tidak menimbulkan suara yang berisik begitu dia mendorong sofa itu untuk menahan pintu ketika dia ketahuan ingin kabur nanti. Entah bagaimana pun rencana selanjutnya dia akan memikirkannya nanti.
Renata menuju jendela kemudian membukanya. Begitu dia melihat ke arah bawah. Dia menarik napas panjang dan mengembuskannya dengan sangat pelan saat melihat ketinggian yang tidak memungkinkan dia untuk kabur.
Tapi tunggu...
Disebelah kiri kamar dengan balkon yang tidak terlalu jauh. Dengan jenjang kaki yang cukup tinggi memungkinkan dia bisa melompat dari tempat itu.
"Nanti kalau dia bangun, bawa dia pergi dari sini. Lalu asingkan dia ke tempat yang sangat jauh. Dia tidak boleh punya hubungan apa pun dengan Damian!"
Renata berhenti sejenak.
Semua ini berhubungan dengan Damian? Jadi pria itu yang sudah merencanakan penculikan ini karena tidak setuju dengan pernikahan yang akan terjadi beberapa saat lagi.
Pria b******k itu ternyata sangat licik untuk ukuran pria baik-baik.
Renata naik di ujung balkon dan siap melompat dengan rasa yang penuh keyakinan. "Tuhan, tolong aku untuk kali ini saja," do'a Renata.
Braaaak.
Dia berhasil melompat dari balkon yang ada di kamar sebelah sampai di balkon yang ada disebelah kiri dari tempat dia disekap. Beruntunglah para penculiknya tidak ada yang mengikat dirinya hingga dia bisa kabur seperti sekarang ini.
Bug bug bug
Dia menggedor jendela kamar yang ada disebelahnya takut dengan para penculik yang terlebih dahulu menemukan dirinya yang sudah berhasil kabur.
Sosok pria yang berada di kamarnya berkutat dengan monitor laptop untuk memeriksa beberapa jadwalnya untuk besok pagi mendengar suara yang berasal dari jendelanya.
Siapa yang malam-malam bertamu. Apalagi dari balkon.
Apakah itu setan?
Pria dengan tinggi badan kira-kira seratus delapan puluh sentimeter itu mengambil sebuah tongkat untuk memukul yang mengetuk jendela kamarnya. Berharap bahwa itu bukanlah setan seperti yang dia pikirkan.
Ia melangkah pelan lalu menarik tirai.
Menemukan sosok perempuan yang tidak bisa berhenti mengetuk jendela kamarnya sambil menangis.
Ia membuka jendela kamar itu dan sosok perempuan itu terlihat sangat panik. Kesal dengan orang yang masuk begitu saja setelah dia menutup kembali jendela tersebut. Ia menarik tangan sosok wanita yang usianya terlihat masih sangat muda. Tapi dengan dandanan yang seperti itu, dia yakini bahwa wanita ini baru saja kabur.
"Apa kamu melompat dari balkon sebelah?"
Wanita itu mengangguk, ia tidak percaya dengan kenekatan wanita ini. Sebagai seorang pria, dia pasti akan memikirkan bagaimana cara kabur selain melompat dan membahayakan nyawanya saat terjatuh pasti tidak akan selamat dari lantai dua puluh empat.
Wanita itu terus menangis dengan riasan make up yang berantakan. "Aku diculik," kata wanita itu dengan raut wajah yang ketakutan.
"Diculik? Kamar penculiknya di mana?" tanya ia yang ingin mencari jawaban dari wanita yang tubuhnya bergemetar karena ketakutan.
Wanita itu menunjuk ke sebelah kanan, "Dia.... dia ada disebelah kamarmu ini. A-aku takut kalau dia datang ke tempat ini,"
Pria itu tidak berekspresi sama sekali. "Mereka tidak akan mencari kemari," kata pria itu. "Siapa namamu?"
Wanita itu sesenggukkan dan terlihat masih sangat ketakutan. "Duduklah!" di kamar ini. Tidak pernah ada sosok wanita yang sudah masuk ke dalam kamarnya selain wanita yang sedang duduk di ranjangnya kali ini.
Ini adalah korban dari penculikan yang entah apa motif dari penculik tersebut membawanya ke tempat ini. Lagipula jika ingin menculik. Pasti akan membawa ke tempat yang sangat jauh dan juga sepi. Bukannya justru membawa wanita ini ke apartemen lalu menyekapnya.
Tok tok tok
Terdengar suara seseorang mengetuk pintu utamanya.
Wanita itu langsung berhamburan dan bersembunyi dibalik pria denga rambut hitam legam serta tubuh yang begitu sempurna. "Itu pasti mereka," ucap wanita itu dengan ekspresi yang begitu ketakutan.
"Aku keluar sekarang," jawabnya dan melepaskan tangan wanita itu dari bahunya.
Dia berjalan dengan bermalas-malasan uuntuk membuka pintu.
"Selamat malam, Tuan. Apa ada seorang gadis yang melompat ke tempat ini? Dia lompat dari balkon," tanya dua orang bertubuh besar mengerikan dengan tato yang penuh ditubuhnya serta ia melihat ada tali yang mereka bawa.
Pria itu memperllihatkan ekspresi yang tenang dan tidak panik. "Tidak ada, lagipula siapa yang sudah gila melompat dari balkon dan mempertaruhkan nyawanya dengan sangat konyol," jawabnya dengan mantap.
Kedua orang itu kemudian saling tatap lalu berpamitan kepadanya.
Ia kembali masuk lagi ke dalam kamarnya untuk melihat wanita yang ada di dalam kamarnya itu. "Merepotkan sekali," ucapnya dan kembali mengambil laptopnya. "Keluarlah!"
Wanita itu menggeleng dengan cepat. "Tolong bantu aku!"
Tatapan pria itu tajam seperti seekor elang yang siap untuk menerkam mangsanya. "Apa alasanku untuk membantumu?"
"Aku akan melakukan apa pun untukmu, aku janji," ucap seorang wanita itu dengan sangat yakin dengan ucapannya.
Siapa lawan bicaranya kali ini?
Apa dia tidak sedang bercanda mengatakan ini semua?
Seperti seekor mangsa yang masuuk ke dalam kandang singa.
"Baik, mari kita lakukan apa yang baru saja kamu katakan bahwa kamu akan melakukan apa pun."
Pria itu berusaha untuk memastikan apa yang dikatakan oleh wanita yang ada di depannya kali ini.