Terluka

1517 Kata
Pangeran Liu Xie tidak pernah menduga kalau ia akan ketahuan secepat ini. Pangeran tampan itu hanya bisa tersenyum canggung pada penjahat yang melihatnya itu. Tangan pangeran Liu Xie kian erat memegang Shang Hui. Penjahat itu berkata, “Ah, jadi tuan muda ini yah?” Pangeran Liu Xie tersenyum licik, “Ahahaha kita bertemu lagi, kebetulan sekali.” Penjahat itu mengeluarkan pedangnya, sambil tertawa terbahak-bahak ia berkata, “Kebetulan? Hahahah, kebetulan ini juga akan membawamu ke dunia bawah. Kami akan mengantarmu lebih cepat bertemu raja neraka. Ah, aku lupa, aku harap istrimu akan menunggu mayatmu pulang.” Segerombolan penjahat itu tertawa bersama-sama sebelum akhirnya mengayunkan pedang mereka ke arah pangeran Liu Xie. Pangeran Liu Xie dengan sigap mengeluarkan Shang Hui dari sarungnya. Sikap pangeran Liu Xie tenang, walau pun jumlah penjahat itu jauh lebih banyak darinya, ia masih bisa tersenyum ketika menebas kulit penjahat itu seperti tukang daging yang menebas perut babi. Hal ini tentu saja tidak mengherankan, pangeran Liu Xie juga memiliki kungfu jauh di atas rata-rata. “Kalian sebaiknya menyerah, pasukan kekaisaran akan segera tiba.” Ujar pangeran Liu Xie dengan tangannya yang masih sibuk dengan para penjahat. Salah seorang penjahat berbicara, “Pei! Kekaisaran? Jangan pernah menyembut hal kotor itu. Kaisar seperti itu bahkan tidak bisa melindungi rakyatnya. Hari ini aku akan mengirimmu ke neraka!” Mata pangeran Liu Xie melotot, ada amarah yang begitu besar di hatinya. Amarah yang tidak bisa di jelaskan, ia benar-benar murka dengan ucapan para penjahat itu. Mereka menuding kaisar Liu Shao sebagai kaisar yang tidak berguna. “Kalian dulu yang akan aku pertemukan pada raja neraka!!” Teriak pangeran Liu Xie dengan penuh kemarahan. Sementara mereka bertarung, Si Zhui sudah semakin dekat. Pengawal kepercayaan pangeran Liu Xie itu dengan terburu-buru membawa pasukan. Selang beberapa saat mereka tiba. Para pasukan segera masuk dan menolong beberapa anak yang menjadi korban. Sebagian kecil dari mereka juga bergegas melindungi pangeran Liu Xie. “Kenapa kau lama sekali? Apa kau terpesona pada seorang gadis. Aiya cepatlah didi.” Ledek pangeran Liu Xie sambil terengah-engah. Di situasi genting seperti ini bukankah sebaiknya dia tidak mengatakan omong kosong nya? “Hamba bersalah pada Wangye.” Jawab Si Zhui. Mendengar percakapan antara keduanya itu, para penjahat sedikit meledek, “Ah, pantas kau marah. Rupanya kau adalah adik dari kaisar tidak berguna itu.” Si Zhui murka, “Kau!! Kau akan menebusnya dengan kepalamu.” Dengan amarah yang masih terlihat, Si Zhui menebas kepala penjahat itu. Alhasil kepala dan badannya terpisah. Melihat rekan mereka mati sangat mengenaskan, beberapa penjahat lainnya akhirnya memutuskan untuk menyerah. Tapi salah seorang penjahat tidak berniat meletakkan amarahnya. Ia memungut busur panahnya dan dengan tatapan penuh dendam, penjahat itu menembakkan anak panah itu ke arah Si Zhui. Pangeran Liu Xie segera menyadari hal ini dan secara cepat ia mendorong Si Zhui menjauh. Alhasil anak panah itu menembus d**a pangeran Liu Xie. “Wangye!!”Teriak Si Zhui. Bersamaan dengan teriakan Si Zhui, penjahat itu segera mati karena tebasan pedang komandan prajurit. Semua orang tidak memperhatikan manusia jahat itu, semua perhatian tertuju pada pangeran Liu Xie yang ambruk di pelukan Si Zhui. “Wangye, kenapa Wangye melakukan ini? Nyawa hamba ini tidak berharga, wangye!!” Si Zhui panik dan berusaha mengeluarkan anak panah itu dari d**a pangeran Liu Xie. “Dasar bodoh, gege ini menyelamatkanmu.” Pangeran Liu Xie berkata sebelum akhirnya pingsan tak sadarkan diri. “Pengawal! Cepat bawa Wangye. Kita harus membawanya ke istana!" Teriak Si Zhui. Si Zhui dan beberapa pasukan istana membawa pangeran Liu Xi kembali ke istana Weiyang. Mereka langsung membawa tabib Wang untuk merawat lukanya. Cao Jie yang baru saja mendengar kabar ini tidak bisa tidak khawatir. Ia yang baru saja akan beranjak tidur, secara refleks melupakan penampilannya, bajunya benar-benar acak-acakan ketika dia meninggalkan Wangfu. Tanpa alas kaki yang layak, Wangfe pangeran Liu Xie itu segera mencari pangeran Liu Xie di paviliun pribadinya. Wajah putih Cao Jie yang seperti batu giok langsung pucat pasi begitu melihat pangeran Liu Xie terbaring tak sadarkan diri. Cao Jie menghampiri pangeran Liu Xie dan menggenggam tangannya, “Wangye..” Mata Cao Jie segera beralih ke tabib Wang yang telah selesai membalut luka pangeran Liu Xie, Cao Jie bertanya, “Bagaiamana keadaan Wangye?” Tabib kekaisaran, “Wangfei bisa tenang sekarang. Ini adalah panah beracun, walau demikian hamba sudah memberikan penawar dan juga resep obat. Wangye akan bangun esok hari. Beruntung sekali, langit masih melindunginya. Anak panah itu menembus d**a bagian kanannya dan itu tidak terlalu dalam.” Cao Jie akhirnya bisa bernafas lega. Jika saja panah itu mengenai d**a bagian kiri, maka bisa saja nyawa pangeran Liu Xie berada di dalam bahaya. Racun dari panah itu bisa saja menembus jantungnya. MianMian yang melihat majikannya pergi tanpa persiapan, dengan sigap memberikan mantel pada Cao Jie. “Wangfei, anda tidak boleh sampai sakit.” Ujar Mian Mian. Cao Jie benar-benar lupa akan hal itu, kekhawatirannya pada pangeran Liu Xie membuyarkan fokusnya. Dia hanya mengenakan jubah tipis, bahkan tidak ada riasan ataupun aksesoris giok dirambutnya. Cao Jie benar-benar terlihat sangat biasa. Sementara itu, Si Zhui yang sedari tadi diam akhirnya berbicara. Lan Si Zhui langsung berlutut di hadapan Cao Jie. Cao Jie sedikit kaget, “Kau kenapa? Apa, apa, yang terjadi?” Si Zhui, “Ini semua salah hamba. Wangye berusaha melindungi b***k ini, hingga akhirnya ia terluka. Hamba bersalah, mohon Wangfei untuk menghukum hamba.” Cao Jie berniat menarik Si Zhui, tetapi dia adalah seorang Wangfei yang tidak bisa sembarangan menyentuh laki-laki lain. Jadi Cao Jia hanya bisa berkata, “Bangunlah.” Si Zhui masih menolak, ia masih duduk bersimpuh, “b***k ini akan membayar dengan nyawa hamba.” Cao Jie, “Si Zhui, ceritakan padaku. Apa yang sebenarnya telah terjadi?” Si Zhui melihat ke arah pangeran Liu Xie yang tengah pingsan, matanya penuh menyesalan, “ Kami berdua mendapatkan tugas dari yang mulia Kaisar untuk menyelidiki kasus penculikan anak di Chang’an. Dengan bersusah payah Wangye memecahkan kasus ini dan menemukan tempat persembunyian mereka." "Wangye menyuruh hamba untuk memanggil prajurit, tapi hamba yang bodoh ini malah menuruti kemauannya dan meninggalkannya sendiri. Sewaktu hamba kembali bersama prajurit, hamba mendengar seorang penjahat merendahkan yang mulia Kaisar. Hamba benar-benar lepas kendali saat itu dan menebas kepala penjahat itu. Tapi siapa sangka, karena itu seorang penajahat merasa dendam dan ingin membunuh hamba dengan menembakkan anak panahnya. Tapi..tapi.." Si Zhui merasakan sesak di dadanya, "Tapi, Wangye memblokir anak panah itu dengan tubuhnya dan menyelamatkan b***k yang bodoh ini.” Cao Jie menatap mata Si Zhui yang penuh dengan penyesalan. Ada emosi yang tidak bisa di jelaskan di wajah pemuda itu. Si Zhui kembali berbicara, “Setelah Wangye sadar dan siuman, hamba akan membunuh diri hamba sendiri. Mohon Wangfei untuk mengambil nyawa Si Zhui.” Cao Jie mengehela nafas, “Dasar bodoh, kau ingin aku menghukum dan membunuhmu. Wangye bahkan mengorbankan nyawanya untukmu dan kau mau aku membunuhmu? Mana mungkin aku melakukannya. Si Zhui, Wangye begitu menyayangimu, dia tau harus melakukan apa. Kau harus tetap hidup untuk bisa membayar pengorbanan Wangye. Kau harus terus berada di sisinya apa pun yang terjadi.” Si Zhui mengangguk, ia terus berada di sisi pangeran Liu Xie sejak itu. Ia tidak meninggalkan paviliun pangeran Liu Xie sampai pangeran Liu Xie benar-benar sadar keesokan harinya. “Wangye!! Kau sudah bangun.” Teriak Cao Jie yang tanpa sadar langsung memeluk pangeran Liu Xie. “Ah, wangfei membuat lukaku semakin sakit.” Ujar pangeran Liu Xie. Dari sudut ruangan, Si Zhui melihat ke arah pangeran Liu Xie. Matanya menunjukkan rasa syukur tiada tara, ia benar-benar merasa lega melihat pangeran Liu Xie sudah bangun. Di lain sisi, Pangeran Liu Xie melirik Si Zhui dengan senyuman, “Aiya, didi. Apa kau tidak ingin berbicara pada gege ini?” Si Zhui menggigit bibir bawahnya sebelum ia benar-benar berlutut, “Hamba bersalah, mohon Wangye menghukum mati Si Zhui.” Pangeran Liu Xie tersenyum, “Anak bodoh.” Cao Jie tidak bisa tidak berkomentar, “Sejak semalam, bocah ini memintaku untuk menghukumnya.” Pangeran Liu Xie bangun dan bersandar di ranjang, “Aku benar-benar tulus menyelamatkanmu. Entah mengapa, tapi naluriku sebagai gege yang ingin melindungi didi nya begitu kuat saat itu. Ini adalah pilihanku, jangan pernah menyalahkan dirimu.” Si Zhui masih diam, wajahnya terus menunduk dan tidak berani melihat ke arah pangeran Liu Xie. Pangeran Liu Xie melanjutkan, “Aiya, baiklah, baiklah. Gege ini akan menghukummu.” Si Zhui mendongak, sementara Cao Jie sedikit kaget. Pangeran Liu Xie tertawa sambil sesekali memegangi lukanya, “Kau harus tinggal di sisiku selamanya, nyawamu sekarang milikku. Aku tidak akan membiarkanmu pergi, aku bahkan tidak akan membiarkanmu menikah. Ahahaha.” Si Zhui terperanga, matanya serius menatap pangeran, “Hamba bersumpah dengan nyawa hamba. Hamba akan memberikan hidup anda untuk Wangye.” Pangeran Liu Xie mengibas-ngibaskan tangannya, “Ah sudahlah, sudahlah. Sekarang kau pergi dan laporkan semuanya pada kaisar bahwa aku sudah sehat.Jangan membuat keributan apa pun, aku tidak ingin kakakku membuat keributan.” Si Zhui, “Hamba mengerti.” Si Zhui berlalu dan hanya menyisakan Cao Jie berdua dengan pangeran Liu Xie. Cao Jie menatap pangeran Liu Xie dengan wajah yang penuh dengan seribu pertanyaan. Cao Jie, “Katakan yang sebenarnya. Apa yang sebenarnya terjadi?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN