Bab.20 Kamu Adalah Sampah

1369 Kata
  "s**t ... Siapa sih ini?"   "Hebat, total empat roket, delapan puluh juta hilang begitu saja? Cukup bagiku melakukan perawatan kesehatan berapa kali itu?"   "Haha, aku ingat seorang penyiar utama masih memaki orangnya miskin, sekarang malah ditampar, wajah sakit sekali ini ...."   Dengar Angin memberikan empat roket sekaligus dan membuat seluruh platform mendidih. Hampir di setiap ruang siaran langsung sedang membicarakan hal ini.   Karena platform live ini hanya dalam lingkup Universitas Batang, mahasiswa biasanya memberikan hadiah ratusan ribu saja tampak bagus.   Tapi yang bisa memberikan puluhan juta dalam sekaligus, tidak hanya gila tapi juga sensasional.   Terutama di ruang siaran langsung Jenny Wilston. Setelah mendengar empat roket Dengar Angin tadi, layarnya hampir penuh dengan komentar.   Terutama orang yang tadi tidak berani berbicara, saat ini mulai mencibir.   Jenny tidak bisa tenang, bahkan benci dan geram.   Dia tidak hanya benci, bahkan masih sangat iri. Karena Yuni yang diberikan hadiah oleh Dengar Angin, dua menit lalu masih tidak terkenal dan di dalam ruang siaran langsungnya hanya ada belasan orang.   Tapi setelah dibombardir empat roket, popularitasnya di ruang siaran langsung naik drastis dan masuk daftar puncak popularitas.   Yuni menduduki puncak daftar juara pertama hadiah sementara dengan delapan puluh juta.   Jenny berada di urutan kedua, namun hadiah yang diterima tidak sampai dua puluh juta.   "Sialan, kenapa jalang di dunia ini begitu banyak?" Jenny kesal hingga dadanya naik turun dan mengerutkan kening.   Bagaimanapun juga Dengar Angin itu tadi datang dulu ke ruang siaran langsungnya. Sebelumnya masih mengira adalah penipu jadi mengusirnya.   Namun tidak menyangka, tidak hanya memenuhi Yuni yang menyanyikan lagu daerah dengan gitar, masih membuatnya kehilangan kejuaraannya.   Kecemburuan meledak dan air mata Jenny mulai berputar di matanya.   "Abang Tuan muda Denis, apakah kamu biarkan aku dihina orang? Dengar Angin itu b******n. Kamu tidak mungkin biarkan pusat perhatianku direbut olehnya, 'kan?"   Jenny menyeka air mata seperti sangat terluka saja.   Tapi semua orang bisa mendengar kalau dia jelas sedang memberi isyarat agar Tuan muda Denis ini memberikan hadiah.   Bagaimanapun juga yang bisa membantu Jenny menjadi pemenang hanya Tuan muda Denis ini.   Kata-kata Jenny baru selesai, sudah mendengar w******p nya berbunyi, ada orang yang mengirim pesan untuknya.   Dia membukanya, di atas tertulis adalah Denis Jarwo. Orang ini berinisiatif mengirim w******p untuknya, kelihatannya masih ada harapan, kalau tidak, Denis mungkin sudah mengabaikannya.   Jenny segera membalasnya, siapa sangka kata pertama Denis untuk Jenny adalah, aku membantumu menjadi pemenang, kamu temani aku semalam, bagaimana?   Jenny kaget dan wajahnya langsung merah membaca pesan itu.   Apakah ini terang-terangan ingin dirinya menjual dirinya sendiri? Jenny merasa sangat malu dan rasa malu ini lebih kuat dari Dengar Angin barusan yang memakinya sampah.   "Balas, asalkan kamu setuju, aku akan menjadikanmu Ratu Universitas Batang hari ini!"   Kata-kata Denis begitu keren, jika gadis lain yang mendengarnya mungkin akan melompat kegirangan.   Bagaimanapun juga itu adalah Denis Jarwo, ganteng dan kaya. Apalagi jika bisa menjadi pemenang, dirinya mungkin bisa mendapatkan beberapa puluh juta.   Jenny benci mendapatkan juara pertama dengan cara transaksi seperti ini, tapi hatinya masih sedikit ragu.   Dia melirik komentar yang penuh dengan sindiran di ruang siaran langsung dan menggigit bibirnya.   Dia tidak tahan menghibur dirinya sendiri, Denis itu ganteng dan keluarganya kaya. Bukankah dirinya sebelumnya ingin mendapatkannya? Mengambil kesempatan ini ....   Tangan Jenny gemetaran dan mengirimkan "aku setuju." Dalam hatinya merasa sangat malu.   Sebenarnya mengatakan yang lain hanya menghibur diri sendiri saja. Dalam hatinya sangat jelas, dirinya apa bedanya dengan jual diri di luar?   Tapi sudah tidak ada cara, masalah sudah begini, jika dirinya tidak menyanggupi Denis, maka akan mempermalukan diri di depan ribuan orang Universitas Batang.   "Sepakat!" Denis membalas singkat.   Tidak lama kemudian, seluruh platform siaran langsung kembali mendidih.   Tuan muda Batang, berikan satu roket untuk Jenny!   Tuan muda Batang, berikan satu roket untuk Jenny!   Tuan muda Batang, berikan satu roket untuk Jenny!   ....   Memberikan seratus dua puluh juta sekaligus dalam seketika menyalakan seluruh platform siaran langsung.   "s**t, Tuan muda Denis dan Dengar Angin itu bertarung? Haha, menarik!"   "Hebat, seratus dua puluh juta, memang Tuan muda orang kaya. Melempar santai seratus dua puluh juta. haha, apakah Dengar Angin itu masih berani menerimanya?"   "Menerima apa? Mungkin orang tadi hanya ingin berlagak saja. Dengan kemampuan Tuan muda Denis, orang itu sudah kabur."   "Haha, Dengar Angin tadi berlagak hebat sekali, tapi bagaimana hasilnya? Akhirnya tetap harus melihat Tuan muda Denis. Lomba dengan Tuan muda Denis, Dengar Angin itu adalah sampah ...."   Setelah enam roket, ruang siaran langsung Jenny kembali mendidih, semua orang mulai mengejar Tuan muda Denis.   Jenny yang kembali ke posisi daftar utama, saat ini juga tersenyum cerah dan berkata, "Terima kasih Abang Tuan muda Denis, Abang Tuan muda Denis paling hebat. Apa itu Dengar Angin, hehe, makan angin saja. Entah kampungan darimana, sungguh mengira diri sendiri sangat hebat ya? Kalau berani kamu boleh mencobanya lagi, hehe, berlagak juga tidak melihat kemampuan sendiri!"   Jenny akhirnya merasa puas dan kembali melanjutkan. Dengar Angin itu tidak lagi muncul, itu membuatnya semakin bangga.   Selain dia, masih ada Denis yang jauh di vilanya sendiri.   Meskipun Tuan muda Denis berduit, tapi uang jajan sebulan juga hanya beberapa puluh juta saja. Tadi selesai memberikan seratus dua puluh juta, dia sudah hampir bangkrut.   Melihat Dengar Angin lama sekali tidak ada reaksi, Tuan muda Denis barulah merasa lega.   Dalam hati berpikir akhirnya bisa tenang. Jika orang itu benar-benar menambah lagi, dirinya juga sudah tidak bisa apa-apa.   Sekarang berjarak dari waktu satu jam, hanya tersisa tidak sampai belasan menit.   Melihat hadiah lebih empat puluhan juta dari Yuni urutan kedua, dalam hati Jenny semakin bangga.   "Haha, mana orang yang berlagak? Ditampar tidak enak hati muncul ya? Sungguh konyol, orang seperti ini memang seharusnya lebih banyak diserang, kalau tidak, masih tidak tahu dengan kemampuan sendiri!"   Melihat kemenangan sudah di depan, dalam hati Jenny sangat gembira dan mulai merendahkan Dengar Angin.   Sudah lebih dari sepuluh menit, Dengar Angin itu tetap tidak ada reaksi. Jenny yakin dirinya pasti menang.   Tapi disaat itulah, di ruang siaran langsung Jenny kembali muncul komentar yang sangat mencolok, adalah Dengar Angin.   "Kamu kira kamu sudah menang?"   Meskipun hanya beberapa kata saja tapi Jenny melihat sampai keringat dingin. Dia seperti melihat musuh dan menghina, "Hehe, ternyata tidak mati, aku bukan kira menang, tapi sudah menang, oke? Kalau berani kamu sikat lagi, aku tidak percaya, kamu yang nama asli saja tidak berani tunjukkan masih berani lomba dengan Tuan muda Denis."   Jenny baru selesai bicara langsung cemberut dengan angkuh. Hanya saja ekspresinya belum melebar, seluruh platform siaran langsung seperti meledak!   Dengar Angin, berikan satu roket untuk Yuni!   Dengar Angin, berikan satu roket untuk Yuni!   ....   Lebih dari satu menit, seluruh platform siaran langsung hampir mati mesin. Di jendela platform, semua sistem muncul notifikasi.   Hampir semua orang bengong, karena Dengar Angin itu menyikatkan tidak kurang dari belasan roket, ratusan juta, orang ini seberapa kaya sih?   "s**t, takluk, takluk, sungguh, orang kaya!"   "Papa, tolong pelihara! Anda barulah orang kaya ... Haha, entah Tuan muda Denis sekarang sudah selesai isi ulang belum!"   "Penyiar, kamu barusan masih menyindir orang, apa perasaanmu saat ini?"   "Haha, tertampar wajahmu, cepat berkaca, lihat wajahmu bengkak tidak?"   ....   Di ruang siaran langsung Jenny, komentar datang seperti air pasang saja.   Tapi Jenny sudah tidak memerhatikan semua ini. Dia menatap layar dengan bengong dan benci sekali.   Malu dan terhina, dirinya kembali dipermainkan!   Disaat itulah, Dengar Angin itu kembali mengirimkan sebuah komentar di ruang siaran langsung Jenny, "Tuan muda Batang, apakah masih mau memberikan hadiah? Aku barusan baru isi ulang dua miliar, seharusnya cukup main sampai langit terang!"   Melihat komentar ini, Jenny sudah gila dan meraung, "Sialan jangan berlagak lagi, kamu kira kamu hebat? Hehe, siapa kamu? Anjing yang tidak berani menunjukkan diri!"   Jenny juga sudah tidak peduli dan segera mengirimkan pesan untuk Denis, "Tuan muda Denis, cepat kirim hadiah, apakah kamu tidak lihat keangkuhan orang itu?"   Denis melirik ponsel dan hatinya campur aduk, lalu melempar ponsel ke samping dan tidak pedulikan lagi.   Jika memberikan sejuta dua juta, dirinya masih mampu, tapi sekarang hendak mendorong Jenny ke nomor satu, paling sedikit juga harus dua ratus juta, premisnya Dengar Angin itu tidak lagi memberi hadiah.   Menghabiskan ratusan juta demi menidurinya semalam? Denis benar-benar merasa tidak layak.   Jenny melihat pihak lawan tidak membalas segera mendesaknya, tapi belasan pesan juga tidak dibalas olehnya.   Melihat waktu acara akan segera berakhir, Jenny putus asa.   Disaat itulah, Dengar Angin kembali mengirimkan komentar dengan santai, "Mana Tuan muda Denismu? Hehehe, apa kataku? Sampah memang adalah sampah, tidak layak menjadi pemenang!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN