“Re aduh duh, Re. Yang bawah, Renata!” Denis menepati janjinya berjalan dari rumah mama sampai ke tempat tinggalnya yang malah sekarang merasa kakinya sangat nyeri karena lelah berjalan. Dia dipijat oleh Renata dengan krim pereda nyeri pada betisnya. Tidak pernah dia berjalan sejauh ini karena membuktikan cintanya yang dianggapnya sangat konyol itu. Tapi Denis bersyukur kalau Renata tidak menolak diajak menikah cepat. Denis menarik tangan wanita itu lalu mencium Renata. “Mulai deh, Kak.” “Sekarang panggil kakak, biasanya panggil Denis. Terus sering banget manggil sayang.” “Tergantung suasana hati aku dong.” Denis memilih mengalah, dibandingkan dia berdebat dengan Renata yang tidak akan pernah ada ujungnya nanti. Rasanya dia benar-benar bodoh sekarang. Denis berbaring di kamar dan bahk