Pembalasan

1482 Kata
Keesokan harinya Cao Jie ketika bangun, penglihatannya yang ia rasa mulanya memudar kini tampak begitu jernih. Ia melihat seseorang tengah berbaring di sampingnya. Untuk beberapa alasan, Cao Jie menggosok kedua matanya untuk memastikan apa yang ia lihat itu. Sosok tampan yang sedang tertidur itu bahkan tampak lebih elegan saat ini. Hingga akhirnya Cao Jie benar-benar sadar dan ia berteriak. “Aaaaaaaa…” teriakan Cao Jie memenuhi Wangfu. (Wangfu: Kediaman Pangeran) Pangeran Liu Xie yang mendengar suara teriakan itu segera bangun dan melihat gadis yang kini berstatus sebagai Wangfei-nya itu. Cao Jie memelototi pangeran Liu Xie, wajah marahnya menginginkan penjelasan dari sang pangeran. “Jangan salah paham, aku tidak melakukan apa-apa pada Wangfei.” Ujar pangeran Liu Xie. “Ah benarkah? Aku hanyalah gadis lugu yang tidak tau apa-apa. Bagaimana mungkin aku percaya pada Wangye?” Ujar Cao Jie. Pangeran Liu Xie menatap gadis itu dengan sedih, “Kau minum terlalu banyak semalam. Ini bukan seperti aku yang akan memangsamu, tapi semalam Wangfei lah yang tampak akan memakanku.” Cao Jie mendengus, “Omong kosong, jelas-jelas aku bangun dan semua pakaianku terkoyak. Wangye berbohong padaku.” Dengan bersusah payah pangeran Liu Xie berusaha melepaskan ikatan di tubuhnya itu. Sang pangeran bingung bagaimana harus menjelaskan kejadian tadi malam pada gadis pemarah ini. Hingga akhirnya ia mengambil botol anggur yang masih tergeletak di atas meja. “Ciumlah, ini berbau afrodisiak. Wangfei adalah orang yang cerdas kan? Jadi aku tidak perlu menjelaskan padamu apa itu afrodisiak.” Pangeran Liu Xie acuh tak acuh. Cao Jie segera bangkit dari tempat tidur, penampilannya masih acak-acakan dan membuat pangeran Liu Xie merasa tidak nyaman, “Wangfei harus berpakaian dulu, kau sedikit terbuka.” Sadar akan hal itu, Cao Jie langsung meraih selimut dan menutupi tubuhnya. Walau sudah terlambat ia masih tetap melakukan hal itu dengan sia-sia. Cao Jie, “Tentu saja aku tau apa itu afrodisiak!" Pangeran Liu Xie akhirnya sedikit lega, Cao Jie kembali melanjutkan, “Wangye mengajak ku minum semalam karena ini yah? Wangye memasukkan afrodisiak ke anggur ini dan membuatku mabuk. Lalu Wangye akan mengambil keuntungan dari gadis tak berdosa ini.” Tiga garis hitam tergambar di atas kepala pangeran Liu Xie. Ia merasa gagak hitam telah melewati kepalanya dan menertawakannya. Pangeran Liu Xie mengepalkan tangannya dan berusaha menahan amarah. Bagaimana mungkin daya khayal gadis ini begitu tinggi? Pangeran Liu Xie menampar pipinya, “Kasim dan pelayan yang memasukkannya, itu bukan aku. Mana mungkin aku akan mengambil keuntungan dari Wangfei.” Pengeran Liu Xie berkata dengan angkuh, "Jika aku mau, aku tidak perlu menggunakan obat semacam itu. Aku bisa memangsamu dengan mudah." Cao Jie, "...." Cao Jie masih acuh tak acuh, ekspresinya seolah mengalirkan ketidakpercayaan pada pangeran Liu Xie. Pangeran Liu Xie malanjutkan, “Terserah Wangfei saja, tapi jangan menyesal. Begitu Wangfei mengingat kejadian tadi malam, kau akan menangis karena telah memfitnah pangeran ini.” Pangeran Liu Xie berlalu dan meninggalkan Wangfu Ia membuka pintu dan melihat kasim kepercayaannya tengah tersenyum padanya. Si Zhui juga berada di sana, ia menatap pangeran sambil sesekali menutupi ekspresinya. “Hormat pada Wangye.” Ujar pelayan dan kasim. Pangeran Liu Xie menatap mereka semua dengan tatapan mematikan, “Kalian semua masuk dan bantu Wangfei bersiap-siap.” Si Zhui tidak bisa tidak berkomentar, “Apakah wangye ingin…” Pangeran Liu Xie meregangkan badannya, “Aku kelelahan karena semalam, tidak bisakah kau membiarkanku bernapas?” Si Zhui menahan tawanya, “Hamba mengerti.” Sadar bahwa ucapannya sedikit ambigu, pangeran Liu Xie segera memperbaikinya, “Jangan salah paham. Maksudku aku tadi malam, tadi malam aku tidak tidur..” Si Zhui, “Hamba paham yang mulia. Tentu saja Wangye tidak tidur dengan benar, itu karena tadi malam adalah malam pengantin anda.” Pangeran Liu Xie menatap sinis Si Zhui, “Akhir-akhir ini kau mulai banyak bicara yah Lan Si Zhui?” Si Zhui membungkuk, “Maafkan hamba Wangye.” Pangeran Liu Xie menarik Si Zhui dan menyeretnya menuju ruang belajarnya. */ Cao Jie sudah bersiap-siap, ia berpakaian rapi hari ini. Sementara itu Mian Mian datang membawakan majikannya itu sarapan. Hari ini Cao Jie dan pangeran Liu Xie akan mengunjungi kediaman Cao untuk memberi hormat. Tapi sebelum itu, Cao Jie sudah membuat rencana besar. Ia kembali teringat oleh jepitan rambut berharganya itu, karena sudah bosan dengan ucapan pangeran Liu Xie yang terus menunda untuk memberikannya jepitan rambutnya itu maka ia memutuskan untuk mengambilnya sendiri. “MianMian, di mana Wangye sekarang?” tanya Cao Jie. “Wangye sedang berendam di kolam pribadinya. Kenapa Wangfei mencarinya?” tanya MianMian. “Ah tidak, hanya saja sebagai seorang Wangfei aku harus melayaninya. Ayo kita kesana.” Ujar Cao Jie. MianMian, “Wangfei sudah merindukan Wangye lagi yah?” Cao Jie mengetuk kepala MianMian, “Mana mungkin aku merindukannya. Kau jangan membuat suasana hatiku yang sedang baik ini menjadi buruk. Sudahlah, ayo ikut.” MianMian bergegas mengikuti majikannya itu. Tak lama berselang Cao Jie telah sampai di depan halaman paviliun pribadi pangeran Liu Xie. Halaman paviliun itu begitu indah, bunga teratai yang tengah mekar membuat kolam buatan yang mengelilingi paviliun itu tampak indah. Di pintu masuk kolam, Si Zhui tengah berdiri dengan pedang di tangannya. “Si Zhui memberi salam pada Wangfei.” Ujar Si Zhui. “Ah aku mengerti. Apakah wangye ada di kolam?” Tanya Cao Jie. “Benar.” Jawab Si Zhui. Si Zhui ini benar-benar laki-laki yang tampan, dia memang sedikit cantik. Hanya saja kepribadiannya yang kaku membuat Cao Jie kehabisan kata-kata. “Aku akan masuk dan menemui Wangye.” Ujar Cao Jie. “Ini adalah kolam pribadi Wangye. Tidak ada yang bisa memasukinya kecuali Wangye. Aku sedikit menyesal yang mulia.” Jawab Si Zhui dengan sopan. Cao Jie ingin mencekik leher pemuda cantik ini. Cao Jie mengepalkan tangannya dan menahan amarahnya, “Si Zhui, aku adalah istrinya. Aku adalah Wangfei-nya, apa peraturan itu juga berlaku untukku?” Si Zhui, “Hamba sangat menyesal.” Cao Jie tidak semudah itu menyerah, ia membuat sebuah kebohongan dan membuat perhatian Si Zhui teralihkan. Begitu perhatian pengawal pangeran Liu Xie itu teralihkan, Cao Jie langsung berlari masuk ke dalam area kolam. Cao Jie masuk ke area kolam, tapi ia tidak melihat sosok yang ingin ia temui itu. Melihat pakaian pangeran Liu Xie tergantung rapi di tepi kolam, mata Cao Jie memancarkan kebahagiaan. “Mari kita lihat, dia pasti menyembunyikannya di dalam pakaiannya.” Ujar Cao Jie. Sebuah tangan yang menarik kakinya membuat Cao Jie berteriak karena kaget. Tangan yang muncul dari dalam kolam itu menarik kakinya hingga akhirnya ia jatuh ke dalam kolam. Teriakan Cao Jie terdengar sampai ke telinga Mian Mian dan Si Zhui, mereka berdua kemudian berlari menuju sumber suara. Tangan yang menarik kaki Cao Jie itu adalah tangan pangeran Liu Xie. Pangeran sengaja menarik kaki Cao Jie karena ingin menggodanya. Si Zhui dan Mian Mian tiba di lokasi kejadian, “Anda tidak apa-apa yang mulia?” Cao Jie terangah-engah, “Aku..aku…” “Kalian semua keluar, aku mau bermain bersama Wangfei.” Perintah pangeran Liu Xie. Kedua pengawal itu keluar dengan wajah memerah. Di lain sisi pangeran Liu Xie masih memegangi Cao Jie dengan erat, seolah ia adalah hewan buruan yang akan kabur. Semua pakaian Cao Jie yang baru saja ia pakai beberapa saat yang lalu kini telah basah, Cao Jie dengan wajah memerah karena marah melolong pada pangeran Liu Xie, “Wangye, anda benar-benar sudah tidak waras lagi!” Mata pangeran Liu Xie melolot, tatapannya dingin tapi senyuman licik keluar dari bibir tipisnya yang basah. Melihat hal ini Cao Jie mulai bergetar karena takut. Situasi ini sangat tidak menguntungkan bagi Cao Jie, oleh karena itu ia segera mengubah nada bicaranya, “Aheheh, Wangye. Aku tidak bermaksud berkata seperti itu, hanya saja….” Pangeran Liu Xie masih menatap wangfei nya itu, senyum menyeramkan sang pangeran masih mendominasi, “Lalu, apa yang Wangfei lakukan disini? Ah aku tau, Wangfei ingin..” Cao Jie tidak bisa mendengar pangeran Liu Xie melanjutkan kata-katanya, ia kemudian segera memotong, “Ah, aku hanya ingin merapikan dan memastikan baju Wangye tertata rapi. Bukankah itu adalah tugasku sebagai seorang Wangfei untuk selalu melayani Wangye.” Pandangan pangeran Liu Xie tidak pernah terlepas dari wajah Cao Jie, jari-jari ramping pangeran dengan lembut menutupi wajah Cao Jie yang mungil. Tangan itu kemudian berhenti di bibirnya yang lembut, “Wangfei sungguh menarik. Siapa sangka setelah tadi pagi kau menuduhku telah mamangsamu dan kau sekarang sudah menginginkannya lagi.” Cao Jie benar-benar ingin memuji kemampuan pangeran ini untuk salah paham. Dia ingin sekali menggigit tangan pangeran Liu Xie yang kini berada di bibirnya itu, “Anda salah paham wangye, aku..aku..” Pangeran Liu Xie tidak membiarkannya lolos kali ini. Pangeran Liu Xie menekannya dan Cao Jie terpojok dibawah pangeran. Cao Jie berusaha mendorong pangeran Liu Xie, tapi kekuatannya tidak berarti apa-apa. Pangeran Liu Xie tersenyum licik sebelum ia semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Cao Jie, hatinya mencibir, “Siapa yang menyuruhmu untuk mempermainkanku tadi pagi Wangfei? Sekarang kau harus menerima akibatnya.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN