Liu Gege

1349 Kata
*/ Selang beberapa hari tinggal di istana, Cao Jie sudah mulai terbiasa. Hari ini dia sibuk menjahit, seharian ini ia mulai menekuni hobi barunya itu. Tidak ada keributan, Wangfu tampak tenang dan damai hari ini. Di lain sisi, pangeran Liu Xie tengah menerima tugas dari kakaknya yang tidak lain adalah kaisar Liu Bian (Kaisar Liu Shao). Pangeran Liu Xie di tugaskan untuk menyelidiki masalah penjualan anak yang kini tengah marak terjadi di ibukota Chang’an. Hal ini tentu saja sangat di gemari oleh pangeran Liu Xie. Ia benar-benar menyukai hal-hal yang berbau misteri. “Akhirnya aku bisa keluar dinas. Ahahahah, token kekaisaran ini sekarang berada di tanganku.” Kata pangeran Liu Xie sambil tersenyum bahagia. Di lain sisi, Si Zhui sedikit acuh tak acuh, “Aku harap kali ini yang mulia tidak akan menggemparkan kota.” Pangeran Liu Xie mendengus, “Hmmph, eh, apakah menurutmu kita harus memberi tau Wangfei?” Si Zhui akan berbicara, tetapi pangeran Liu Xie menyelanya, “Ah itu tidak perlu, biarkan dia mencariku dan merindukanku. Ayo kita pergi.” Si Zhui mengikuti tuannya itu dengan amarah terpendam. Ia hanya bisa menahan amarah dan hanya melihat tingkah laku pangeran Liu Xie yang ke kanak-kanakan itu dengan tatapan prihatin. Karena tidak perlu pergi secara diam-diam lagi, maka pangeran Liu Xie dan Si Zhui pergi melalui gerbang istana dengan penuh percaya diri. Para penjaga yang mengetahui kalau sang pangeran sangat nakal dan selalu menyusup keluar istana segera menghentikan kuda yang mereka tunggangi. “Maafkan b***k ini Wangye. Tapi kaisar sudah pernah memberi perintah pada kami agar mencegah Wangye keluar dari istana.” Ujar kepala pengawal. Pangeran Liu Xie tertawa dan menatap para pengawal itu dengan angkuh, “Ah? Benarkah? Kalian lihat ini? Ini adalah token kekaisaran, jadi menyingkirlah. Ayo menyingkir.” Para pengawal itu tampak ragu-ragu, mengingat pangeran Liu Xie yang cerdik. Tapi sebuah token bersegelkan naga cakar empat itu tidak mungkin berbohong. Mereka akhirnya membuka pintu gerbang dan memberikan jalan pada pangeran Liu Xie dan Si Zhui. Selang beberapa saat, mereka berdua akhirnya sampai di pusat kota Chang'an. Keramaian yang disebabkan oleh pejalan kaki dan pedagang membuat suasana di sekitar mereka menjadi sangat ramai dan padat. Pangeran Liu Xie akhirnya menghentikan kudanya di depan sebuah restoran yang cukup ramai di Chang’an. Si Zhui yang penasaran kenapa sang tuan tiba-tiba berhenti, tidak bisa tidak bertanya. Si Zhui, “Yang mulia, anda….” Pangeran Liu Xie melirik Si Zhui dan menariknya, kini Si Zhui di rangkul oleh pangeran, “Aiya, jangan panggil aku dengan sebutan yang mulia atau Wangye. Hari ini kau harus memanggilku Liu gege, bagaimana?” Pangeran Liu Xie mengakhiri kata-katanya itu dengan mengedipkan sebelah matanya. Si Zhui segera berlutut dan membuat orang-orang di sekitar yang melihatnya memperhatikan mereka. Pangeran Liu Xie memutar bola matanya sebelum akhirnya menarik Si Zhui dari posisinya, “Aiya, didi…maafkan gege ini. Aiya, ayo bangun, ayo bangun.” Si Zhui tidak bergerak, “Hamba tidak berani!" Pangeran Liu Xie ingin menampar pipinya, bocah ini benar-benar kolot. Membuat pangeran Liu Xie harus sedikit bersandiwara, “Aiya didi, gege ini bisa apa kalau kau terus merengek meminta gege melamar gadis itu?” Mata Si Zhui terbelalak, pangeran Liu Xie memperhatikan wajah memerah Si Zhui. Pangeran Liu Xie membungkuk dan berbisik pada Si Zhui yang tengah bersimpuh, “Ini perintah! Panggil aku gege, kita harus bekerja sama. Ayolah, hah?" Si Zhui akhirnya bangkit, ia mengibaskan jubahnya seperti mengibaskan lalat yang tengah mengganggunya, “Maafkan didi ini gege.” Pangeran Liu Xie tersenyum puas, “Ayo, gege ini akan membelikanmu makanan lezat.” Mereka berdua memasuki restoran dengan langkah angkuh dan mendominasi. Dua pemuda tampan yang kini tengah berada di dalam restoran itu tidak bisa tidak membuat para gadis terpesona. Karena merasa kurang nyaman, mereka berdua naik ke lantai dua restoran. Pelayan restoran yang nampak acuh tak acuh datang dan membawakan menu, “Tuan muda, silahkan memesan.” Si Zhui, “Kau, kau harus sopan..” Pangeran Liu Xie menghela napas, matanya berkedip pada Si Zhui sebelum akhirnya mengambil alih pembicaraan, “Aku akan bertanya padamu…” Pelayan itu nampak lebih cuek lagi, “Ini restoran tempat makan, bukan tempat bertanya, kalau tuan-tuan muda ini ingin….” Andaikan pelayan itu tahu siapa tuan muda yang tengah diajaknya beradu urat itu adalah seorang pangeran negeri Han, dia pasti akan memilih melompat dari lantai dua restoran dan membunuh dirinya sendiri. Pangeran Liu Xie mengeluarkan kantung Qian Kun nya. Dari dalam kantung mewah itu, sebuah perak keluar dan membuat mata pelayan itu silau. Pangeran Liu Xie, “Satu perak untuk satu pertanyaan. Bagaimana?” Pelayan laki-laki itu segera bersikap sopan, ia dengan senang hati melayani pangeran Liu Xie dan Si Zhui, “Silahkan anda bertanya, hamba akan menjawabnya.” Pangeran Liu Xie memasang ekspresi pamer pada Si Zhui sebelum akhirnya memulai tanya jawabnya, “Apakah benar bahwa terjadi banyak kasus penculikan di Chang’an?" Pelayan itu duduk, ia berbicara begitu pelan, “Tuan muda, itu benar. Belakangan ini para orangtua merasa khawatir jikalau anak-anak mereka akan di culik. Aku mendengar beberapa kabar, mereka menculik anak-anak ini untuk dijadikan pelayan. Selain itu…” Pelayan itu berhenti, ia nampaknya ingin perak lebih dari pangeran Liu Xie. Si Zhui yang sedari tadi bersikap sopan kini mulai geram, ia mulai memegang pedangnya. Tapi pangeran Liu Xie menghalanginya dan berbicara, “Ah didi, jangan menakuti tuan pelayan ini. Gege akan memberikannya perak lebih.” Maka keluarlah perak lain dari kantung Qian Kun pangeran Liu Xie. Pelayan restoran itu dengan sigap mengambil perak itu lalu kemudian menuangkan arak ke cangkir pangeran Liu Xie. Pelayan itu kembali melanjutkan, “Selain itu mereka menculik anak-anak untuk di jadikan teman.” Si Zhui, “Apa maksudmu?” Pelayan, “Tuan muda tentunya tahu kan? Di keluarga bangsawan pasti ada seorang putri bangsawan. Putri bangsawan yang tidak memiliki saudari atau pun teman untuk bermain sangat membutuhkan anak-anak ini. Anak-anak ini nantinya akan dijadikan pendamping atau pun b***k dari putri keluarga bangsawan itu.” Pelayan itu nampak sedih, ia sesekali mendongak ke langit-langit restoran untuk meratapi nasibnya, ia kemudian melanjutkan, “Mereka bahkan di culik dan di pisahkan dari orangtua mereka. Aku yakin mereka akan melupakan orangtua mereka ketika mereka dewasa kelak. Sungguh malang.” Setelah mendapatkan informasi yang cukup, mereka menyuruh pelayan itu pergi. Si Zhui memandangi wajah pangeran Liu Xie yang tampak sedang berpikir keras. Karena penasaran ia kemudian berbicara, “Ehm..gege, apa yang..” Pangeran Liu Xie menatap Si Zhui dengan bahagia, “Yah, inilah yang aku tunggu-tunggu. Sedari tadi aku menuggumu untuk memanggilku, aku sudah menunggumu selama sepuluh abad. Bagus, bagus kau akhirnya mau memanggilku gege. Hahahah.” Si Zhui ingin melemparkan dirinya dari lantai dua restoran, dia tidak habis pikir pada pangeran yang sudah dilayaninya itu sejak lama. Apakah otaknya sudah di goreng hingga ia benar-benar tergila-gila dengan panggilan 'gege'. Si Zhui menahan ekspresinya, “Aku hanya ingin bertanya pada Wangye…” Pangeran Liu Xie kembali melotot pada Si Zhui, Si Zhui segera mengulangi perkataannya, “Apa yang sebenarnya Wang.., tidak, tidak. Karena kita sedang berakting menjadi suadara, aku ingin bertanya pada gege. Kenapa gege terobsesi sekali dengan panggilan ‘gege’?” Pangeran Liu Xie terlihat senang karena Si Zhui mau mengikuti kemauannya, “Aiya, lihatlah. Kau tahu kan, aku lahir dan besar di istana. Aku bahkan tidak bisa memanggil kakakku yang tidak lain adalah kaisar dengan sebutan “Gege”. Aku hanya bisa memanggilnya seperti itu saat hanya ketika ada kami berdua. Lagi pula aku senang ketika kau melakukan itu, aku merasa aku punya seorang didi. Aku begitu kesepian dan ingin memiliki saudara, jadi jangan salahkan aku. Bekerja samalah.” Si Zhui menatap pangeran Liu Xie dengan tatapan sedih. Memang benar apa yang dikatakan oleh pangeran Liu Xie ini. Ia pasti sangat kesepian. Memiliki segalanya, harta, tahta, bahkan status sebagai pangeran kekaisaran tidak membuatnya banyak mengenal dunia. Sungguh kehidupan yang sulit. Pangeran Liu Xie melanjutkan ucapannya setelah meneguk segelas anggur, “Aku berjanji, anakku kelak akan mempunyai banyak saudara. Agar ia tidak kesepian nantinya hahaha.” Si Zhui ingin menampar pangeran tampan ini, “Kalau begitu gege harus menyuruh Wangfei berusaha lebih keras lagi.” Pangeran Liu Xie senang, “Ahahahah kau benar.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN