Misteri

2017 Kata
Niat awal pengeran Liu Xie untuk menutup aula istana sampai proses kremasi berlangsung tiba-tiba di batalkan. Pangeran Liu Xie tidak mengira bahwa investigasi mereka pada jenazah kaisar Liu Bian dapat dilakukan dengan begitu cepat. Ini semua berkat ketangkasan Si Zhui dan kecerdasan sepupu pangeran Liu Xie, Chu Fei Yang. Para tetua istana dan juga pejabat, sedikit meremehkan pangeran Liu Xie yang masih bisa bersikap kekanak-kanakan di saat seperti ini. Mereka menertawai niat pangeran Liu Xie yang ingin menutup aula istana. Tapi aura berbeda di ditampilkan oleh para petinggi fraksi barat, mereka begitu waspada dan selalu mengantisipasi hal-hal kecil yang di lakukan oleh pangeran Liu Xie. “Maafkan kecorobohanku. Aku bersikap tidak dewasa, aku hanya ingin berdoa dan melihat kaisar untuk terakhir kalinya. Aku harap para tuan menteri bisa memahami.” Ujar pangeran Liu Xie dengan wajah tenang. Para menteri istana mencibir di hati mereka, tapi mereka tidak berani berbicara di depan wajah pangeran Liu Xie. Mereka hanya membungkuk, “Kami harap Wangye bisa dengan lapang d**a menerima takdir yang telah di gariskan oleh langit ini.” */ Chu Fei Yang secara diam-diam keluar dari aula istana. Dengan bersusah payah ia mengendap-mengendap di lorong istana sembari membawa kotak kayunya yang berisi peralatan medis. Ekspresi bahagianya setelah berhasil keluar dari aula istana langsung hilang begitu Chu Fei Yang tidak sengaja bertemu Cao Jie. Cao Jie yang sebelumnya belum pernah melihat Chu Fei Yang menatap sepupu pangeran Liu Xie itu dengan pandangan kurang menyenangkan. Cao Jie masih berusaha tenang dan segera menghampiri Chu Fei Yang, “Apa yang kau lakukan? Kenapa kau keluar dari sana?” Seorang kepala pelayan yang sudah lama tinggal di istana maju dan berbisik pada Cao Jie, “Ini adalah tuan muda Chu Fei Yang. Dia adalah adik sepupu kaisar dan pangeran Liu Xie.” Cao Jie sedikit terperangah, ia tidak pernah mengira sebelumnya kalau pangeran memiliki sepupu. Cao Jie segera beramsumsi, “Maafkan kelancangan saya Wangye. Saya adalah Wangfei dari Wangye Liu Xie.” Chu Fei Yang sedikit keheranan pada kelakuan Cao Jie. Untuk apa seorang Wangfei membungkuk padanya? Dan kenapa Cao Jie memanggilnya dengan sebutan pangeran? Karena tidak ingin di tindas oleh pangeran Liu Xie karena telah membiarkan istrinya membungkuk padanya, Chu Fei Yang segera mengkonfirmasi jadi dirinya. Ia membungkuk, “Wangfei salah paham. Salam, aku adalah Chu Fei Yang. Wangfei tidak perlu memberi hormat padaku, karena aku bukanlah seorang Wangye. Aku adalah sepupu dari pihak permaisuri, dengan kata lain ibu kaisar Liu Bian dan pangeran Liu Xie adalah bibiku.” Cao Jie segera menutup wajahnya yang memerah dengan kipasnya. Bagaimana dia bisa begitu bodoh? Cao Jie hanya bisa tersenyum canggung dan bertanya pada Chu Fei Yang, “Hmm kalau begitu kenapa tuan muda Chu keluar dari jendela aula?” Chu Fei Yang sedikit kebingungan dan tidak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan Wangfei ini. Ia hanya bisa memutar otak dan menjawab, “ Hmm itu karena..” Tapi sebelum sempat menyelesaikan kata-katanya itu, pangeran Liu Xie sudah datang dan tiba-tiba berbicara, “Dia melakukan sesuatu untukku. Aku akan memberi tahu Wangfei nanti.” Mendengar hal itu, Cao Jie tidak berbicara lagi. Tatapannya langsung terfokus pada pangeran Liu Xie. Cao Jie menatap pangeran Liu Xie yang tampak lesu dan tidak bertenaga. Ia hanya bisa menghela napas panjang dan berkata, “Wangye, bolehkan aku meminta waktu Wangye nanti. Aku akan menunggu Wangye di wangfu.” Pangeran Liu Xie masih menjaga raut wajahnya yang tenang, ia menjawab dengan lembut, “Aku akan kesana. Wangfei silahkan menunggu.” Mendengar jawaban pangeran Liu Xie ini, Cao Jie segera mengangguk dan berlalu pergi meninggalkan kaum lelaki itu. Hari ini Cao Jie berniat mengunjungi nenek kekaisaran untuk menghiburnya. Tapi melihat kondisi pangeran Liu Xie yang sangat mengerikan, ia mengubah rencananya. Cao Jie mengubah haluannya yang semula akan pergi ke istana janda permaisuri agung menuju ke Wangfu. Dengan sigap ia menyuruh MianMian untuk menyiapkan beberapa hal untuknya. Untuk pertama kalinya Cao Jie memasuki dapur yang ada di Wangfu. Dapur itu memang kecil, biasanya hanya di peruntukkan saat kondisi darurat. Cao Jie melihat beberapa peralatan memasak dan mulai menyalakan api di tungku. Tak lama berselang MianMian datang dengan bahan makanan yang sangat banyak. Cao Jie melihat beberapa bahan makanan itu, dia terlihat kebingungan. Setelah tadi bersusah payah menyalakan api, kini ia hanya bisa menatap bahan-bahan itu dengan tatapan kosong. “Wangfei, sebenarnya Wangfei akan memasak apa?” tanya Mian Mian. “Hmm entahlah, sebelumnya aku tidak pernah memasuki dapur. Kira-kira apa yang harus apa yang harus aku masak yah?” Cao Jie kembali melemparkan pertanyaan pada MianMian. Mian Mian hanya bisa menghela napas. Ia ingin menampar dirinya sendiri ketika mendengar ucapan Cao Jie itu. MianMian tidak heran dengan fakta bahwa Cao Jie tidak bisa memasak. Cao Jie adalah putri dari keluarga bangsawan yang sedari kecil sudah di layani tanpa tau bagaimana rasanya bertahan hidup. MianMian sendiri yang berasal dari keluarga miskin dan statusnya sebagai b***k tentu saja lebih berpengalaman. MianMian, “Apakah Wangfei ingin memasak makanan untuk Wangye?” Cao Jie mengangguk, “En. Makanan yang bisa memulihkan tenaganya. Karena kepergian yang mulia kaisar, dia terlihat begitu kelelahan. Aku takut Wangye akan sakit.” MianMian tidak bisa tidak bahagia mendengar Cao Jie mengkhawatirkan pangeran Liu Xie. MianMian mengambil daging sapi dan berbicara, “Bagaimana kalau kita membuat hotpot?” Cao Jie yang sebelumnya tidak pernah mendengar nama makanan ini sedikit kebingungan, “Apa itu? Apa itu sejenis daging tumis?” MianMian lupa bahwa hotpot ini adalah makanan rakyat jelata. Tapi mengingat manfaatnya begitu besar maka ia dengan berani berbicara, “Wangfei, ini adalah makanan rakyat jelata. Kami hanya bisa memakannya saat tahun baru saja. Hotpot ini adalah sejenis rebusan pedas yang berisi isian daging. Di dalamnya terdapat banyak rempah-rempah, ada cabai, bawang…” Cao Jie tidak terlalu memikirkan jenis makanan yang akan ia buat, asalkan niatnya tulus maka makanan apa pun itu tidak akan menjadi masalah. Cao Jie segera menyela MianMian, “Ah baiklah, kau sekarang tuliskan aku resepnya. Biarkan aku yang membuatnya sendiri. Ah kau bantu aku menanak nasi.” MianMian sedikit ragu, dia tidak bisa mempercayakan masakan ini pada nona kedua keluarga Cao ini. Tapi mengingat Cao Jie yang begitu antusias, MianMian jug tidak tega untuk mematahkan semangatnya. Dia hanya bisa tersenyum sambil menulis resep untuk Cao Jie. Sesekali Mian Mian memberikan arahannya, “Wangfei harus merebus daging sapinya setengah matang…” Cao Jie menjawab, “Aku tahu, kau jangan cerewet. Aku mengikuti semua resep yang kau tuliskan. Aku, Cao Jie, adalah gadis yang cerdas, jadi jangan khawatir.” Ekspresi khawatir akan nasib masakan itu tidak pernah hilang dari wajah MianMian. Dia hanya bisa memperhatikan tangan Cao Jie yang sedang berekspreimen dengan bahan-bahan masakan itu. Selang dua jam, akhirnya mereka selesai. Mian Mian cukup terkesima dengan hasil masakan Cao Jie. Walau dia tidak mencicipinya, tapi setidaknya tampilan masakan Wangfei itu cukup baik. “Wangfei, apakah Wangfei sudah mencobanya terlebih dahulu?” Tanya MianMian. “En, tentu saja. Aku tadi mencobanya dan aku rasa itu kurang sedikit garam, jadi aku menambahkan garam sedikit.” Cao Jie menjawab dengan penuh percaya diri. MianMian tersenyum saat melihat Cao Jie yang sedang menjelaskan. Wajah Cao Jie penuh dengan warna hitam karena asap. MianMian sudah akan mengeluarkan sapu tangan untuk membersihkan wajah Cao Jie, tapi kasim yang mengumumkan kedatangan pangeran Liu Xie mendahului niatnya. “Eh, ayo cepat. Bantu aku membawa makanan ini.” Ujar Cao Jie. MianMian segera menyimpan sapu tangannya itu dan mengikuti Cao Jie masuk ke ruang tengah. Di ruang tengah, pangeran Liu Xie sudah duduk dengan santai. Cao Jie bergegas menghampiri pangeran, “Wangye sudah tiba.” Pangeran Liu Xie tidak bisa tidak tersenyum saat melihat wajah konyol Cao Jie. Tapi pangeran Liu Xie berusaha mengedalikan eskpresinya dan menjadi tenang kembali, “Apa yang Wangfei lakukan?” Cao Jie terlihat sibuk menata piring yang berisi makanan itu di atas sebuah meja panjang. Pangeran Liu Xie sudah mendapat jawaban dari pertanyaannya itu hanya dengan mencium aroma tubuh Cao Jie. Tubuh Wangfei-nya yang biasa berbau harum, kali ini terasa berbeda karena bau asap dan makanan. Pangeran Liu Xie masih menatap Cao Jie yang tengah sibuk, sampai akhirnya ia melihat bahwa Wangfei-nya itu telah berhenti dari kesibukannya, “Kemarilah.” Cao Jie tersenyum dan langsung menuju pangeran Liu Xie dengan ekspresi polosnya. Cao Jie duduk di samping pangeran Liu Xie sembari berkata, “Wangye, ini adalah masakanku. Aku memasak untuk pertama kalinya dan aku memberikan Wangye kesempatan sebagai orang pertama yang mencicipinya.” Mendengar Cao Jie berbicara dengan penuh semangat, pangeran Liu Xie segera menjawab, “Benarkah? Kalau begitu aku akan mencobanya. Tapi sebelum itu..” Pangeran Liu Xie mengeluarkan sapu tangan sutra dari lengan bajunya. Dengan lembut dan penuh perasaan, pangeran Liu Xie menyeka noda hitam di wajah Wangfei-nya itu sambil berkata, “Aiya, apakah Wangfei anak-anak? Kenapa wajah ini penuh dengan noda?” Cao Jie hanya tersenyum canggung sebelum akhirnya memberikan sendok pada pangeran Liu Xie, “Aheheh, aku terlalu ceroboh. Eh, silahkan Wangye mencoba.” Pangeran Liu Xie mengambil sendok itu dan mengambil kuah hotpot yang terlihat enak itu. Pangeran Liu Xie meniup kuah panas itu sebelum akhirnya ia memasukkannya ke dalam mulutnya. Cao Jie yang melihat ini tampak menunggu tanggapan dari pangeran Liu Xie, “Bagaimana? Apakah enak?” Pangeran Liu Xie tidak mengatakan apa-apa, ia hanya mengangguk sekali sebelum akhirnya batuk berkali-kali. Seperti telah menelan lava panas, pangeran Liu Xie merasakan tenggorokannya terbakar. Cao Jie yang melihat ini segera menuangkan air dan memberikan air itu pada pangeran Liu Xie, “Wangye tidak apa-apa?” Pangeran Liu Xie, “En, aku baik-baik saja.” Cao Jie kembali bertanya, “Apakah sup itu tidak enak?” Pangeran Liu Xie tidak ingin membuat Cao Jie terluka, ia segera mengelak, “Ini enak, hanya saja sedikit pedas dan sedikit asin.” Cao Jie mengambil sendok pangeran Liu Xie dan mencoba masakannya sendiri, “Uhuk, uhuk, ah..bagaimana Wangye bisa mengatakan ini enak? Ini benar-benar mengerikan, aku yakin telah memasukkan garam dengan benar.” Pangeran Liu Xie terhibur dengan reaksi Cao Jie, “Apakah Wangfei tidak mencicipinya terlebih dahulu?” Cao Jie menjawab dengan penuh percaya diri, “Tentu saja aku mencicipinya, aku ingat bahwa rasa pedas akan membantu menghilangkan stress. Dan aku memasukkan beberapa cabai dan juga jahe. Selain itu aku menambahkan dua sendok merica ke dalamnya. Oh iya, aku juga menambahkan beberapa sendok garam, karena aku merasa itu sedikit hambar.” Pangeran Liu Xie menutup matanya rapat-rapat saat ia mendengarkan ucapan Cao Jie ini. Ia ingin melompat dan berteriak ketika ia tahu bahwa Cao Jie telah berhasil memasak sup kematian. Pangeran Liu Xie, “Wangfei, apakah Wangfei tahu, kalau jahe, cabai, dan merica itu sangatlah pedas. Wangfei tidak bisa mencampur ketiganya dengan takaran yang banyak. Dan juga garam, penting untuk Wangfei mengetahui seberapa pas garam yang di perlukan ketika memasak.” Cao Jie mendengarkan pidato pangeran Liu Xie. Ia mengangguk mengerti sebelum akhirnya bertanya, “Wah, Wangye benar-benar mengetahui hal ini?” “Tentu saja, aku adalah Wangye negara ini. Selain itu ketika aku melalui ujian militer dan ikut berperang aku harus bertahan hidup. Jadi aku bisa memasak dan tahu perihal bahan-bahan masakan. Wangfei harus belajar dariku.” Pangeran Liu Xie menyempatkan dirinya untuk pamer pada Cao Jie. Melihat wajah pangeran Liu Xie yang berangsur-angsur membaik, Cao Jie merasa lega. Walau masakannya gagal tapi ia berhasil membuat suasana hati pangeran Liu Xie membaik. Pangeran Liu Xie juga menyadari niat baik Wangfei-nya ini, dia tidak banyak memprotes tapi melanjutkan memakan masakan Cao Jie itu dengan senyuman yang sedikit mengerikan. Melihat hal ini Cao Jie merasa iba, “Wangye, jangan makan lagi. Aku akan menyuruh dapur istana menyiapkan sesuatu untuk Wangye makan.” Pangeran Liu Xie menatap Cao Jie dan menggenggam tangan mungil wangfeinya itu, “Wangfei, masakan ini adalah masakan paling enak yang pernah aku coba. Wangfei membuatnya dengan sepenuh hati, bagaimana aku bisa tidak menghargainya? Dan juga…” Cao Jie, “Katakan saja semua keluh kesah dan beban Wangye padaku. Aku akan selalu ada untuk mendengarkan.” Pangeran Liu Xie memeluk Cao Jie dengan begitu erat, ia lalu berbisik di telinga Cao Jie, “Terima kasih Wangfei.” Cao Jie tersenyum ketika mendengar bisikan pangeran Liu Xie itu dan seketika membalasnya, “Sama-sama Wangye.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN