Kuda hitam Chu Fei Yang memimpin kereta yang di naiki oleh Cao Xiao. Di kaki bukit, Si Zhui sudah duduk di atas punggung kudanya dan masih dengan sabar menunggu Chu Fei Yang. Dari kejauhan, mata Si Zhui melihat Chu Fei Yang mendekat ke arahnya dengan senyuman yang sepertinya tidak akan hilang dari wajahnya. Dari hal ini Si Zhui dapat mengetahui kalau Chu Fei Yang sedang menikmati hukuman dari kaisar Xian.
“Ayo kita pergi.” Chu Fei Yang tersenyum cerah saat kudanya melewati Si Zhui.
Mereka akhirnya sampai di ibu kota Chang’an, 2 ekor kuda yang membawa Chu Fei Yang, Si Zhui, serta gerbong kereta kuda yang membawa Cao Xiao berhenti di sebuah gerbang panti asuhan. Dari luar panti asuhan itu tampak sepi, apakah anak-anak masih tidur?
"Apa kau tidak salah tujuan? Kau yakin ini adalah panti asuhan yang di maksud oleh kaisar?" Chu Fei Yang masih terpaku dengan suasana sepi yang menyelimuti bangunan itu ketika ia bertanya pada Si Zhui.
Dan Si Zhui mengangguk sembari membuka lembaran berisi nama dan alamat panti asuhan yang sebelumnya telah diberikan oleh kaisar Xian padanya, "Aku yakin ini adalah tempat yang benar."
Seketika itu pula mereka turun dari kendaraannya masing-masing. Si Zhui yang lebih peka mengetuk pintu gerbang itu hingga beberapa saat kemudian suara pintu berderit terdengar. Pintu gerbang terbuka dan seorang remaja berusia sekitar 12 tahun tengah melihat ketiga orang di depannya itu dengan tatapan heran. Bocah itu tampak lusuh dan tak terawat. Tubuhnya kurus dan rambutnya acak-acakan. Si Zhui dengan tenang tapi tanpa ekspresi berbicara, “Apakah panti asuhan ini tutup?”
Bocah itu tampak ketakutan melihat orang asing yang berbicara dengannya itu memasang wajah tanpa ekspresi. Tapi Cao Xiao yang memahami situasi ini lebih dari siapa pun segera mengambil alih, “Anak kecil, jangan takut. Kami adalah orang baik, jiejie dan kedua gege ini ingin berkunjung ke panti asuhan ini.”
Wajah bocah itu yang tadinya ketakutan, kini berangsur-angsur membaik setelah wanita cantik yang tengah berbicara padanya itu tersenyum. Ia kemudian berbicara, “Panti asuhan kami telah menutup diri dari masyarakat.”
Cao Xiao, Si Zhui, dan Chu Fei Yang saling melirik satu sama lain. Tanda tanya besar muncul di kepala ketiganya. Chu Fei Yang membuat gerakan dan membuat bocah itu sedikit terkejut, “Bocah kurus, apa yang terjadi sehingga panti asuhan ini tutup?”
Bocah itu diam beberapa saat untuk memastikan bahwa Chu Fei Yang adalah orang baik. Setelah melihat mata rubah licik Chu Fei Yang menunjukkan ketulusan, bocah kurus itu berbicara, “Warga ibu kota tidak mau memberi kami sumbangan dan pemerintah memaksa panti asuhan ini tutup setelah salah seorang anak yang terkena penyakit mati secara misterius. Warga ibu kota takut kalau penyakit anak itu akan menyebar.”
Chu Fei Yang akhirnya memahami maksud kaisar Xian mengirimnya kemari. Rubah kecil itu tidak bisa membantu tapi ia benar-benar mengagumi kecerdasan kakak sepupunya itu. Chu Fei Yang menatap bocah kurus itu, “Bawa kami masuk.”
Bocah kurus itu mengangguk dan membuka pintu gerbangnya. Cao Xiao, Chu Fei Yang, dan Si Zhui tampak tidak bisa berkata-kata saat melihat rumah tua yang menjadi tempat tinggal anak-anak tanpa orang tua itu. Rumah tua besar itu tampak kotor dan tidak terurus. Mereka berjalan sedikit lebih jauh dan melihat beberapa anak yang tampak menyedihkan tengah menatap mereka. Hati Cao Xiao sakit ketika melihat ini, “Adik kecil, di mana kepala panti asuhan. Biarkan jiejie dan gege bertemu dengannya.”
Bocah itu diam, matanya tampak menahan luapan air mata yang mungkin saja akan menyembur keluar dari mata kecilnya. Ia kemudian menatap Cao Xiao, “Para pengurus panti asuhan meninggalkan kami ketika semua donatur menghentikan donasinya. Sekarang hanya ada kami.”
Cao Xiao meratapi kehidupan para malaikat kecil ini. Secara impulsif lengan rampingnya melingkar ke tubuh mungil bocah kurus itu. Cao Xiao berbicara, “Lalu siapa yang merawat kalian?”
Bocah kecil itu tidak mengatakan apa-apa, tapi ia menunjuk sebuah ruangan dengan jari telunjuknya. Cao Xiao, Chu Fei Yang, dan Si Zhui berjalan menuju ruangan misterius itu. Tangan Si Zhui membuka pintu kumuh itu dan menemukan seorang gadis yang berusia sekitar 16 tahun tengah terbaring tak berdaya. Cao Xiao yang terkejut baru saja akan berjalan ke arah gadis itu, tapi Chu Fei Yang memblokirnya.
“Biar aku saja.” Chu Fei Yang tersenyum saat mengatakan hal ini. Ia kemudian mengeluarkan sapu tangan sutra dan menggunakan sapu tangan itu untuk menutupi hidungnya.
Chu Fei Yang berjalan menuju gadis itu dan kemudian mengambil denyut nadinya untuk di periksa. Tangan dingin Chu Fei Yang menyentuh kelopak mata gadis itu dan ia mengangguk, sepertinya ia telah menemukan sesuatu dari pemeriksaannya ini. Tangan ramping Chu Fei Yang kini telah menggapai lengan kurus gadis itu dan seketika ia membuka lengan pakaiannya. Sebuah pemandangan yang mengejutkan terlihat, Si Zhui yang biasanya cukup tenang kini bahkan ikut terpengaruh.
“Jadi karena ini ya?” Chu Fei Yang segera melepaskan sapu tangan dari wajahnya. Senyuman di wajahnya memancarkan aura aneh tapi menyegarkan.
“Apa yang terjadi tuan muda Chu?” Cao Xiao tidak bisa tidak bertanya.
“Ini adalah penyakit kulit. Di Goguryeo mereka menyebutnya cacar air, ini penyakit yang menular, tapi tidak cukup untuk membuat seseorang mati. Dulu ketika aku berada di Goryeo aku melihat ratusan orang meninggal karena penyakit ini, hal itu karena penanganannya yang tidak maksimal. Tapi beruntung, tabib pertama di era disnati Joseon bernama Suh Janggeum menemukan obatnya. Dan sekali lagi aku adalah putra surga yang sangat diberkati oleh langit. Aku bisa mengobatinya.”
Mendengar pidato Chu Fei Yang ini, Cao Xiao tidak bisa menahan rasa bahagianya. Siapa yang menyangka rubah kecil yang licik dan tampak seperti seorang playboy ini memiliki ilmu medis di atas rata-rata. Chu Fei Yang mengeluarkan beberapa jarum perak dari kotak medisnya dan kemudian menempatkan jarum-jarum itu di beberapa titik. Ia kemudian dengan sigap menyiapkan ramuan tersendiri.
“Kira-kira berapa lama dia akan pulih?” Tanya Cao Xiao.
“Mungkin sekitar satu atau dua minggu.” Chu Fei Yang menjawab dengan penuh kebanggaan.
Setelah melihat Chu Fei Yang merawat gadis itu, para anak-anak segera mengerumuni Chu Fei Yang. Mereka memeluk kaki Chu Fei Yang dan mengucapkan terima kasih. Ini adalah kali pertama dalam hidup seorang Chu Fei Yang untuk di kerumuni oleh anak-anak kecil. Biasanya para gadis yang muda dan cantik yang selalu mengerumuninya. Chu Fei Yang tersenyum canggung, “Ahehehh, anak-anak kecil, menjauhlah dari gege tampan ini. Gege di sebelah sana juga sangat baik.”
Chu Fei Yang menunjuk Si Zhui ketika ia berbicara. Anak-anak itu tampak sedikit mengalihkan pandangannya pada Si Zhui, tapi mereka tidak tertarik pindah dari kaki sang penyelamat. Cao Xiao akhirnya menyuruh anak-anak kecil itu duduk di sebuah paviliun sementara Cao Xiao bertanya, “Jadi selama ini kalian tinggal sendiri tanpa ada yang merawat?”
Anak-anak itu mengangguk sedih, Cao Xiao melanjutkan, “Lalu, bagaimana dengan makanan kalian? Bukankah semua donatur telah menarik donasi mereka?”
Bocah kurus yang membuka pintu panti asuhan memimpin teman-temannya untuk berbicara, “Yun Yan jiejie telah mengajari kami untuk berkebun. Kami biasanya akan menanam sayuran dan menjualnya ke pasar. Tentu saja kami harus menyamar agar para warga tidak mengetahui kalau kami adalah anak panti asuhan yang menjijikkan. Dengan semua itu kami hidup, tapi sekarang Yun Yan jiejie sedang sakit, dan kami tidak bisa melakukan apa-apa.”
Cao Xiao menatap bocah itu dengan penuh penyesalan, “Siapa namamu bocah manis?”
Bocah kurus itu menjawab, “Ah Yuan, namaku Ah Yuan.”
Cao Xiao mendekat pada sekumpulan anak-anak itu dan membuka lengannya, “Kemarilah, biarkan jiejie memeluk kalian.”
Anak-anak itu tampak ragu-ragu sebelum akhirnya bocah mungil berusia sekitar 5 tahun datang ke pelukan Cao Xiao. Anak-anak yang rindu kasih sayang itu mengikuti langkah bocah kecil itu dan memeluk Cao Xiao dengan hangat. Chu Fei Yang yang melihat ini tersenyum bahagia. Rasa kagumnya pada Cao Xiao kini meningkat seribu kali lipat. Chu Fei Yang berbisik pada Si Zhui, “Aku juga mau di peluk.”
Si Zhui menatap Chu Fei Yang dengan tatapan jijik, ia segera menyingkirkan lengan tuan muda Chu yang ingin memeluknya secara membabi buta. Di tolak mentah-mentah oleh Si Zhui, Chu Fei Yang bersikap acuh tak acuh. Tapi kemudian bocah laki-laki kecil datang kepadanya dan tiba-tiba memeluk Chu Fei Yang sembari berbisik, “Fei Fei akan memeluk paman.”
Chu Fei Yang sedikit marah ketika bocah itu memanggilnya paman, ia kemudian memeluk bocah itu dan menggendongnya, “Bocah kecil, aku ini masih muda. Panggil aku gege. Mengerti?”
Bocah itu mengangguk dan membiarkan Chu Fei Yang merasa puas sebeleum akhirnya ia menjawab, “Fei Fei mengerti.”
Chu Fei Yang hanya memasang wajah masam saat mendengar jawaban bocah bernama Fei Fei itu, “Aiya, sudahlah, sudahlah. Eh bocah kecil, tadi kau mengatakan kalau namamu Fei Fei? Nama kita sama.”
Bocah itu mengagguk senang, sementara Chu Fei Yang mendengus karena teringat nama kecilnya yang selalu kaisar gunakan untuk memanggilnya. Chu Fei Yang segera menatap bocah yang tengah menyentuh rambut hitamnya itu, “Nama gege ini Chu Fei Yang. Kalian bisa memanggilku Fei gege. Eh, margamu apa?”
Bocah kecil itu tampak tidak mengerti bahasa yang di gunakan oleh Chu Fei Yang itu. Ah Yuan yang melihat ini segera menjawab, “Marganya Chen, nama lengkapnya Chen Fei Yu. Kami semua memanggilnya Fei Fei.”
Cao Xiao, Chu Fei Yang, dan Si Zhui menghabiskan sehari penuh di panti asuhan itu. Sebelum pergi, mereka memberikan beberapa bahan makanan dan pakaian pada para bocah malang itu. Mereka bertiga berjanji akan kembali ke panti asuhan itu untuk memberikan bocah-bocah itu keadilan. Setelah mengantar Cao Xiao kembali ke Cao Fu, Chu Fei Yang dan Si Zhui bergegas menuju istana Weiyang untuk menyampaikan laporan.