Akhir pekan ini Anna akan pergi ke undangan pesta Gisela dan Rafael, tentunya ia akan mengajak Gerald. Jeremy? Entah terserah dia, Anna tidak memikirkannya.
Mereka kini berada di satu meja makan sedang menikmati sarapan. Seperti biasanya ia akan mengambilkan makanan untuk Gerald terlebih dulu setelah Gerald selesai makan, barulah Anna.
"Gerald mau ayam?" tanya Anna.
Gerald mengangguk, "Jangan pakai sayur Mom. Gerald tidak suka." ujarnya menolak saat Anna hendak memberikan sayur di piringnya.
Tidak heran melihat anak seusia Gerald tidak suka dengan sayur, namun Anna tak kehilangan akal untuk membuat anaknya tetap makan sayur. "Memangnya sayur tidak enak?"
Gerald mengangkat kedua tangan menggerak-gerakkan di depan dadanya seolah berkata "tidak"
"Tapi Gerald tidak suka Mom." keukeuhnya.
"Gerald ingin sehat dan cepat besar tidak?"
Gerald mengangguk antusias, "Mau Mom!"
"Nah makanya biar sehat dan cepat besar Gerald harus makan sayur."
"Apa harus Mom?"
Anna mengangguk, "Gerald mau mencobanya?"
Gerald terlihat bimbang, namun kemudian ia mau.
Anna tersenyum lalu mengambilkan sedikit sayur ke piring Gerald, "Sedikit dulu kalau Gerald tidak suka tidak apa-apa."
"Baik Mom," Kalau memang Gerald tidak suka, Anna akan memikirkan cara lain mengingat diumurnya yang sekarang ia butuh banyak konsumsi sayur apalagi tubuh Gerald yang kurus seperti itu.
"Gerald tau binatang kelinci?"
"Tau Mom,"
"Kelinci suka makan apa?"
"Wortel." jawab Gerald sambil menunggu Anna melanjutkan bicaranya.
"Nah Gerald pernah melihat kelinci memakai kacamata tidak?"
Mendengar penuturan Anna, Jeremy menahan tawa. "Ada-ada saja wanita ini." batin Jeremy.
"Tidak pernah." sahut Gerald.
"Makanya Sayang, sayur itu penting 'kan?"
Gerald meringis, "Iya Mom. Mulai sekarang Gerald harus suka sayur biar sehat dan cepat besar. Gerald ingin melindungi mommy!" serunya.
"Sayang," Anna memeluk tubuh Gerald terharu. Tampak Gerald sangat menyayangi Anna.
Jeremy berdecih, mereka pikir disini hanya ada mereka berdua. Sejak tadi Jeremy merasa tidak dianggap, Anna sibuk berinteraksi dengan Gerald sedangkan dia hanya diam melihat interaksi mereka berdua.
"Ini meja makan! Bukan tempat menye-menye!" sewotnya.
Anna melirik tajam Jeremy, "Kau iri?" sinis Anna.
Jeremy tersenyum miring, "Untuk apa!"
"Dasar gila!" lirih Anna yang masih bisa di dengar Jeremy.
"Apa katamu?" bentak laki-laki tersebut.
"Apa?" tantang Anna. "Ini meja makan, kalau kau masih ingin marah-marah lebih baik pergilah!" Anna benar-benar tidak takut, bahkan ia berani mengusir Jeremy.
Wajah Jeremy merah padam, ia menahan amarahnya. Nafsunya untuk makan sudah hilang, tanpa bicara ia beranjak pergi dari sana. Gerald menatap Anna takut, "Tidak apa-apa Sayang. Daddy hanya sedang banyak fikiran."
***
Jeremy menggulung kemejanya sampai lengan, ia mendobrak pintu ruangannya dengan cukup tenaga. Frans hanya menggelengkan kepalanya, sudah tau apa yang membuat sahabatnya uring-uringan seperti itu.
"Anna lagi?"
"Diamlah!" Jeremy berlalu duduk di kursinya lalu mengusap wajahnya kasar. "Sialan!" Ia terus mengumpat.
"Aneh, kalian itu suami istri. Jangan seperti bocah, sebentar lagi papa kau pulang Jer. Pasti dia akan menanyakan soal cucu." Robert sedang berada di US dari seminggu yang lalu, ada beberapa pekerjaan yang memang harus diurusnya.
"Diamlah b******n! Lebih baik kau tutup mulut baumu itu!"
"Sialan!" gerutu Frans.
Jeremy semakin pusing, karena apa yang dikatakan Frans itu benar. Sebentar lagi Robert pulang dan pasti menanyakan soal anak.
"Argh! b******k!" teriaknya.
Anna yang keras kepala ditambah Jeremy yang seenaknya, tidak ada yang saling mengalah. Membuat darah Jeremy selalu mendidih bila berinteraksi dengan Anna.
Jeremy menarik nafas panjang kemudian menghembuskan pelan, mencoba fokus untuk kembali bekerja. "Katakan apa jadwalku sampai minggu depan!"
"Nanti dan besok kau ada jadwal meeting siang. Lusa kau harus terbang ke Singapore selama 3 hari. Dan di hari Sabtu kau ada undangan dari Mr Rafael untuk menghadiri perayaan lamarannya." Frans menerangkan semua kegiatan Jeremy.
Setidaknya Jeremy merasa puas untuk tidak bertemu Anna selama 3 hari, ia bisa merefreshingkan kepalanya meskipun tidak akan bisa. Baru kali ini ada sosok asing yang membuat Jeremy tidak betah berada di rumahnya sendiri.
"Baiklah aku akan siap-siap untuk meeting sebentar lagi," ujar Jeremy.
Tiba-tiba pintu ruangannya dibuka oleh seseorang, "Siapa yang menyuruhmu pergi bekerja anak nakal!"
Jeremy terkesiap melihat Robert datang, pasalnya Robert menyuruhnya untuk cuti terlebih dahulu. Mungkin maksud Robert memberi waktu untuk Jeremy menghabiskan waktu bersama Anna, nyatanya baru 2 menit bersama Anna membuat emosi Jeremy naik sampai ke ubun-ubun.
"Sudah papa katakan kalau papa tidak mengizinkan kau pergi bekerja!"
"Pa dengarkan Jeremy dulu, banyak pekerjaan yang tidak bisa Jeremy tinggal." sergahnya.
"Papa tidak peduli, bukankah papa sudah menyuruhmu untuk cuti hah!"
Kalau sudah begini, Jeremy tidak lagi bisa membantah Robert. "Baiklah aku akan pulang!" sahut Jeremy pasrah.
"Cancel jadwal penerbangannya Frans!" titah Robert.
Jeremy mendelik seketika, "Tidak bisa begitu Pa!" tolak Jeremy. Ia kira Robert menyuruhnya pulang hanya hari ini.
"Kalau kau menolak papa akan tambah cutimu menjadi satu bulan!"
Ingin rasanya Jeremy mengumpat kasar sembari berteriak. Ini gila, jika semua orang mengingkan cuti kerja berbeda dengan Jeremy. Laki-laki itu terlalu menggilai kerja dan ada alasan lain yang membuatnya malas pulang, yaitu bertemu Anna.
"Terserah papa saja!" Jeremy beranjak dari sana dengan wajah penuh emosi.
Frans terkikik geli, baru saja tadi ia bicarakan namun tidak di gubris oleh Jeremy dan sekarang perkataannya terjadi benar.
Jeremy masuk ke dalam BMW keluaran terbaru miliknya, ia mengendarai seperti orang kesetanan. Dan terpaksa ia balik ke mansionnya.
Anna mengerutkan kening saat melihat Jeremy pulang sepagi ini. "Dasar mentang-mentang bos bisa pulang seenaknya!" celetuk Anna asal. Kali ini untung saja Jeremy tidak mendengarnya.
Saat hendak kembali masuk ke dalam kamar, Anna mendengar seseorang datang. Anna menoleh dan melihat Robert, "Selamat pagi menantu." sapanya.
Anna berlalu mendekat, "Selamat pagi Pa. Kapan papa pulang?" Sahut Anna menyambut papa mertuanya datang.
"Baru saja, dan aku langsung pergi ke sini,"
"Papa udah sarapan?"
"Kebetulan belum." kekehnya.
"Kalau begitu mari sarapan dulu Pa," Anna mengajak Robert untuk pergi ke meja makan. Ia mengambilkan nasi dan juga lauk untuk Robert, bahkan Jeremy saja belum ia perlakukan seperti ini.
"Di mana Jeremy, An?"
"Sebentar lagi Anna panggilkan pa." Anna menuangkan segelas air putih untuk Robert.
"Apa anak itu terus bekerja setelah kalian menikah?"
Anna tampak bingung harus menjawab apa, lebih baik ia menjawab dengan jujur. "Iya pa."
"Dasar! Padahal aku sudah menyuruhnya untuk cuti." rupanya Robert belum puas memarahi Jeremy. "Gerald, di mana cucuku itu An?"
Berbeda dengan Jeremy, Robert begitu sayang kepada Gerald. Meskipun ia tau bahwa Gerald bukan cucu kandungnya, namun Robert tidak peduli. Ia sangat sayang kepada Gerald, tidak seperti Jeremy.
"Anna panggilkan dulu ya pa. Tampaknya Gerald akan senang." kata Anna sambil mengulum senyum.
Anna beranjak pergi ke kamarnya guna memanggil Gerald. Dilihatnya anak laki-lakinya itu tampak fokus dengan gambar yang sedang ia warnai, sampai-sampai Gerald tak sadar ada Anna masuk ke dalam kamar.
"Sayang?" panggil Anna.
Gerald menoleh, "Ada apa Mom."
"Lihatlah, ada yang menunggumu di meja makan."
Gerald langsung mengerti siapa yang di maksud Anna. "Kakek?" pekiknya.
Anna mengangguk. Seketika ia berlari ke bawah, terdengar teriakannya memanggil Robert.
"Kakek!"
***