Pihak kepolisian telah menangkap pelaku penyebar berita palsu mengenai aktor ternama Arion Narendra.
Arion Narendra kasuskan pelaku penyebar hoax tentang dirinya.
Menjadi berita nasional, ternyata semua hanya kebohongan.
Arion Narendra tak main-main dengan pelaku yang sudah mencemarkan nama baiknya.
Ternyata, Arion Narendra memasuki hotel bersama Laura Deolina untuk menengok ibunya yang jatuh pingsan.
Lama bungkam, Arion Narendra akhirnya buka suara.
Pelaku penyebar hoax, tak lain adalah pegawai hotel tempat kejadian.
Laura tersenyum puas. Semalam, Naren menghubunginya bahwa pelaku penyebar foto yang menggiring opini negatif pada publik itu telah tertangkap. Dan boom, hari ini beritanya sudah naik. Dan menjadi trending dimana-mana. Pelaku tak lain adalah pegawai hotel dimana menjadi tempat istirahat Bunda Naren. Saat dimintai keterangan, dengan enteng hanya karena iseng saja. Dia tidak sadar bahwa ke isengannya berakibat buruk dan merugikan bagi banyak pihak.
Beban berat yang ada di pundak menguap begitu saja. Harinya yang menyenangkan akan datang lagi.
"Wah Dek, udah ketangkep pelakunya," ucap Lilina lega. Kebenaran akhirnya menang dan terbongkar.
"Iya Ma. Seneng banget deh," balas Laura dengan senyum lebar.
"Terus berarti udah selesai kan masalahnya?"
"Kayanya sih udah Ma. Kalo Naren nanti katanya mau ngadain konferensi pers apa klarifikasi di depan media gitu. Biar semuanya clear kali." Laura mengedikkan bahunya.
Sesuai yanh disampaikan Naren, mungkin nanti siang atau sore lelaki itu akan mengundang media untuk memberikan penjelasan. Juga menegaskan bahwa akan menindak tegas semua pelaku yang berkaitan dengan gosip ini. Sebenarnya bisa saja pelaku dibebaskan dari hukum, tentu saja jika Naren dan Laura memaafkan dan mengampunkannya. Laura dapat memaafkan pelaku namun Naren enggan. Katanya untuk memberi efek jera pelaku agar tak mengulanginya lagi.
"Yaudah nanti malem kita makan di luar ya. Merayakan kebebasan kamu dari gosip," ucap Lilina senang.
Laura mengangguk girang. Rasanya seperti terlahir kembali.
Setelah makan pagi usai, Laura bersantai di kamar sembari menonton acara gosip yang hampir semuanya menayangkan berita tentang dirinya dan Naren. Sekarang Laura berani menonton karena bukan hal negatif lagi yang dibicarakan.
Bosan dengan acara televisi, Laura beralih pada ponsel di genggamannya. Hujatan dan makian yang beberapa hari lalu berdatangan tanpa henti, kini hanya beberapa saja yang masuk. Kebanyakan sih meminta maaf karena telah berucap kasar sebelumnya. Takut di laporkan mungkin. Dasar.
Handphone berdenting. Menandakan adanya pesan masuk.
Dari : Kak Naren
Barangkali mau nonton. Acaranya lima menit lagi di tv 5. Live.
Laura menekan remot. Mengarahkan layar televisi untuk ke chanel tv 5. Live. Untuk apa coba, ditayangkan secara live. Padahal tidak terlalu berdampak bagi masyarakat informasinya. Ah, Laura lupa. Sekarangkan yang penting bisa mendatangkan cuan. Acara televisi tak peduli apa yang mereka tayangkan penting atau tidak.
Tak lama, Naren memasuki ruang yang akan menjadi tempat untuk menceritakan fakta yang ada. Entah, Laura juga tidak tahu dimana itu. Dengan menggunakan kaos hitam panjang dan celana jeans yang menutupi sampai pergelangan kaki. Hari ini, Naren memakai kacamata bulat sebagai aksesoris tambahan. Terlihat manis dan seolah mudah untuk digapai.
Naren menceritakan dari awal pertemuan dengan Laura dan sampai kejadian di foto. Membantah semua yang media pikirkan sebelumnya. Sedang tak jauh dari posisi Naren. Terlihat pelaku yang duduk dengan menunduk.
Sepanjang tayangan, terlihat bahwa pelaku tak bergerak sedikitpun. Menundukkan kepala sampai akhir acara. Terlihat bahwa pelaku menyesali perbuatannya. Niatnya memang iseng. Memfoto dan menjadikan story di status w******p nya. Namun entah mengapa bisa menjadi besar dan merugikan banyak pihak.
"Kasihan banget deh. Jadi gak tega," gumam Laura iba. Yang Laura takutkan, jika pelaku diproses secara hukum, otomatis akan keluar dari pekerjaan. Dan barangkali pelaku merupakan tulang punggung keluarga yang harus menafkahi anggota keluarganya. Laura tidak mau ada yang menderita dibalik penangkapan ini.
"Tapi nanti kalo dibebasin bakal ngulang dan jadi contoh buat yang lain." Laura berperang dengan sisi pro dan kontra dalam dirinya.
"Ya udah deh. Biar Kak Naren aja yang urus. Dia yang lebih berhak di sini," ucap Laura final. Tak mau ikut campur lebih dalam pada masalah ini. Cukup sampai di sini saja terlibat dengan artis. Laura ingin hidup damai dan tentram seperti sebelumnya.
***
Seperti rencana Lilina tadi pagi, Deon sekeluarga pergi makan di restoran yang sebenarnya tergabung dalam jajaran kerajaan bisnisnya. Selain rasa dan kenyamanan yang terjamin, menambah pemasukan restoran milik sendiri kan lebih menguntungkan.
Makan malam berlangsung damai. Kelima orang yang terdiri dari Lilina, Deon, David, Kevin dan Laura tampak tengah berbincang sembari menyantap hidangan penutup.
"Besok berarti Kamu mulai masuk sekolah ya Dek," ucap Lilina mengingatkan. Takutnya Laura malah betah tidak masuk sekolah.
"Ma, besok kan Minggu," balas Laura santai.
"Ya ampun. Mama itu jadi pelupa deh sekarang. Apa karena udah tua ya?" Lilina menepuk keningnya pelan.
Yang mendengar hanya tertawa. Padahal sudah sejak dulu penyakit lupa Lilina itu ada.
Obrolan ringan itu terhenti saat seorang pria berpakaian santai menghampiri dan menyapa salah satu orang di sana.
"Bang David," sapanya semangat. Ada nada ragu yang terselip. Seperti kurang mempercayai bahwa yang dilihatnya memang benar orang yang dimaksud.
"Oh hai Bro. Apa kabar Lo." David berdiri. Menghampiri dan memberi salam khas lelaki.
"Kabar baik Bang. Ya ampun gak nyangka bakal ketemu sama Lo di sini. Kabar Lo pasti baik aja kan ya?" tanya orang itu disertai tawa.
"Bisa aja Lo. Kan karena Lo nya aja yang sibuk terus."
Laura hanya melongo ditempatnya. Bingung mengenai apa yang inderanya tangkap. Bagaimana bisa?
"Oh iya Dek, ini idola Lo kan?" tanya David tiba-tiba pada Laura.
"Oh hai Laura," sapa orang yang tak lain adalah Naren.
Laura hanya tersenyum kecil. Warna merah menjalar ke seluruh bagian wajahnya. Malunya itu luar biasa. Rasanya ingin menenggelamkan diri saja.
"Ma, Pa, Dek. Kenalin ini Arion atau yang biasa disebut Naren sama si Adek." David memperkenalkan Naren dengan nada sedikit meledek saat melirik Laura.
Laura makin menundukkan kepalanya. Kenapa bisa tiba-tiba seperti ini? Bagaimana bisa Naren berteman ah mungkin berteman dekat dengan Abangnya? Dan Abangnya selama ini diam saja, di saat setiap harinya Laura hampir selalu memuji semua tentang Naren. Yang Laura takutkan sekarang, David akan membongkar semua kelakuan dan rasa kesukaannya pada Naren langsung. Jangan lupakan si mulut jahil Kevin yang ada di sini juga.
"Selamat malam, Om, Tante, Bang dan Laura. Secara langsung, Saya mau memohon maaf sebesar-besarnya atas kejadian tidak mengenakkan yang menimpa belakangan ini. Semua karena salah Saya," ucap Naren tulus.
"Ah, tidak apa-apa Nak Naren. Lagi pula juga sudah selesai masalahnya. Ayo sini duduk-duduk dulu," tawar Lilina.
"Maaf sebelumnya, Saya harus segera ke lokasi syuting. Untuk itu, Saya permisi dulu ya semua," pamit Naren. Pria itu tak lupa mencium tangan kedua orang tua Laura untuk berpamitan. Sedang dengan keturunab Deon Lilina, hanya melemparkan senyum.
Laura bernafas lega. Akhirnya pergi juga. Masih aman rahasianya.
"Dek, ternyata ganteng banget ya. Tau aja Kamu mana cowok ganteng," celetuk Lilina setelah Naren tak terlihat lagi.
"Emang ganteng Ma," ucap Laura tersipu.
"Ya ampun. Gantengan juga Gue kemana-mana," gerutu Kevin kesal. Apa fans Naren di rumah akan bertambah menjadi dua? Kevin tidak siap akan hal itu.