Kemenangan sebuah negeri atas perang yang berhasil mereka taklukkan biasanya akan membuat negara tersebut larut dalam pesta.
Semarak pertunjukan dan kembang api seharusnya akan nampak di ibu kota Chang’an saat kabar kemenangan Han atas Riben tersebar. Tapi kali ini tidak, semua ornamen berwarna merah yang biasanya memancarkan semarak kebahagiaan kini telah berganti menjadi warna putih.
Rakyat ibu kota terlihat memakai pakaian pucat untuk menghormati mendiang kaisar Liu Bian yang meninggal saat berperang. Mereka turut merasakan kehilangan yang amat sangat saat mengetahui pemimpin mereka meninggal.
Di sisi lain istana, pangeran Liu Xie tengah duduk di depan tubuh kaisar yang kini masih terbujur kaku. Matanya bengkak, tangannya tidak pernah lepas dari menggenggam tangan sang kakak. Wajah dukanya menyelimuti wajah tampan pangeran Liu Xie yang biasanya ceria.
“Wangye, pemakaman harus segera di laksanakan.” Ujar Si Zhui.
Entah mengapa pangeran Liu Xie masih menolak kematian kakaknya itu. Seperti ada yang mengganjal benaknya. Sejak kedatangan jenazah sang kaisar kemarin, pangeran Liu Xie secara diam-diam menyelidiki hal ini.
Luka sayatan pedang di tubuh kaisar Liu Bian memang bisa menyebabkan pembuluh darahnya pecah, hanya saja sesuatu yang janggal terlihat saat pangeran Liu Xie memeriksa luka itu.
Pangeran Liu Xie berbicara dengan suara pelan pada Si Zhui, “Luka goresan ini tampak aneh. Kau pikir saja, perjalanan dari perbatasan menuju ibu kota memakan waktu setidaknya lima hari. Karena suasana dingin maka mayat tidak membusuk. Mereka akan secara otomatis membeku. Tapi darah yang berceceran di tubuh kaisar masih sangat segar. Aku membandingkannya dengan darah dari luka lamanya dan itu sangatlah berbeda."
Pengeran Liu Xie berkata, "Darah lama akan berwarna hitam dan bercampur dengan tanah, tapi luka ini begitu segar.”
Si Zhui, “Wangye benar, apakah kita harus memeriksa mayat kaisar Liu Bian?”
Pangeran Liu Xie ragu-ragu setelah mendengar jawaban Si Zhui ini. Tapi proses pemakaman harus segera di laksanakan dan jika mereka ketahuan mencuri mayat kaisar atau melakukan hal-hal yang tabu, mereka akan dalam bahaya dan di tuduh melakukan kejahatan besar.
“Jam berapa proses kremasi akan berlangsung?” tanya pangeran Liu Xie.
“Sore ini sebelum matahari terbenam.” Si Zhui menjawab dengan penuh keyakinan.
Pangeran Liu Xie harus benar-benar bisa mendapatkan bukti nyata yang bisa menenangkan pikirannya. Ia tidak ingin menyesal di kemudian hari, “Kematian kakakku tidak boleh menjadi sia-sia. Aku harus menyedikinya.”
Masih ada beberapa jam lagi sebelum jenazah kaisar Liu Bian itu akan di kremasi. Pangeran Liu Xie masih mempunyai sedikit waktu. Pangeran Liu Xie berkata dengan penuh keyakinan, “Panggil Chu Fei Yang.”
Si Zhui tanpa banyak bertanya langsung berlari keluar untuk melaksanakan tugas pangeran Liu Xie. Sementara itu pangeran Liu Xie berusaha mengulur waktu. Beberapa pelayat yang ingin memasuki aula untuk melihat kaisar Liu Bian untuk yang terakhir kalinya terpaksa harus menelan kekecewaan.
Pangeran Liu Xie telah menutup gerbang dan tidak mengizinkan siapa pun untuk mendekati kakaknya.
“Ini adalah perintah. Token kekaisaran ini berada di tanganku, ini sama halnya dengan perintah kaisar. Aku hanya ingin kondisi di aula tenang, mereka bisa berdoa di kuil jika memang ingin mendoakan kaisar.”Pangeran Liu Xie memerintahkan.
Para pejabat yang saat itu juga mendengar titah pangeran Liu Xie merasa sedikit kecewa. Tapi perasaan aneh juga menyelimuti mereka di waktu yang bersamaan. Untuk apa pangeran Liu Xie melakukan hal itu? Alasannya sungguh tak masuk akal!
Satu jam kemudian, Si Zhui datang dengan seorang laki-laki yang sekilas mirip dengan pangeran Liu Xie. Hanya saja ia nampak lebih muda. Laki-laki itu memakai hanfu yang cukup mewah, sepertinya dia berasal dari keluarga bangsawan. Di tangan kanannya, ia memegang kotak kayu berukirkan pohon cendana. Ia adalah Chu Fei Yang, sepupu pangeran Liu Xie dari pihak ibu.
Chu Fei Yang segera membungkuk, “Salam yang mulia pangeran Liu Xie. Chu Fei Yang memberi hormat.”
Pangeran Liu Xie mengabaikan statusnya dan segera menarik laki-laki bernama Chu Fei Yang itu ke sisinya, “Fei Fei, bantu aku. Kau harus menyelidiki luka yang ada di tubuh kaisar. Aku yakin ada sesuatu yang mencurigakan.”
Tanpa banyak berargumen, pemuda bernama Chu Fei Yang itu segera mengeluarkan peralatan medisnya. Tangan mudanya begitu terampil ketika memeriksa jenazah kaisar Liu Bian. Ia mengamati beberapa luka yang ada di tubuh kaisar. Selang beberapa saat ekspresi tenang Chu Fei Yang berubah menjadi ekspresi kaget,“Ini…”
Pangeran Liu Xie, “Ada apa?”
Chu Fei Yang, “Ini adalah cairan yang terdiri dari beberapa herbal. Aku mendapatkannya dari Gogoryeo ketika sedang belajar medis di sana. Ini di gunakan untuk mendeteksi racun di kerajaan Gogoryeo. Dan…”
Pangeran Liu Xie, “Dan apa?”
Chu Fei Yang berjalan dengan kapas yang masih di pegangnya, ia menunjukkan kapas itu ke pangeran Liu Xie, “Aku menuangkan cairan herbal itu ke kapas untuk membersihkan luka di d**a kaisar Liu Bian. Dan itu berubah warna.”
Pangeran Liu Xie menunggu Chu Fei Yang melanjutkan perkataannya, “Warna akan menentukan seberapa mematikannya sebuah racun. Dan Wangye lihat sendiri, kapas ini berubah warna menjadi warna ungu.”
Pangeran Liu Xie tidak bodoh, ia segera menjawab argumen Chu Fei Yang, matanya bergetar, “Warna ungu adalah warna dari racun yang sangat mematikan."
Dengan kakinya yang mulai lemas dan tidak bisa menopang tubuhnya lagi, pangeran Liu Xie jatuh. Si Zhui segera menangkap tubuh pangeran Liu Xie, “Wangye..”
Chu Fei Yang melanjutkan, “Bahkan dewa tidak akan bisa menyelamatkan orang ketika racun seperti ini masuk ke tubuh mereka. Racun ini sangat mematikan dan tanpa penawar. Orang yang terkena racun ini akan mati dalam hitungan detik.”
Pangeran Liu Xie seakan tidak percaya, tapi kaisar meninggal ketika sedang berada di medan perang, jadi pangeran Liu Xie hanya berpikir ini adalah hal yang wajar.
Tapi Chu Fei Yang kembali berbicara, “Racun mematikan seperti ini tidak di miliki oleh Riben. Selain dinasti kita, kerajaan Gogoryeo juga memilikinya! Yang Mulia, ini adalah racun yang langka!”
Ilmu medis yang di miliki oleh Chu Fei Yang tidak bisa diragukan. Ia berkelana ke timur dan bahkan ke negara barat hanya untuk belajar ilmu pengobatan. Chu Fei Yang sangat yakin dengan analisisnya.
Pangeran Liu Xie bertanya, “Apakah racun ini bisa masuk melalui sayatan pedang?”
Chu Fei Yang tersenyum, sudut bibirnya melengkung, “Mereka berusaha mengelabuhi semua orang dengan sayatan pedang. Tapi aku, Chu Fei Yang, bukanlah orang bodoh. Wangye silahkan lihat ini.”
Pangeran Liu Xie bediri dan mendekat ke arah Chu Fei Yang. Matanya terfokus pada luka bekas sayatan yang di tunjuk Chu Fei Yang.
Pangeran Liu Xie, “Bukankah ini bekas sayatan pedang?”
Chu Fei Yang mulai memasang ekspresi meledek pangeran Liu Xie, “Biaoge (Kakak sepupu), lihatlah. Luka ini melintang dan ini memang benar luka bekas sayatan pedang. Tapi apakah lubang yang mengarah ke jantung ini juga bekas sayatan? Luka ini bahkan belum sepenuhnya mengering.”
Mata pangeran Liu Xie sekali lagi menunjukkan ketidakpercayaan, “Ini bekas anak panah.”
Chu Fei Yang berkata, “Silahkan Biaoge pikir sendiri, kira-kira anak panah yang seperti apa yang bisa membuat lubang seperti ini. Bukankan ini keahlian Biaoge?”
Tanpa pikir panjang pangeran Liu Xie langsung menjawab pernyataan Chu Fei Yang itu, “Ini anak panah dari istana. Aku sangat mengenalinya.”
Tidak butuh waktu lama bagi pangeran Liu Xie yang sudah mengenal dunia kemiliteran sejak usia muda untuk mengenali jenis-jenis anak panah. Spekulasi pangeran Liu Xie dan Chu Fei Yang membawa mereka ke sebuah misteri yang mungkin berakhir dengan kenyataan yang sangat mengerikan.
Pemberontakan dan pengkhianatan!
Pemberontakan adalah satu kata yang bisa membawa malapetaka bagi orang yang mengucapkannya. Dan sejak penemuan ini, pangeran Liu Xie benar-benar tidak bisa tidur nyenyak.