Waktu satu bulan berlalu begitu cepat dan Chu Fei Yang tanpa disangka telah kembali dari bumi perantauan. Chu Fei Yang secara diam-diam kembali ke Chang’an tanpa sepengetahuan kaisar Xian. Dia bahkan tidak menemui kaisar Xian terlebih dahulu, tetapi malah pergi ke panti asuhan. Chu Fei Yang dengan penampilan barunya yang sudah sedikit dewasa datang ke panti asuhan dengan mengendarai kuda. Langkah kakinya dengan riang berjalan hingga ia sampai ke depan pintu gerbang panti asuhan yang tampak lebih baik dari sebelumnya itu. Jika dulunya pintu itu sangat usang dan tertutup rapat, tapi sekarang pintu itu terbuka lebar dan dari luar anak-anak yang riang bermain dapat terlihat.
Mengejutkan Chu Fei Yang, seorang bocah gemuk menghampirinya dan memeluk kaki panjangnya. Dan Chu Fei Yang yang merasakan sesuatu tengah memegang erat kedua kakinya segera menundukkan pandangannya. Mata Chu Fei Yang yang jernih itu kemudian bertemu dengan mata bocah gemuk yang tampak senang bergelantungan di kaki Chu Fei Yang.
“Wei bocah gendut, apa yang kau lakukan?” Chu Fei Yang tidak bisa marah pada bocah itu, sebaliknya ia tersenyum menggemaskan.
“Aiya Fei Fei, kau benar-benar tidak sopan.” Suara lembut wanita muda menggema di telinga Chu Fei Yang saat wajah wanita itu samar. Wanita itu membungkuk dan mengambil bocah gendut itu dari kaki Chu Fei Yang.
Chu Fei Yang kemudian menatap wajah wanita itu dengan saksama. Senyuman bahagia muncul dari sudut bibirnya. Sementara wanita itu masih sibuk membersihkan pakaian anak itu, dia berkata, “Tuan muda, maafkan anak ini. Dia..”
Seketika wajah cantik itu menatap Chu Fei Yang. Seringainya juga tidak bisa tertahankan lagi, “Chu Xiang, ini benar-benar kamu?’
Chu Fei Yang tersenyum bahagia, “Nona Cao, ini aku.”
Sudah sebulan lebih mereka berdua tidak bertemu. Dan secara mengejutkan Chu Fei Yang menampakkan dirinya lagi dengan tampilan yang berbeda, hal ini tentu membuat Cao Xiao terkejut.
“Ini sudah lama sekali sejak kita bertemu. Bagaimana kabar Chu Xiang?” Tanya Cao Xiao dengan lembut.
Chu Fei Yang tidak pernah melepaskan senyumannya di wajahnya, “Aku baik. Bagaimana denganmu? Sudah satu bulan lebih aku tidak melihatmu.”
“Aku baik.” Cao Xiao tersenyum dengan mata yang menunjukkan kasih sayang.
“Ini…” Chu Fei Yang menunjuk kea rah bocah gendut itu.
“Ini adalah Fei Fei. Bocah yang kau juluki bocah kurus, bukankah dia sudah gemuk sekarang?” Cao Xiao mencubit pipi bocah itu ketika ia mengatakan hal ini.
“Aiya, kau sekarang sudah besar yah.” Chu Fei Yang merebut bocah manis itu dari pelukan Cao Xiao. Dan bocah bernama Fei Fei itu terlihat senang ketika Chu Fei Yang membawanya ke dalam pelukannya.
Cao Xiao kemudian membawa Chu Fei Yang untuk masuk dan melihat kondisi panti asuhan yang kini kian membaik. Kaisar Xian benar-benar menempati janjinya untuk merenovasi tempat ini, selain itu para donatur yang awalnya enggan untuk berdonasi kini telah kembali. Kondisi panti asuhan yang baik ini juga tidak lepas dari perhatian Cao Xiao. Cao Xiao dan Yun Yan merawat panti asuhan ini dengan sangat baik.
“Nona Cao, ini…” seorang gadis datang menghampiri Chu Fei Yang dan Cao Xiao yang sedang berbicara. Dia adalah Yun Yan, gadis yang dulunya menderita cacar air dan berhasil diselamatkan oleh Chu Fei Yang.
“Ini adalah tuan muda Chu. Dia adalah penyelamatmu.” Ujar Cao Xiao.
Yun Yan yang mendengar hal ini tidak bisa membantu tetapi ia segera membungkuk di hadapan Chu Fei Yang, “Tuan muda, terima kasih atas kebaikan tuan muda. b***k ini akan menyerahkan hidup hamba pada tuan muda Chu.”
Chu Fei Yang merasa reaksi Yun Yan ini cukup berlebihan, dia hanya tersenyum dan menyuruh Yun Yang untuk bangkit dari posisinya. Chu Fei Yang kemudian berbicara, “Nona Yun, jangan menganggap rendah dirimu. Menyelamatkan seseorang adalah tugasku. Aku sama sekali tidak mengharapkan imbalan apa pun.”
Setelah menyerahkan bocah kecil Fei Fei pada Yun Yan, Cao Xiao mengajak Chu Fei Yang berjalan-jalan untuk melihat kebun panti asuhan yang dipenuhi dengan tanaman herbal dan sayuran. Tumbuhan-tumbuhan hijau itu tumbuh dengan subur, mereka tampak terawat.
“Ini adalah jahe yang di tanam oleh Fei Fei, dia hebatkan?” Menyadari situasi yang hening itu, Cao Xiao segera membuka mulutnya untuk memulai percakapan.
Tapi Chu Fei Yang yang biasanya cerewet hanya menganggung dan mengatakan, “En.”
Saat mereka berjalan sedikit lebih jauh, cuaca panas menyambar kulit keduanya. Beruntung pohon haitang yang besar itu bisa mereka gunakan untuk berlindung dari sengatan matahari. Saat itu keringat membasahi dahi Cao Xiao, dan Chu Fei Yang secara impulsive menyeka keringat itu dengan sapu tangan hitamnya. Cao Xiao cukup terkejut dengan hal ini, “Terima kasih tuan muda Chu. Tapi biarkan aku yang melakukannya sendiri.”
Chu Fei Yang tidak mengatakan apa-apa, dia hanya membiarkan Cao Xiao mengambil sapu tangannya untuk menyeka keringat diwajahnya. Cao Xioa menyadari begitu baik, bahwa laki-laki dan perempuan haruslah menjaga jarak. Jadi ia tidak ingin perilaku Chu fei Yang itu dilihat orang dan bisa menimbulkan kerusakan bagi kedua keluarga. Chu Fei Yang sendiri masih berdiri dan terus mengamati gadis cantik disebelahnya itu. Cao Xiao bisa merasakan tatapan Chu Fei Yang yang tidak pernah berpindah dari dirinya. Jadi ia memberanikan diri dan berkata, “Chu Xiang sedari tadi menatapku. Apa ada yang ingin Chu Xiang katakana?”
Kecerdasan dan kepekaan nona tertua keluarga Cao itu masih sama. Bahkan setelah satu bulan, ia tetaplah Cao Xiao yang cerdas. Chu Fei Yang yang mendengar suara lembut Cao Xiao itu mengangguk, “Ada.”
Chu Fei Yang tidak melanjutkan kata-katanya. Dia hanya menunggu Cao Xiao memberinya pertanyaan lagi. Sementara Cao Xiao yang dulunya mengangap Chu Fei Yang sangat cerewet bisa merasakan perubahan yang signifkan. Batinnya bertanya, bagaimana bisa pemuda cerewet ini menjadi sangat pendiam dan irit berbicara?
“Silahkan tuan muda Chu katakan.” Cao Xiao segera kembali dari lamunannya tentang Chu Fei Yang.
Chu Fei Yang bergerak maju dan mengurangi jarak antar mereka berdua. Sementara Cao Xiao hanya diam dan berdiri dengan percaya diri. Cao Xiao yang selalu tenang kini sedikit merasa tidak nyaman, tapi ia tidak ingin Chu Fei Yang menyadari kelemahannya. Jadi ia tetap tersenyum dan menantikan kata-kata yang akan Chu Fei Yang ucapkan.
Chu Fei Yang kini hanya berjarak sepuluh jari dari Cao Xiao, ia kemudian tersenyum dan berkata, “Menikahlah denganku.”
Cao Xiao terperanga ketika mendengar hal ini. Matanya terbuka lebar dan ia tidak bisa berkata-kata. Tubuhnya gemetar dan membuat kakinya yang berpijak di atas tanah menjadi lemah. Tubuhnya goyang dan nyaris jatuh, tapi Chu Fei Yang sudah menangkapnya. Cao Xiao yang merasakan tangan seseorang tengah menyentuh pinggangnya segera memperbaiki posisinya dan lari dari tangan Chu Fei Yang. Ia kemudian menarik napasnya dalam-dalam dan berusaha menenangkan pikirannya sebelum akhirnya menjawab, “Tuan muda Chu, apakah aku tidak salah dengar?”
Chu Fei Yang dengan pasti menjawab, “Tentu saja tidak. Apa kau tidak menyukaiku?”
Cao Xiao hanya tertawa ketika ia mendengar pertanyaan Chu Fei Yang itu, “Tidak, tidak, bukan karena itu. Hanya saja…”
Chu Fei Yang, “Hanya saja apa? Apakah kau sudah menikah? Atau kau mempunyai orang yang kau suka?”
Cao Xiao masih menggeleng-gelengkan kepalanya, itu berarti semua hal yang ditakutkan Chu Fei Yang bukan alasan. Lalu apa yang membuat nona tertua keluarga Cao itu tampak ragu dengan lamaran Chu Fei Yang?
Cao Xiao menatap Chu Fei Yang, kepercayaan dirinya yang tadi nyaris terbang ke langit kini telah kembali. Wajahnya kembali tenang, saat ia tersenyum dan berkata, “Tuan muda Chu, pernikahan bukan hanya antara dua orang saja. Tapi itu juga antara dua keluaga. Sejujurnya, aku tidak punya kualifikasi apapun untuk memilih dan menentukan siapa yang akan menikahiku. Semua itu adalah ketentuan orangtua, sebagai anak, aku hanya bisa menerima. Jadi kalau tuan muda menginginkanku, maka temuilah ayahku.”
Cao Xiao mengatakan hal ini berdasarkan kebenaran bahwa orangtualah yang akan menentukan pernikahan anaknya, begitulah situasi yang berlaku untuk anak dari kelaurga bangsawan di era ini. Selain itu perkataan Cao Xiao itu juga berfungsi untuk menguji Chu Fei Yang, Cao Xiao tidak mengharapkan bahwa Chu Fei Yang akan benar-benar menyanggupinya.
“Baiklah kalau begitu. Aku akan segera melamarmu secara resmi. Tunggu aku di Cao Fu, dalam tiga hari akan aku pastikan kau menjadi milikku. Bersiaplah untuk menjadi Chu Furen.” Chu Fei Yang menjawab dengan penuh rasa percaya diri sebelum akhirnya ia menarik diri dan pergi dari panti asuhan.