Di bagian istana lain, Cao Jie masih sibuk dengan urusannya sendiri. Ia mulai bosan, hati kecilnya bertanya-tanya kenapa pangeran Liu Xie belum datang untuk mengunjunginya.
Ini tidak seperti biasanya, biasanya pangeran Liu Xie akan datang dan membuat keributan bahkan ketika langit masih sangat gelap. Tapi hingga langit sore tiba pun, pangeran tampan itu tidak muncul.
“Menurutmu, kemana Wangye? Apa dia sibuk hari ini?” Tanya Cao Jie pada MianMian.
MianMian tersenyum meledek, sebelum akhirnya berhenti karena Cao Jie yang melotot padanya.
Mian Mian berbicara, “Pelayan ini tidak tau Wangfei, apakah Wangfei mau yang mulia?”
Cao Jie tampak ragu-ragu, harga dirinya sangat tinggi. MianMian akan meledeknya jika ia dengan cepat mengiyakan tawarannya itu. Tapi di lain sisi, hatinya ingin segera keluar dari Wangfu dan bergegas mencari pangeran Liu Xie.
Cao Jie tampak sedang memutar otak untuk memikirkan alasan yang tepat. Hingga akhirnya matanya berbinar-binar, “Aku mendengar bunga mawar di taman istana sedang bermekaran, ayo kita kesana.”
MianMian dengan cepat mematuhi majikannya itu, “b***k ini akan menemani Wangfei kemana pun.”
Cao Jie benar-benar pergi ke taman istana. Taman itu nampak jauh lebih indah karena mawar merah yang tengah mekar. Ini adalah taman di mana ia dan pangeran Liu Xie bertemu untuk kedua kalinya Pertemuan kefua itu terjadi saat tahap seleksi Wangfei di adakan. Saat itu, bunga mawar di taman ini belum bermekaran, jadi tidak nampak seindah sekarang.
“Kelinci kecil, itu kamu?” Cao Jie menyeringai begitu melihat kelinci putih tengan bermain.
Cao Jie kembali mengejar kelinci itu, sama seperti kali pertama ia ke taman ini. Karena kelinci jugalah ia bisa bertemu pangeran Liu Xie.
“Aha, aku menangkapmu!” ujar Cao Jie.
Cao Jie membeku begitu melihat sepatu boots bersulamkan naga emas tengah berada di depannya, ia mendongak dan melihat kaisar Liu Bian tengah tersenyum padanya.
Cao Jie terburu-buru bangkit dan segera membungkuk dan memberi hormat, “Hamba memberi hormat pada yang mulia kaisar.”
Kaisar Liu Bian tertawa, “Ahahah, bangunlah. Xie Xie akan memarahiku kalau tau aku membiarkan Wangfei kesayangannya membungkuk terlalu lama.”
Cao Jie dan kaisar Liu Bian berjalan-jalan di sekitar taman, mereka mengobrol santai sambil sesekali melihat bunga-bunga mawar yang indah itu.
Kaisar Liu Bian memetik bunga mawar, “Apakah kau tahu arti bunga mawar merah?”
Cao Jie menatap bunga mawar yang telah di petik oleh kaisar Liu Bian, “Hamba menjawab kaisar, bunga mawar merah berarti cinta. Bunga ini adalah lambang dari cinta.”
Kaisar Liu Bian tertawa, “Wangfei adikku memang cerdas, tidak heran Xie Xie begitu mengagumimu.”
Cao Jie membalas, “Terima kasih atas kebaikan yang mulia.”
Kaisar Liu Bian melanjutkan, “Bunga ini sangat indah, tapi dia juga memiliki duri yang bisa membuat tangan orang yang memetiknya terluka. Itu sama halnya dengan cinta, ketika kita jatuh cinta dan ingin mendapatkan cinta itu, maka kita harus menanggung segala resikonya.”
Cao Jie mendengarkan kaisar Liu Bian yang terus berbicara. Ekspresi kaisar Liu Bian tenang, “Yang ingin aku katakan adalah.., aku ingin kau menjaga adikku, Liu Xie. Sejak kecil dia telah menderita. Orangtua kami meninggal begitu cepat. Aku sebagai kaisar dan juga sebagai kakaknya hanya bisa sedikit memperhatikannya. Kedepannya aku akan menyerahkan Xie Xie pada Wangfei-nya.”
Cao Jie terkesima, ia segera membungkuk, “Yang mulia, hamba berjanji akan menjaga dan menghormati Wangye. Hamba akan menjaganya dengan nyawa hamba.”
Kaisar Liu Bian merasa lega, ia kemudian melanjutkan, “Xie Xie memang sedikit nakal, tapi dia adalah anak yang baik dan cerdas.”
Cao Jie berbicara, “Kaisar benar, Wangye memang sedikit kekanak-kanakan. Tapi dia adalah laki-laki yang baik, dia selalu memperlakukan hamba dengan begitu baik.”
Kaisar menjawab, “Kau harus melaporkannya padaku jikalau anak itu mengganggumu.”
“Baiklah kaisar.” Cao Jie menjawab.
*/
*Sementara itu di Chang’an...*
Pangeran Liu Xie dan Si Zhui masih belum keluar dari restoran itu. Sebaliknya, mereka berjalan dan kembali memesan tempat di lantai satu. Si Zhui masih tidak mengerti dengan jalan pikiran pangeran Liu Xie.
