Afrodisiak

1720 Kata
Pangeran Liu Xie merasa senang ketika ia menggoda Cao Jie. Ini adalah sebuah kehormatan baginya untuk menggoda wanita cerdas dan menggemaskan ini. Pangeran Liu Xie, “Lalu apa nona Cao Jie mau melakukannya saja? Ah, maksudku Wangfei, apakah Wangfei mau melakukan ‘itu’ denganku malam ini juga? Sungguh tidak sabaran rupanya.” “Tidak!Tidak! aku akan mengikuti rencanamu. Ayo matikan lilin.” Kata Cao Jie dengan terburu-buru. Pangeran Liu Xie tersenyum puas. Maka matilah lilin di kamar itu karena ditiup oleh sang pangeran. Tidak ada suara apapun, hingga beberapa saat timbul suara merintih. Kasim dan para pelayan yang sedari tadi menunggu dibalik pintu kamar tersenyum lega begitu mendengar suara itu, lalu kemudian mereka pergi. Suara merintih yang berasal dari dalam kamar itu akibat bantal yang mereka lemparkan. Pangeran Liu Xie dan Cao Jie saling melempar bantal dan berpura-pura seolah-olah mereka sedang melakukan ritual malam pertama. Mereka terengah-engah karena kelelahan melemparkan bantal satu sama lain. Dengan kondisi yang masih gelap gulita, pangeran Liu Xie turun dari ranjang dan berjalan ke arah pintu. Ia berniat memastikan bahwa para kasim dan pelayan sudah pergi. “Mereka sudah pergi, kita berhasil.” Ujar Pangeran Liu Xie. “Aku akan membuka jendela, agar pangeran bisa melihat dengan jelas.” kata Cao Jie. Mereka tidak mau menyalakan lilin agar tidak ketahuan, Cao Jie memilih untuk berjalan ke arah jendela, membuka jendela itu agar sinar bulan masuk menerangi kamar. Tapi kejadian tak terduga terjadi, ketika akan membuka jendela, Cao Jie tersandung oleh kaki pangeran Liu Xie. “Aaaaa!!” teriak Cao Jie. Indera pangeran Liu Xie yang sangat peka membuatnya langsung dengan sigap membantu Cao Jie. Pangeran Liu Xie bergerak ke arah Cao Jie dan dengan sigap, ia menangkap Cao Jie. Tangannya meraih pinggang Cao Jie, sementara tangan Cao Jie tidak sengaja menyentuh jendela hingga akhirnya jendela itu terbuka. Kondisi kamar yang awalnya gelap, berubah menjadi terang karena sinar sejuk rembulan. Mata mereka bertemu, Pangeran Liu Xie menatap Cao Jie, mereka saling bertatapan dengan sinar bulan sebagai lampu latarnya. "...." Situasi mereka benar-benar canggung sekarang, mata pangeran Liu Xie mengunci mata Cao Jie yang kini tengah menatapnya. Cao Jie, “Ah, maafkan aku Wangye. Aku benar-benar tidak..” Pangeran Liu Xie, “Ah benar, kau begitu teledor Wangfei. Lalu apakah Wangfei ingin terus berada di pelukanku malam ini?” Cao Jie langsung melompat dari pelukan pangeran Liu Xie. Dengan canggung ia kembali duduk di tepi ranjang sembari memperhatikan siluet wajah pangeran Liu Xie yang kini tengah menatap bulan. Garis wajahnya begitu sempurna, hidungnya mancung, dan bulu matanya yang lentik terlihat sangat menawan. Bagaimana mungkin siluet ini begitu sempurna jika dibandingkan dengan lukisan? Suasana yang begitu hening ini sungguh mencekik Cao Jie. Otaknya sedang berpikir bagaimana harus memulai percakapan. Sampai beberapa saat kemudian ia memulai. “Wangye, bagaimana dengan jepit rambutku?” tanya Cao Jie. Pangeran Liu Xie mencoba untuk tetap tenang, “Ah itu yah, benda itu sekarang berada di ruang belajarku. Aku akan memberikannya lain kali.” Cao Jie dengan mudah melupakan jepitan rambut itu dan beralih ke topik lain, “Baiklah aku mengerti Wangye. Wangye, apakah tidak ada gadis yang akan cemburu ketika melihat kita bersama. Aku yakin banyak wanita yang menyukai Wangye?” Siluet pangeran Liu Xie nampak berpindah, ia berjalan mendekat ke arah Cao Jie lalu kemudian duduk di sebelahnya, “Lalu bagaimana dengan Wangfei? Apakah kau juga menyukaiku?” Apa-apaan ini, Cao Jie ingin sekali mengetuk kepala pangeran ini. Beruntung dia adalah seorang pangeran, kalau tidak Cao Jie pasti sudah memukulinya sampai mati. “Aku tidak, maksudku, tentu saja aku menyukai Wangye. Itu karena wangye cerdas dan baik. Hmm, aku bertanya karena aku harus menjaga sikap jikalau suatu saat kita bertemu dengan kekasih Wangye.” Cao Jie ingin memukul dahinya sendiri ketika ia menelan mentah-mentah ucapan bohongnya ini. Mana berani nona kedua keluarga Cao ini mengatakan kalau ia tidak menyukai pangeran? Nyawanya akan segera terpisah dari tubuhnya kalau ia berani mengatakan ini. “Wangfei memang cerdas. Jangan berpikir terlalu jauh, kau sekarang istriku. Kau satu-satunya milikku begitu pula aku, tenang saja karena aku tidak mempunyai kekasih lain. Aku harap wangfei tidak cemburu lagi.” Pangeran Liu Xie menggodanya lagi. Cemburu? Siapa yang cemburu? Beruntung di perjamuan pernikahan tadi Cao Jie tidak makan, kalau tidak, dia pasti sudah memuntahkan semua makanannya karena mendengar omong kosong pangeran Liu Xie ini. “Tidurlah, kau pasti lelah Wangye.” Ujar Cao Jie. “Selamat malam Wangfei.” Balas pangeran Liu Xie. Suara ranjang yang berbunyi sungguh membuat pangeran Liu Xie tidak bisa tidur. Dia mencoba memahami Cao Jie karena ini adalah malam pertamanya tidur di istana. Malam semakin larut tapi Wangfei nya itu masih juga belum tidur. Pangeran Liu Xie hanya bisa memejamkan matanya dengan kedua tangannya yang saling bersilangan, alisnya sesekali bergerak ketika mendengar orang di sampingnya itu bergoyang kesana kemari karena tidak bisa tidur. “Wangfei tidak bisa tidur? Apakah ranjangnya tidak sesuai?” Tanya pangeran. Cao Jie sedikit terkejut karena pangeran Liu Xie juga belum tidur. Cao Jie dengan terburu-buru segera menjawab, “Ah tidak Wangye, hanya saja aku belum mengantuk.” "Jika Wangfei ingin aku memindahkan ranjang di rumahmu kemari, maka aku akan melakukannya." Ujar Pangeran Liu Xie. Cao Jie segera menjawab, "Ah tidak, tidak, itu semua tidak perlu." Cao Jie ingin memukul kepalanya sendiri, bagaimana mungkin ia tidak mengantuk. Ini bahkan sudah jam 1 malam, hanya saja ia merasa tidak nyaman berada satu kamar dengan laki-laki tampan ini. Ia takut kalau pangeran Liu Xie akan tiba-tiba memangsanya, laki-laki adalah hewan paling buas di dunia ini! “Jangan khawatir, aku benar-benar tidak akan melakukan apapun. Aku adalah laki-laki yang selalu menjaga ucapan ku.” Ujar pangeran Liu Xie. Apa-apaan ini? Bahkan pangeran Liu Xie membuat Cao Jie merinding. Dia bahkan menjawab pertanyaan dibenak Cao Jie.Apa sekarang ia bisa membaca pikiran? “Bukan itu Wangye, hanya saja aku ini belum terlalu mengantuk.” Cao Jie menjawab acuh tak acuh. “Bagaimana kalau kita minum anggur saja? Anggap saja ini adalah awal mula persaudaraan kita.” Ujar pangeran Liu Xie. Cao Jie sempat ragu-ragu sebelum akhirnya menjawab, “Itu tidak terlalu buruk, mari kita minum anggur.” Beberapa botol anggur memang sengaja telah dipersiapkan. Ini juga merupakan salah satu ritual, di mana kedua mempelai harus meminum anggur di malam pernikahan mereka. “Aku akan menyalakan beberapa lilin.” Ujar pangeran Liu Xie. “En. Ini sudah tengah malam, aku rasa para kasim dan pelayan sudah tidur.” Jawab Cao Jie. “Kau benar wangfei.” Pangeran Liu Xie tersenyum sembari membuka tutup anggur. Maka malam yang dingin itu menjadi hangat bagi mereka berdua, dalam sekejap botol-botol berisi anggur itu telah kosong. Mereka bercerita dan saling mengolok-olok satu sama lain sebelum akhirnya pangeran Liu Xie mendadak pergi ke kamar mandi. “Wangye akan kalah dariku kalau Wangye melarikan diri.” Ujar Cao Jie yang mulai mabuk. Sebenarnya ini adalah pertama kalinya nona muda itu minum sebanyak ini. Anggur itu sungguh membuatnya mabuk dan tak sadarkan diri. Sementara itu pangeran Liu Xie yang mempunyai toleransi alkohol yang kuat telah kembali dari kamar mandi. Ia kebingungan saat melihat kamar pengantinnya kosong. Di mana Wangfei-nya? “Wangfei, kau dimana? Wangfei?” pangeran Liu Xie memanggil istrinya tetapi tidak ada jawaban. Setelah beberapa saat ia melihat sosok mungil tengah bersembunyi dibalik ranjang. Bukan itu yang mengejutkan pangeran Liu Xie, tapi penampilan Cao Jie yang hampir polos itulah yang membuatnya kaget. Hanya ada kain tipis yang membalut tubuh indahnya. “Kau..kau kenapa tidak memakai bajumu dengan benar? Apa yang terjadi?” tanya pangeran sambil memalingkan wajahnya. “Aku..aku merasa begitu panas Wangye.” Ujar Cao Jie. Pangeran Liu Xie segera menarik Cao Jie dari balik ranjang. Dengan sigap ia membalut tubuh Cao Jie dengan jubahnya, tapi Cao Jie malah melemparnya kembali. “Duduk di sini, jangan bergerak. Aku akan mengikat Wangfei kalau kau tidak menurut.” Ujar pangeran Liu Xie sambil mendudukkan Cao Jie di tepi ranjang. Sementara itu pangeran Liu Xie sibuk meneliti sesuatu, ia terlihat seperti anjing sekarang. Hidungnya mengendus setiap botol anggur yang berada di meja. Wajahnya tampak suram begitu ia telah mendapatkan suatu fakta. Pangeran Liu Xie menatap Cao Jie, “Wangfei, kau benar-benar malang. Pelayan dan kasim itu, mereka benar-benar tidak bisa ditebak. Semua anggur ini tercampur oleh afrodisiak. Kau dalam masalah Wangfei.” Pangeran tiba-tiba memukul dahinya, ia teringat kalau ia juga telah meminum anggur itu. Kini dua orang yang telah meminum anggur itu berada di dalam satu ruangan, ini berbahaya! Sementara sang pangeran tengah mengutuk para kasim dan pelayan itu, Cao Jie di sisi lain telah melepaskan selimut yang membalut tubuhnya. Ia berjalan dan tiba-tiba memeluk pangeran Liu Xie, secara impulsif pangeran mendorongnya dan Cao Jie terjatuh. “Ah maafkan aku Wangfei, aku benar-benar tidak sengaja. Wangfei harus menjauh dariku.” Ujar pangeran Liu Xie. Tapi Cao Jie tidak mau menyerah, entah berapa banyak afrodisiak yang masuk ke tubuhnya tapi kini ia benar-benar bereaksi. Pangeran yang kebingungan juga tidak bisa melakukan apa-apa, dia hanya bisa mendorong Cao Jie untuk menjauh darinya. “Wangye..” Cao Jie kembali mendorong pangeran Liu Xie secara membabi buta. Dengan impulsif pangeran Liu Xie menekannya di atas tempat tidur dan mencoba mengikat tubuhnya dengan selimut. Tapi gerakannya berhenti setelah ia melihat wajah cantik Cao Jie yang tersinari oleh bulan. Kulit putihnya bagaikan batu giok yang indah, ia tidak bisa melepaskan pandangannya. Pangeran Liu Xie menampar pipinya sendiri, “Sadarlah Liu Xie, sadarlah. Obat sialan ini mulai bereaksi, aku harus melakukan sesuatu.” Setidaknya salah satu dari keduanya harus menyingkir. Tapi meninggalkan Cao Jie sendiri akan sangat berbahaya. Karena tidak ada jalan lain, pangeran Liu Xie memukul bagian belakang Cao Jie dan membuatnya pingsan. Dengan begitu ia menjadi lebih aman. Di sisi lain, afrodisiak yang mengalir di tubuh pangeran Liu Xie semakin bereaksi, ia mulai tidak bisa mengendalikan dirinya. Dengan sekuat tenaga pangeran Liu Xie mengambil sebuah tali dan mengikat dirinya sendiri. “Aku benar-benar tidak percaya akan melakukan hal bodoh ini. Tapi dengan ini, kami berdua akan aman. Awas saja kau kasim.” Pangeran Liu Xie mengutuk. Pangeran Liu Xie kelelahan setelah berusaha mengendalikan efek afrodisiak itu. Tubuhnya akhirnya roboh ke ranjang karena kelelahan. Di lain sisi mata pangeran Liu Xie terus melirik Cao Jie yang kini tengah tertidur pulas di sampingnya. Ia berusaha membenamkan tatapannya dan mengabaikan kecantikan yang kini tertidur itu. Pangeran Liu Xie hanya bisa menarik nafas sambil terus berusaha mengendalikan efek afrodisiak sialan itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN