Bab 7 Pergi Ke Sawah Bersama Nayla

469 Kata
Pagi sekali kami sudah sarapan, Nenek masak pagi sekali karena Nenek harus cari rumput untuk makan kambing, sedangkan Kakek seperti biasa membuat kandang untuk di jual. Hari ini aku ingin main ke rumah nayla, rumahnya tidak jauh. Sekitar 20 meter dari rumah nenek, nenek sudah berangkat cari rumput. "Kek, aku mau main ke rumah Nayla dulu ya" pamitku pada kakek. "Iya hati-hati, nanti waktu makan siang pulang!" kata kakek. "Ya Kek" lalu aku pun pergi ke rumah Nayla. "Assalamualaikum......" "Waalaikumsalam......." "Eh Ani, ayo masuk" ucap Nayla mempersilahkan aku masuk. "Gi apa Nay?" tanyaku pada Nayla. "Ini lagi nyiapin makan buat di bawa ke sawah nanti." jawab Nayla sambil menyiapkan rantang yang berisi nasi, sayur serta lauk. "Nanti ikut ya An?" tanya Nayla sambil tersenyum berharap aku mau ikut. "Emmm nanti aku tanya kakekku dulu ya Nay!" jawabku kemudian. "Tak perlu tanya sudah pasti boleh biasanya Hani yang mengantar aku ke sawah." kata Nayla meyakinkanku. Hani adalah sepupuku, anaknya adik Ibuku yang rumahnya sebelah kakek persis. "Gimana?" tanya Nayla lagi. "Emm ya udah aku ikut!" jawabku ragu. Akhirnya aku dan Nayla pergi ke sawah. Ini pertama kali aku pergi ke sawah sejak aku tinggal bersama Ibu. Dulu sering ke sawah waktu masih di asuh nenek. "Pemandangan di sini indah ya Nay?" kataku sambil menikmati suasana persawahan. "Iya, makanya aku betah di sini." kata Nayla. Tak terasa sudah sampai gubuk tempat Kakek neneknya Nayla. "Kamu ikut An?" tanya nenek Nayla kepadaku. Namanya Nenek Wati, kadang Nenek Wati baik, kadang juga suka bicara ketus padaku. "Iya Nek, tadi sepi di rumah. Ada Kakek tapi kakek sibuk, ya udah aku main ke rumah Nayla." ceritaku kepada Nenek Nayla. "Oh begitu, Nenekmu kemana?" tanyanya lagi. "Nenek ambil rumput buat kambing" jawabku sambil melihat Nayla yang sedang mengusir burung di sawah. Tak lama kami pun akhirnya pulang bersama, dalam perjalanan. "Kamu terbiasa ya Nay jalan kaki ke sawah?" tanyaku. "Iyalah tapi ya nggak tiap hari juga aku kesini. kadang Ibuku yang mengantar." ujar Nayla lagi. Dalam perjalanan kami ngobrol sepanjang jalan, menceritakan tentang sekolah dan lainnya. Tak terasa kami sudah sampai rumah, aku pun pulang ke rumah karena sebentar lagi waktu dzuhur. Tak lama kemudian nenek juga pulang dari ambil rumput. Selesai shalat dzuhur kami makan bersama. Waktu berlalu begitu cepat. Saat malam hari. Aku bertanya pada Nenek. "Nek, sebenarnya siapa Ayah kandungku?" tanyaku kepada nenek. Nenek pun melihatku menatap mataku dalam, "sudahlah Ayahmu sudah bahagia bersama keluarganya." jawab Nenek akhirnya. Aku pun tak bertanya lagi, brarti aku punya Ayah. Aku berkata dalam hati. Suatu saat aku akan mencarinya. "Nek, apakah aku anak haram?" tanyaku pada nenek lagi. "Bukan, semua bayi terlahir suci. Tidak ada kamus anak haram menurut nenek" kata nenek yang masih membuatku tak puas akan jawabannya. Tak terasa sudah malam, kakek sudah tidur. Sedangkan nenek tidur di kamarku, karena aku kangen nenek.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN