Kapten Li segera memerintahkan para pengawal untuk melindungi permaisuri dan janda permaisuri agung. Sementara itu permaisuri Xianmu yang mendengar kekacauan di luar gerbong keretanya sedang berusaha menenangkan janda permaisuri agung.
“Nenek kekaisaran tidak perlu khawatir. Kapten Li adalah pengawal yang tangguh.” Ujar permaisuri Xianmu sembari menepuk pundak janda permaisuri agung dengan lembut.
Hati permaisuri Xianmu tentu saja tidak setenang wajahnya, ia hanya bisa menahan rasa takut dan kecemasannya di dalam hati. Ia tidak ingin menunjukkan hatinya yang lemah pada janda permaisuri agung.
Sementara itu kondisi di luar gerbong tampak mulai tak terkendali. Beberapa pengawal istana tewas bersimbah darah.
“Lindungi permaisuri Xianmu dan janda permaisuri agung!” teriak kapten Li.
Salah seorang bandit berbicara dengan suara besar, “Ah, jadi ini adalah rombongan kekaisaran. Baik sekali rupanya Kaisar mengirim wanitanya keluar istana. Teman-teman, malam ini kita akan berpesta bersama Permaisuri negeri ini ahahahahah.”
Kapten Li mulai menyerang dengan pedangnya, ia berteriak dalam langkahnya, “Jangan bermimpi. Kau manusia terkutuk akan segera menerima kematianmu.”
Perkelahian semakin memanas, sebagian besar pengawal istana sudah tewas dan hanya menyisakan beberapa pengawal tangguh. Tapi sekarang jumlah pengawal istana kalah di bandingkan dengan jumlah para bandit itu. Kondisi ini tentu saja tidak menguntungkan rombongan kekaisaran.
Salah seorang pengawal istana di perintahkan oleh kapten Li untuk membawa permaisuri Xianmu dan janda permaisuri agung untuk keluar dari gerbong dan mencari tempat persembunyian. Mereka tidak ingin mengambil resiko dengan mempertaruhkan nyawa kedua wanita kekaisaran ini.
“Yang mulia, silahkan turun dari gerbong dan hamba akan membawa yang mulia mencari perlindungan.” Ujar pengawal itu.
Permaisuri Xianmu melihat keraguan di mata janda permaisuri agung. Ia bisa merasakan ketakutan yang kini di rasakan oleh nenek kekaisaran itu. Tapi permaisuri Xianmu kembali menenangkannya, “Nenek, percayalah semua ini akan baik-baik saja. Aku dan MianMian berjanji akan melindungi nenek kekaisaran.”
Mendengar hal ini janda permaisuri agung merasa sedikit lega. Ia kemudian menggenggam tangan permaisuri Xianmu dan mereka dengan hati-hati melangkah keluar dari gerbong. MianMian dengan sigap mengeluarkan pedangnya dan menuntun majikannya itu keluar.
“Itu permaisuri! Jangan biarkan dia lolos!” Teriakan salah seorang bandit berhasil mengalihkan membuat pelarian itu ketahuan.
Melihat hal ini permaisuri Xianmu mempercepat langkahnya. Dengan hati-hati ia menggenggam lengan janda permaisuri agung sembari berkata, “Nenek kekaisaran, mari berjalan lebih cepat.”
Dengan cerdiknya, para bandit jalanan itu segera membagi dua kelompok. Sebagian dari mereka menangani kapten Li yang berusaha mengulur waktu, sementara sebagiannya lagi tengah mengejar permaisuri.
“Yang mulia cantik akan lari kemana? Jangan takut..” suara bandit jalanan itu berasal dari arah depan.
Tiga orang bandit kini telah menghadang langkah permaisuri, MianMian segera menghunuskan pedangnya, “Jangan pernah kalian berani menyentuh Yang Mulia!”
“Ahahahah, kau gadis manis jangan terlalu kaku. Kami akan memperlakukan Yang Mulia dengan penuh kasih sayang.” Balas bandit itu.
Dalam sekejap ketiga bandit itu telah berhasil mengatasi MianMian dan pengawal istana. MianMian terkapar dengan luka tusukan di lengannya. Dengan sembrono salah satu bandit itu menarik permaisuri Xianmu. Sementara janda permaisuri agung di dorong ke tanah hingga ia berteriak tak berdaya, “Permaisuri, jangan sakiti cucuku.”
Permaisuri Xianmu masih memasang wajah tenang, namun amarahnya sudah terlukis secara jelas di matanya, “Nenek kekaisaran jangan khawatir, cucu ini akan baik-baik saja.”
Melihat reaksi tenang permaisuri ini, para bandit sedikit kecewa. Tapi ekspresi puas di tunjukkan salah seorang bandit ketika ia melihat wajah permaisuri, “Aiya, bukankah ini nona yang telah membuatku menderita. Nona bukankah kau yang telah menghalangiku sewaktu di pasar itu? Aku ingat sekali dengan wajah cantikmu yang marah dan memakiku. Siapa yang menyangka kita akan bertemu lagi sekarang? Dan lihatlah, ternyata kau adalah permaisuri.”
Permaisuri ingat sekarang, bandit ini adalah bandit yang pernah bercekcok dengannya. Itu terjadi beberapa bulan yang lalu saat permaisuri Xianmu tidak sengaja menarik tangan kaisar Xian. Wajah permaisuri Xianmu tidak terpengaruh, ia segera meludah ke wajah bandit itu, “Pei! Kau tidak akan pernah selamat karena telah memperlakukan kami dengan begitu kejam!!”
Mendengar hal ini, bandit ini menjadi marah. Tamparan keras segera melayang ke pipi putih permaisuri Xianmu. Tamparan itu menyebabkan sang permaisuri jatuh ke tanah. Janda permaisuri tua yang melihat ini tidak bisa membantu tapi ia dengan sekuat tenaga berlari ke arah cucu menantunya itu. Tangisan dan raungan seketika muncul di wajah keriputnya, “Permaisuri…”
Darah mengalir dari sudut bibir permaisuri, tetapi ia masih tegar. Permaisuri Xianmu menggenggam tangan janda permaisuri, “Cucu ini baik-baik saja.”
Bandit itu tertawa keras sebelum akhirnya berjalan mendekat ke arah permaisuri Xianmu, “Ini rupanya adalah kaki permaisuri yang dulunya menendangku. Lihatlah sepasang kaki yang mulus dan putih ini. Aku tidak ingin membuatnya cacat, tapi rasa dendamku sangatlah besar.”
Melihat bandit itu memegang belati kecil dan berusaha menyakiti permaisuri Xianmu, janda permaisuri berteriak, “Hentikan! Jangan sakiti permaisuri.”
Mendengar raungan putus asa wanita tua tidak lantas membuat bandit itu merasa kasihan. Tatapannya berubah yang semula menatap permaisuri Xianmu kini berbalik menatap janda permaisuri agung.
“Wanita tua ini benar-benar cerewet. Aku akan menghabisimu dulu dan kemudian aku akan menangani permaisuri cantik ini.” Ujar bandit itu dengan tatapan menakutkan.
Belati kecil dan tajam itu secara cepat mengarah ke janda permaisuri agung. Permaisuri Xianmu yang melihat ini tidak bisa tinggal diam, dengan gerakan secepat cahaya ia memasang tubuhnya untuk melindungi nenek kekaisaran. Menjadikan tubuh mungilnya sebagai tameng, seketika darah mengalir dari tubuh permaisuri Xianmu.
Bersamaan dengan ambruknya sang permaisuri ke tanah, teriakan pasukan istana yang datang dalam jumlah banyak mulai terdengar.
“Yang mulia…!” teriakan samar terdengar di mata permaisuri Xianmu. Sekilas ia melihat sosok Xue Yang telah menebas lengan bandit itu. Sosok Xue Yang yang mendekat masih terlihat olet kedua mata permaisuri Xianmu sebelum akhirnya ia benar-benar pingsan.
“Cepat bawa kereta kemari, kita harus segera membawa permaisuri Xianmu ke istana.” Teriakan Xue Yang penuh kekhawatiran.
Lokasi kejadian yang tidak jauh dari ibu kota membuat iring-iringan yang membawa permaisuri Xianmu itu tiba sangat cepat. Kuda yang membawa mereka menuju gerbang ibu kota berlari dengan kecepatan penuh.
Kaisar Xian yang telah mendengar perihal kejadian ini terlihat begitu cemas. Sedari tadi ia telah menunggu kedatangan permaisuri.
Permaisuri Xianmu kini telah di pindahkan ke istana Fenghuang. Kaisar Xian menyaksikan sendiri darah segar yang masih mengalir dari bahu permaisurinya itu.
“Panggil Chu Fei Yang, cepat!!” perintah kaisar Xian dengan suara keras.
Kaisar Xian dengan cekatan mengambil kain yang di bawa oleh pelayan untuk menekan darah yang terus keluar dari bahu permaisuri Xianmu. Kini jubah naganya penuh dengan darah, ketakutan di wajahnya tidak pernah hilang. Sementara tangan kanannya menekan luka itu, tangan kiri kaisar menggenggam erat tangan permaisuri Xianmu yang mulai dingin, “Bertahanlah permaisuri.”
Selang beberapa saat, Chu Fei Yang datang. Kaisar segera memberi petunjuk padanya untuk memeriksa keadaan permaisuri Xianmu. Chu Fei Yang hanya berdiam diri, dia hanya melihat raut wajah permaisuri Xianmu yang mulai pucat pasi, sementara tatapannya dengan cepat beralih ke luka yang ada di punggung permaisuri. Chu Fei Yang memberikan aba-aba, “Maafkan hamba yang mulia. Tapi hamba membutuhkan ketenangan, hamba akan mengobati permaisuri Xianmu dengan hanya ada yang mulia di sini. Mohon perintahkan semuanya untuk keluar dulu dari istana Fenghuang.”
Kaisar Xian menerima arahan Chu Fei Yang itu dengan baik. Kaisar Xian mengangguk dan menyuruh semua orang untuk pergi.
Kaisar Xian memberikan perintah pada Si Zhui, “Si Zhui, kau harus membawa paman Chu untuk memeriksa nenek kekaisaran. Dan juga panggil tabib Wang untuk mengobati MianMian. Aku yakin permaisuri akan segera mencari MianMian begitu ia sadar.”
Si Zhui, “Si Zhui mengerti. Si Zhui akan melaksanakan perintah yang mulia.”
Sekarang setelah semua pelayan pergi, hanya ada kaisar Xian, permaisuri Xianmu, dan Chu Fei Yang di istana Fenghuang.
Kaisar berbicara, “Apa yang ingin kau katakan padaku? Fei Fei, bergegaslah sebelum nyawa permaisuri dalam bahaya.”
Chu Fei Yang, “Nyawa permaisuri memang sedang dalam bahaya. Separuh nyawanya kini sudah berada di dunia bawah.”
Mendengar hal ini kaisar tidak bisa tidak marah, “Aku akan benar-benar memenggalmu Chu Fei Yang!! Cepat selamatkan permaisuri!”
Melihat Chu Fei Yang yang masih bisa bergurau ini membuat emosi kaisar Xian meledak-ledak. Tapi karena ekspresi santai Chu Fei Yang ini juga kaisar bisa sedikit bernafas lega. Ia sangat menyadari kemampuan adik sepupunya ini, melihat Chu Fei Yang begitu percaya diri kaisar menjadi sedikit tenang.
“Aku harus menjahit luka permaisuri itu.” Ujar Chu Fei Yang secara tiba-tiba.
“Apa yang barusan kau katakan?! Kau akan menjahit daging di tubuh permaisuri?” Kaisar Xian tidak berbicara untuk memastikan apa yang di dengarnya itu benar.
Metode menjahit luka memang sesuatu yang baru bagi rakyat dinasti Han. Chu Fei Yang sendiri belajar metode ini ketika ia belajar ilmu medis di negara barat. Chu Fei Yang hanya mengangguk mendengar pertanyaan kaisar ini, “Ini adalah metode menutup luka yang paling efektif. Jahitan ini akan menghentikan pendarahan dengan cepat.”
Kaisar Xian tidak bisa memiliki cara lain lagi, ia harus segera mengambil tindakan. Melihat kondisi permaisuri yang terus melemah, kaisar Xian memutuskan untuk membiarkan Chu Fei Yang menjahit luka itu.
“Lakukan! Lakukan semua hal yang bisa menyelamatkan permaisuri.” Kaisar memerintahkan.
Chu Fei Yang mengangguk dengan penuh percaya diri. Ia kemudian mempersiapkan peralatan medisnya. Gunting, jarum jahit, dan benang telah tertata rapi di meja panjang. Sementara itu kaisar Xian hanya bisa melihat Chu Fei Yang yang begitu sibuk. Kaisar memprotes, “Cepatlah!”