Sorenya Anna mengajak Gerald pergi bertemu Gisela.
"Anna!" Gisela melambaikan tangannya saat melihat Anna sedang mengandeng bocah laki-laki.
Anna langsung berjalan menghampirinya, "Apa sudah lama?"
Gisela menggeleng, "Tidak. Baru saja aku sampai." Ia melirik Gerald, "Apakah dia Gerald anakmu?"
Anna mengangguk antusias, "Ya dia Gerlad."
"Gerald kenalkan ini adalah Aunty Gisela, yang nanti akan mengajar Gerald di sekolah," ujar Anna mengenalkan Gisela kepada Gerald.
Gerald mengulurkan tangannya, "Gerald Aunty."
Gisela menerima uluran tangan Gerald, "Halo Gerald." Kemudian ia mengusap pucuk kepala Gerald.
"Sepertinya Gerald tidak nyaman," bisik Gisela.
"Iya Gerald belum terbiasa di tempat ramai seperti ini Gis,"
"Pesankan Gerald makanan An, aku kasian melihatnya,"
Gerald memang tidak pernah pergi ke tempat seperti ini, jadi ia tidak terbiasa dengan banyak orang. Biasanya Gerald hanya diam seorang diri di kamar sempit nan gelap itu, "Tenang Sayang, ada mommy di sini. Gerald tidak akan apa-apa." ujar Anna memegang tangan mungilnya. Terlihat sekali Gerald tidak nyaman.
Lama kelamaan Gerald mulai bisa membiasakan diri di sana, ia mulai merespons saat Gisela mengajaknya berbicara. Anna bisa bernafas lega, karena tak perlu waktu lama untuk Gerald berinteraksi dengan orang-orang sekitarnya.
"Dia anak yang pandai An,"
Anna setuju dengan Gisela, sayang sekali jika kedua orang tuanya menelantarkan Gerald, "Ya aku setuju denganmu. Dia cepat menangkap saat aku mengajarinya."
"Kurasa orang tuanya cukup bodoh membiarkan Gerald begitu, apalagi suamimu itu!" Mendengar cerita tentang Gerald, Gisela ikut murka dengan apa yang dialami bocah tersebut.
"Ya memang dia bodoh!"
Saat tengah berbincang, Anna menangkap sosok Jeremy bersama calon Gisela, "Gis lihatlah bukankah itu Rafael?"
Gisela menoleh mengikuti arah pandang Anna, "Oh ya! Itu Rafael, dan bukankah itu suamimu An?"
"Mengapa dia bersama Rafael?" gumam Anna.
"Sayang aku di sini!" Gisela melambaikan tangannya memanggil Rafael.
"Bodoh! Kenapa kamu memanggilnya?" decak Anna.
"Biarkan saja, Rafael memang tadi mengatakan bahwa dia ada meeting di sini dan aku tidak tau kalau ternyata dia bersama suamimu,"
Sangat, sangat sialan bukan?
Anna menghela nafas pasrah. Ia melihat Gerald yang masih menikmati spaghetti bolognesenya. Rupanya Gerald belum tau ada Jeremy di sana.
Jeremy memicingkan mata saat melihat Anna dan Gerald sedang bersama kekasih rekan kerjanya, Rafael. Ia mengikuti Rafael menghampiri mejanya.
"Kau ada di sini juga Sayang?" ujar Rafael mencium pipi kanan dan kiri Gisela.
Reflek Anna menutup mata Gerald, "Hei tolong lihatlah sekitar kalian!" protes Anna.
Rafael menoleh, "Oh hei An, kau juga ada di sini?"
"Hmm," sahut Anna.
"Siapa dia?" tanya Rafael saat melihat ada anak kecil di samping Anna.
"Dia anakku," ujar Anna sambil melirik Jeremy yang juga sedang meliriknya sinis.
Rafael menepuk keningnya, "Astaga aku lupa kau sudah menikah kan An!" ia tertawa. "Maafkan aku An."
"Ya aku tau sekarang kau banyak pikiran, apalagi pesta lamaran kalian sebentar lagi akan di gelar."
"Begitulah An. Dan di mana suamimu An?"
Dengan enteng Anna menjawab, "Dia ada di belakangmu Raf."
Rafael menoleh, hanya ada Jeremy. Ia mencari-cari siapa yang dimaksud Anna.
"Mr Jeremy?"
Anna mengedikkan bahu lalu melanjutkan makannya, sedangkan Gerald kaget melihat Jeremy yang tiba-tiba ada di sana.
Gisela mengedipkan sebelah matanya, memberi kode kalau Jeremy memang suami Anna. Pasalnya Rafael saat itu tidak pergi ke pernikahan Anna karena ia sedang bertandang ke Paris jadi Rafael tidak tau siapa suami dari Anna.
"Dunia memang sempit, dan ternyata kau adalah istri Mr Jeremy,"
Jeremy tersenyum tipis, ia juga tidak tau bila Anna kenal dengan Rafael.
"Silahkan duduk Tuan," ujar Gisela memperkenankan Jeremy bergabung di mejanya.
Anna hanya menunjukkan wajah datarnya. Ia masih kesal dengan Jeremy.
Suasana mendadak menjadi hening, Gisela yang awalnya banyak bicara sekarang langsung diam, pun dengan Anna.
Jeremy dan Rafael tampak menikmati makanannya, tak tau jika Gisela dan Anna sedang beradu tatap merasa canggung untuk membuka suara.
"Ekhem!" Gisela berdeham. "An bagaimana mengenai sekolah Gerald?"
"Oh iya aku hampir lupa ingin membahas itu," sahut Anna. "Jer kau ingat kan kemarin aku katakan bahwa aku memiliki teman seorang guru?"
Jeremy mengangguk sambil menatap Anna, "Ya dia orangnya, Gisela."
Kalau mengenai Gisela, Jeremy tau bahwa perempuan itu adalah teman Anna.
"Aku rasa Gerald bisa sekolah di tempat Gisela mengajar,"
"Ya aku terserah kau saja,"
Anna memutar bola matanya malas, sebenarnya manusia jenis apa Jeremy ini? Mengesalkan sekali.
"Menurutku lebih baik Gerald daftarkan saat penerimaan murid baru saja An, kalau kau daftarkan sekarang tanggung sekali," kata Gisela. "Bulan depan sudah masuk penerimaan murid baru." tambahnya.
"Begitu ya? Baiklah," sahut Anna. Ia beralih menatap Gerald yang berkutat dengan lego yang tadi Anna belikan. "Kata Aunty Gisela, Gerald baru bisa sekolah bulan depan Sayang,"
"Iya Mommy," jawabnya.
Untunglah Gisela dengan skill cerewetnya bisa mencairkan suasana awkward di sana. Sesekali Jeremy mengulum senyum tipis melihat tingkah pasangan kekasih di depannya.
Karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, Gisela dan Rafael pamit untuk pulang terlebih dulu, "Kalian jangan lupa datang akhir pekan nanti!" kata Gisela sambil melambaikan tangan.
"Aku usahakan datang Gis," sahut Anna. Tadi Anna juga meminta maaf karena tidak bisa membantu Gisela mempersiapkan pestanya. Dan Gisela memaklumi itu, meski ada sedikit perasaan tidak enak Anna kepada Gisela, sebab Gisela adalah satu-satunya sahabat Anna yang ada selama ini.
"Apa kau ingin langsung pulang?" tanya Jeremy.
Anna mengangguk, "Ya lihatlah Gerald sudah mengantuk." Mata hitam milik Gerald menatap Anna, "Ayo mommy gendong. Tampaknya kau kelelahan ya Sayang."
Anna berdiri merentangkan tangannya hendak mengendong Gerald. Tetapi Jeremy menghalanginya, "Biar aku saja!" ucapnya.
"Mommy," mata Gerald yang tadinya mengantuk berubah berkaca-kaca.
"Tidak usah Jer. Gerald takut kepadamu!"
"Oh ayolah, kau anak laki-laki jangan manja!" ujar Jeremy sedikit keras kepada Gerald.
"Jer!" sentak Anna. "Berapa kali ku bilang, pelankan suaramu!" Anna menarik Gerald lalu menggendongnya.
Anna berjalan mendahului Jeremy, ia geram dengan tingkahnya. Tidak bisakah dia berbuat untuk lebih halus dalam berucap, terlebih mereka sedang berada di tempat umum. Anna kasian melihat Gerald yang ketakutan. Bukan salah Gerald ia takut pada Jeremy, karena memang Jeremy yang melakukan hal-hal yang membuat anak laki-laki tersebut takut.
Anna mendekap tubuh Gerald, rupanya dia sudah tertidur di gendongan Anna. Jeremy yang melihat Anna menggendong Gerald terenyuh hatinya. Bahkan Mauren dulu benar-benar tidak peduli dengan Gerald entah dia sudah makan atau belum, Mauren tak mau tau sedangkan Anna yang hanya ibu sambung anak laki-laki itu, tampak selalu mendahulukan Gerald dalam apapun.
Saat tadi ia juga melihat Anna memisahkan tulang-tulang ayam sebelum Gerald makan, ia menyuapi Gerald padahal makanannya sudah tersaji di meja. Tidak hanya di rumah, di luar pun Anna tidak malu melakukan itu.
Jeremy sedikit takjub dengan wanita yang kini berjalan di depannya, higheels yang ia gunakan tidak sedikit pun membuatnya mengeluh. Ah sial! Sekuat apa tenaga Anna?
***