Bab 1 Anak Haram
"Dasar anak haram beraninya kamu merebut mainan anakku" ucap tante Naura"Aku bukan anak haram tante, hiks... hiks" kataku sambil menangis tersedu sedu. "Emang bener kamu anak haram asal usul pun tak jelas, siapa bapakmu aja kamu gak tau kan?" ucap tante Naura sambil mengelus rambut anaknya.
Nana, dia adalah anak tante Naura. Sifatnya sangat manja dan juga keras kepala, dia juga suka menindas temannya yang kurang mampu termasuk aku. Tante Naura adalah anak dari adiknya Kakek.
"Kalau nggak percaya tanyakan saja pada Ibumu" ucap Tante Naura terdengar emosi. Aku pun masih menangis karena ucapan Tante Naura. "Sudah sana pulang, tak guna juga kau di sini menghabiskan makananku saja" Tante Naura mengusirku secara kasar.
Aku pun pulang sambil menangis, sampai rumah aku tertidur karena lelah. Ibuku bekerja jika siang hari, sorenya baru pulang. Setiap hari seperti itu, tak ada libur buat Ibuku. Jika malam saja Ibuku di rumah.
Sorenya Ibuku pulang kerja, "sudah makan Nak?" tanya Ibu ketika aku sedang menonton tv. "Sudah Bu" jawabku. "Ibu mau mandi dulu" kata Ibu sambil berlalu pergi.
Malampun tiba di mana aku sedang makan malam bersama Ibu, selesai makan aku bertanya lagi kepada Ibuku. Pertanyaan yang sama seperti pertanyaan kemarin-kemarin. Tapi aku sudah tau jawabannya pasti sama seperti kemarin.
"Bu, siapa sebenarnya Ayahku ?" tanyaku. Ibu pun terdiam tanpa suara ketika sudah menyangkut siapa Ayah kandungku. "Tak perlu kau tanyakan, anggap saja Ayahmu sudah mati" Jawab Ibu. Ya jawaban yang sama seperti sebelum-sebelumnya. "Bu apakah aku anak haram?" tanyaku lagi. "Siapa yang bilang kamu anak haram? Semua anak yang lahir tentu saja suci, jadi tidak bisa di sebut haram" jawab Ibu kemudian.
Aku pun menangis, sambil menangis aku berkata. "Tante Naura yang bilang aku anak haram" jawabku akhirnya. "Sudahlah, sudah malam, segeralah tidur, besok kamu sekolah" ucap Ibu. Dan aku berlalu ke kamar masih sambil menangis, dan akhirnya tertidur.
Setelah subuh aku terbangun, aku melihat Ibu selesai shalat. Lalu Ibu pun mulai mengaji, aku sangat beruntung memiliki Ibu yang sayang kepadaku. Sayang, pengertian, baik pula. Sudah gitu ahli ibadah. Aku pun berlalu ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, lalu shalat.
Selesai shalat, aku membantu Ibuku memasak di dapur. Selesai memasak kami sarapan bersama. Tak lama kemudian, kami selesai sarapan. Kami bersiap untuk pergi, aku pergi sekolah. Ibuku pergi bekerja. "Sekolah yang rajin Nak" kata Ibu sebelum kami berpisah di gerbang sekolah. Ya Ibuku mengantarku pakai sepedanya. "Iya Bu, Ani akan rajin sekolah agar Ibu tidak capek kerja lagi jika aku sukses nanti" jawabku. Setelahnya kami pun berpisah karena Ibuku harus kerja.
Pelajaran pun cepat berlalu, saatnya istirahat. "Ani, An" panggilan dari temanku Fitri. "Iya ada apa" jawabku. "Makan bareng yuk di kantin, ada yang mau aku tanyakan ke kamu" ujar Fitri lagi. Fitri adalah sahabatku, dari kelas 4 SD sampai kelas 6 SD. Dia teman yang paling baik.
Sesampainya di kantin setelah pesan makanan, "An, kemarin aku lihat Ibumu naik mobil sama Om Om." cerita Fitri. "Ah, kamu salah lihat kali." jawabku. "Bener, Ibumu cantik banget." ujar Fitri lagi. Makanan datang, kami pun tidak banyak cakap lagi. Akhirnya kami makan dengan nikmat. Setelah kenyang kami pun kembali ke kelas.
"Eh ada anak haram lewat" ucap salah satu siswa yang sangat membenciku siapa lagi kalau bukan Nana." Nana hanya beda dua bulan denganku. Dia lahir bulan Agustus sedangkan aku bulan Oktober. "Sudah An, gak usah di dengerin, biarin aja" ucap Fitri kepadaku.
Tak berapa lama bel pun berbunyi tanda telah selesai waktu istirahat. Pak Guru pun masuk ruangan dan berkata "anak-anak besok pagi akan ada ulangan matematika, belajar dengan sungguh-sungguh." Ujar Pak Guru. "Baik Paaaak" jawab murid serentak. Setelah itu kami pun berdoa lalu pulang.