Seharian mereka berada di restoran ini dan tidak melakukan apa-apa. Mereka hanya duduk dan mengamati kondisi sekitar. Hingga akhirnya kerumunan laki-laki yang nampak kuat memasuki restoran. Hal itu membuat pangeran Liu Xie terfokus pada laki-laki itu. Matanya terus memandang ke arah mereka.
“Diam jangan menangis, atau aku tidak akan memberimu makanan.” Ujar salah seorang laki-laki bertubuh gempal pada seorang anak kecil berusia sekitar enam hingga tujuh tahun.
Anak gadis itu begitu pasrah, matanya bengkak dan pakaiannya lusuh. Hal itu semakin membuat pangeran Liu Xie tertarik. Hingga akhirnya ia berbicara dengan suara keras, “Aiya…didi, istriku menginginkan anak untuk dijadikan teman anak kami. Tapi aku bahkan sudah tidak bisa lagi memberinya anak. Huhuhuhu.”
Si Zhui menatap pangeran Liu Xie dengan keheranan. Si Zhui akhirnya mengerti maksud pangeran Liu Xie setelah pangeran Liu Xie menginjak kaki Si Zhuu dengan kejam.
“Gege, kau sangat menyedihkan. Huuhuh.” Si Zhui tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lakukan.
Kedua tuan muda yang sedang meraung itu menjadi pusat perhatian setiap orang. Sekumpulan laki-laki yang baru datang itu juga tampak melirik ke arah pangeran Liu Xie. Pangeran Liu Xie terus meraung dan menangis, sandiwaranya terus berlanjut hingga akhirnya seorang laki-laki bertubuh gempal itu menghampirinya.
“Permisi tuan, apakah anda punya masalah?” tanya laki-laki bertubuh gempal itu.
“Tuan, istriku menginginkan anak lagi untuk menemani putri kami. Tapi sekarang aku bahkan tidak bisa memberinya anak. Huhuhu.” Pangeran Liu Xie mengambil sapu tangan dan menyeka air matanya.
“Kenapa hal tersebut bisa terjadi?” tanya laki-laki itu.
Pangeran Liu Xie belum memikirkan alasan ini, ia terdiam sejenak. Tapi Si Zhui sudah memulai sandiwaranya, Si Zhui berbisik dengan suara sangat pelan. “Gege aku ini memiliki penyakit kelamin dan harus membuat 'ehemnya' itu di…”
Sembari mengatakan hal ini tangan Si Zhui membentuk sebuah gunting yang siap memotong. Pangeran Liu Xie melotot sebelum akhirnya ia kembali bersandiwara, “Sungguh malang diriku ini,”
Laki-laki itu tampak tertarik, ia kemudian tersenyum ke arah pangeran, “Tuan, aku bisa membantu tuan. Datanglah besok pukul ke tempat ini pukul sepuluh."
Pangeran Liu Xie tersenyum, tangannya menggenggam tangan laki-laki itu dan dia menarik kertas yang terselip ditangan laki-laki itu, “Benarkah? Aku sangat berterima kasih. Aku akan menghargai kebaikan tuan ini dengan seratus tael perak.”
Laki-laki itu berlalu pergi dan meninggalkan pangeran Liu Xie. Kawanan laki-laki itu segera meninggalkan restoran begitu mereka mendapat kabar bahagia.
Si Zhui, “Jadi ini adalah rencana gege. Anda terlalu mengagumkan.”
Pangeran Liu Xie, “Hmmpph, gege ini sangat cerdas. Ngomong-ngomong, alasanmu tadi sungguh membuatku tercengang.”
Si Zhui, "...."
Setelah menunggu beberapa saat, pangeran Liu Xie dan Si Zhui juga keluar dari restoran. Mereka berniat untuk mengikuti kawanan laki-laki mencurigakan itu.
Si Zhui, “Anda tidak menunggunya sampai besok pagi? Kita hanya berdua dan itu sangat berbahaya Wangye.”
Pangeran Liu Xie, “Tidak ada waktu lagi, aku yakin mereka tengah lengah sekarang. Ayo ikuti mereka.”
Pangeran Liu Xie dan Si Zhui secara hati-hati mengikuti segerombolan laki-laki itu. Mereka terus berjalan sampai menuju ke darah yang cukup sepi. Di daerah itu terdapat sebuah gubuk dan di sana juga terdapat banyak anak-anak yang tengah bekerja! Ini adalah sarang mereka!
“Wangye, kita harus memanggil penjaga.” Ujar Si Zhui.
“Bawalah token kekaisaran ini dan cari bantuan, aku yakin ada pos keamanan di sekitar sini.” Ujar pangeran Liu Xie.
“Tapi Wangye, ini sangat berbahaya. Hamba tidak akan meninggalkan wangye sendirian.” Jawab Si Zhui.
“Cepatlah didi, ini perintahku sebagai gege. Ayo cepat pergi.” Pangeran Liu Xie mendorong Si Zhui pergi.
Begitu Si Zhui pergi, pangeran Liu Xie mendekat ke arah gubuk itu. Mata pangeran Liu Xie di kejutkan oleh penyiksaan yang di terima oleh anak-anak itu.
Mata persik pangeran Liu Xie penuh dengan luapan amarah. Namun sial bagi pangeran Liu Xie, ketika dia berusaha mendekat, pangeran Liu Xie tidak sengaja menjatuhkan sebuah balok kayu. Dan hal itu membuat sekawanan penjahat itu terkejut.
“Siapa itu?” teriak salah seorang penjahat yang melihat pangeran Liu Xie.