Chu Fu (Kediaman keluarga Chu/Rumah Chu Fei Yang)
Saat hari kemarin telah berganti menjadi hari ini, Chu Fei Yang masih tidur di Chu Wangfu. Matahari bahkan belum terbit dan langit masih sangat gelap, tapi Si Zhui sudah menyeretnya dari tempat tidurnya. Chu Fei Yang yang masih setengah sadar itu memasang wajah jengkel, melihat Si Zhui tersenyum padanya, ia tidak bisa tidak berkomentar, “Apa kau tau kalau semalam aku pulang sangat larut dari istana? Dan lihatlah, langit masih sangat gelap. Anak-anak di panti asuhan tidak akan bangun di jam seperti ini. Kau nikmati teh itu saja dan biarkan aku tidur selama 10 menit. Okay?”
Si Zhui tidak melunak sama sekali, ia hanya tersenyum sebelum akhirnya kembali menyeret Chu Fei Yang, “Tuan muda Chu silahkan berganti pakaian. Aku akan menunggu anda.”
Chu Fei Yang acuh tak acuh, “Kau…awas saja yah.”
Chu Fei Yang akhirnya menyerah, ia segera mandi dan berganti kostum. Setelah beberapa saat, Chu Fei Yang muncul dengan jubah berwarna biru tua. Tampilannya cukup modern tapi lebih terkesan glamor. Si Zhui yang hanya memakai setelan hitam dengan sedikit sentuhan berwarna merah jauh terlihat lebih sederhana. Saat waktu menunjukkan pukul 6 pagi, mereka akhirnya keluar dari Chu Fu dengan mengendarai kuda.
Di perjalanan Chu Fei Yang tiba-tiba berhenti dan berteriak pada Si Zhui, “Bukankah ini jalan yang salah? Kita mau kemana?”
Si Zhui berbalik dan berbicara, “Kita akan ke kuil Buddha terlebih dahulu untuk menyumbangkan kitab-kitab ini.”
Chu Fei Yang mendengus, perjalanan menuju kuil itu cukup jauh, kira-kira 2 hingga 3 jam, “Kau benar-benar rajin sekali.”
Si Zhui tersenyum polos saat ia membalas ucapan Chu Fei Yang itu, “Chu Xiang, itulah mengapa kaisar Xian sangat menyukaiku.”
Mereka berdua berkendara dengan begitu cepat, waktu tak terasa saat mereka sudah berada di kaki bukit. Matahari mulai menampakkan wajahnya ketika Chu Fei Yang dan Si Zhui sudah sampai di pintu masuk kuil sang Buddha. Kedua pemuda berwajah tampan itu terlihat membawa tumpukan buku, itu adalah kitab Buddha yang telah di salin oleh Chu Fei Yang.
Si Zhui langsung menuju ke paviliun untuk menemui biksu, tapi mereka di kejutkan oleh seorang gadis yang sangat familiar. Itu adalah nona tertua Cao Fu, Cao Xiao. Cao Xiao keluar dari paviliun dengan beberapa benda di tangannya.
Si Zhui menyapa, “Nona Cao, apa yang anda lakukan di kuil sepagi ini?”
Cao Xiao terlihat kesulitan dengan barang bawaannya, Si Zhui yang melihat ini segera membantunya. Sementara Chui Fei Yang masih bermekaran karena senyum di wajahnya, tapi ketika melihat sikap jantan Si Zhui ini ia segera melotot. Merasa beban bawaannya hilang, Cao Xiao langsung menjawab, “Sebelumnya Cao Xiao ingin berterima kasih pada pengawal Lan. Dan aku juga akan menjawab pertanyaan pengawal Lan. Aku adalah sukarelawan di kuil ini, setiap minggu aku akan kesini untuk membantu para biksuni membersihkan kuil.”
Secercah keberuntungan berhasil di raup oleh Chu Fei Yang yang saat ini masih tidak percaya bahwa ia akan bertemu dengan keindahan ini. Chu Fei Yang segera meletakkan kitab-kitab Buddha ini dan berbicara, “Nona Cao begitu mulia.”
Mendengar suara laki-laki di samping Si Zhui itu berbicara, Cao Xiao membalas dengan senyuman, “Lalu apa yang kedua tuan muda ini lakukan?”
Chu Fei Yang baru saja akan menjawab pertanyaan Cao Xiao itu, tapi Si Zhui mendahuluinya dan berkata, “Kami kesini karena kami akan menyumbangkan kitab-kitab Buddha ini.”
Melihat kesempatan berbicara untuknya semakin terbuka, Chu Fei Yang tentu saja tidak akan menyia-nyiakannya, “Aku yang menulis dan menyalin semua kitab ini.”
Cao Xiao tidak bisa tidak memuji Chu Fei Yang. Walau ia tau kepribadian Chu Fei Yang ini sangatlah ceria dan nyentrik, tapi Cao Xiao tidak keberatan saat ia berkata, “Chu Xiang sangatlah mulia. Inilah alasannya Chu Xiang populer di kalangan gadis ibu kota.”
Si Zhui menyela, “Itu benar, Chu Xiang begitu mulia. Chu Xiang menjalani hukuman ini dengan sepenuh hati.”
Cao Xiao, “Hukuman?”
Chu Fei Yang ingin memukul Si Zhui ketika ia mendengar kata-kata itu. Tapi Si Zhui adalah si kolot yang bahkan tidak bisa memahami situasi. Si Zhui tersenyum dan ia kembali berbicara, “Ini adalah wujud cinta yang mulia pada tuan muda Chu. Yang mulia ingin tuan muda Chu lebih disiplin dan lebih dekat dengan sang Buddha. Jadi kaisar menghukumnya.”
Walau kata-kata Si Zhui itu tidak menjatuhkannya, tapi Chu Fei Yang merasa akan muntah. Ia kemudian bergumam, “Aku bukanlah penganut Buddha.”
Cao Xiao kemudian dengan ramah mengarahkan kedua pemuda itu untuk masuk ke kuil dan bertemu biksu. Mereka tidak membuang-buang waktu dan langsung menyerahkan 100 kitab Buddha itu pada biksu. Wajah biksu itu penuh rasa syukur, “Yang mulia kaisar begitu mulia. Begitu juga tuan muda Chu dan tuan muda Lan. Kalian berdua akan mendapatkan kebahagiaan kelak.”
Chu Fei Yang dan Si Zhui langsung keluar dari kuil begitu mereka selesai dengan urusan mereka. Di luar, kuil kereta yang akan membawa nona Cao kembali ke ibu kota sedang bersiap-siap. Chu Fei Yang sangat tertarik pada Cao Xiao, jadi ia menyuruh Si Zhui pergi duluan. Saat melihat nona tertua keluarga Cao itu keluar dari kuil, Chu Fei Yang tengah berdiri di samping gerbong. Cao Xiao melihat ini dan ia segera berjalan menuju Chu Fei Yang. Wajahnya setenang embun, “Rupanya tuan muda Chu belum pulang? Lalu di mana pengawal Lan?”
Mendengar Cao Xiao menyebutkan nama Lan Si Zhui, Chu Fei Yang merasakan sengatan kecemburuan di hatinya. Tapi ia segera tersenyum dan menjawab, “Ah dia pergi duluan.”
“Lalu apakah tuan muda Chu memiliki sesuatu yang ingin dibicarakan padaku?” Tanya Cao Xiao.
Di mata Chu Fei Yang, nona tertua keluarga Cao ini, selain cantik ia juga sangat tenang. Sikapnya begitu lembut tapi ia juga tegas di saat yang bersamaan. Karena pesonanya inilah, Chu Fei Yang menjadi tertarik pada Cao Xiao yang usianya relatif lebih tua darinya. Berbeda dengan Chu Fei Yang, Cao Xiao hanya menganggap Chu Fei Yang yang seumuran dengan Cao Hua itu sebagai bocah ibu kota yang sedikit liar. Tapi melihat Chu Fei Yang bukanlah pemuda yang jahat atau pun berbahaya, Cao Xiao tidak berniat untuk menjauhinya.
Chu Fei Yang terpaku saat Cao Xiao menatapnya. Ia benar-benar lupa akan ucapan nona tertua Cao Fu tadi, “Maaf, apa yang nona bicarakan tadi?”
Cao Xiao tersenyum lembut, “Aku bertanya, apakah tuan muda ingin mengatakan sesuatu padaku sehingga tuan muda berdiri di depan gerbongku?”
Chu fei Yang akhirnya kembali ke dunia aslinya, ia menjawab dengan ramah, “Ah, sebenarnya kami akan menuju Chang’an. Dan kami akan menuju salah satu panti asuhan di sana, aku ingin bertanya apakah nona Cao tertarik untuk ikut dengan kami? Ini bukan apa-apa, aku sama sekali tidak berniat jahat.”
Chu Fei Yang melambai-lambaikan kedua telapan tangannya saat ia berbicara, ia berharap Cao Xiao tidak terlalu berprasangka buruk terhadapnya. Cao Xiao hanya tersenyum, ia tidak perlu menunggu jawaban Chu Fei Yang, karena pada dasarnya ia sudah melihat puluhan pemuda yang memiliki sikap seperti tuan muda keluarga Chu ini. Tapi Cao Xiao melihat bahwa Chu Fei Yang ini tidak sepenuhnya mata keranjang, ia dengan sopan berbicara pada Cao Xiao dan berusaha menjelaskan niat baiknya. Hal ini membuat Cao Xiao tenang, ia kemudian tersenyum, “Mari kita ke sana. Aku juga suka melihat anak-anak.”
Chu Fei Yang tidak bisa menyembunyikan rasa bahagiannya. Ia kemudian segera berlari menuju kuda hitamnya. Chu Fei Yang merasa bahwa hukuman kaiar Xian ini tidak sepenuhnya buruk, siapa sangka dia akan bertemu wanita pujaannya di saat ia menjalani hukumannya. Ini adalah langkah yang baik untuk Chu Fei Yang. Sebagai seorang yang terkenal di dengan sebutan rubah licik, Chu Fei Yang tentu saja bukan tanpa alasan menyandang gelar itu. Chu Fei Yang yang cerdas tapi licik ini akan memanfaatkan kesempatan ini untuk terus mendekati nona tertua keluarga Cao itu.