Tidak salah lagi, janda permaisuri agung menginginkan cicit dari kaisar Xian dan permaisuri Xianmu. Tapi hal itu bukanlah hal baru lagi bagi para keluarga kekaisaran.
Adanya putra makhota akan membantu menstabilkan pemerintahan. Di tambah lagi dengan adanya putra mahkota, maka kedudukan kaisar dan permaisuri akan semakin kuat.
“Permaisuri harus segera melahirkan penerus. Nenek tau kalau kalian masih muda, tapi ini adalah hak yang penting.” Ujar janda permaisuri agung.
Permaisuri Xianmu tidak bisa berkata-kata lebih jauh, wajahnya hanya memancarkan ekspresi malu-malu kucing. Chu Fei Yang selaku ahli medis berbicara, “Biarkan hamba memeriksa Kaisar terlebih dahulu.”
Kaisar Xian melotot pada Chu Fei Yang, reaksi kaisar cukup sederhana, “Lakukan saja apa yang menjadi tugasmu.”
Maka tanpa ragu-ragu lagi Chu Fei Yang memeriksa denyut nadi kaisar Xian. Setelah selesai melakukan tugasnya itu, Chu Fei Yang tersenyum licik, “Tidak ada masalah dengan kesehatan yang mulia Kaisar. Semuanya baik dan sehat. Hasil diagnosa hamba ini bisa memastikan kalau Kaisar dalam kondisi yang prima untuk memberikan putra mahkota.”
Mendengar hal ini kaisar Xian sedikit tersipu. Kaisar Xian mengalihkan tatapannya dan secara tidak sengaja matanya terkunci oleh tatapan permaisuri Xianmu. Suasana canggung membelit keduanya.
“Itu bagus, sekarang kau juga harus memeriksa permaisuri.” Ujar janda permaisuri agung.
Chu Fei Yang mengangguk, ia kemudian meletakkan sapu tangan tipis di atas pergelangan tangan permaisuri Xianmu dan mulai memeriksa denyut nadinya. Ekspresi berbeda di tampilkan oleh Chu Fei Yang, janda permaisuri sedikit khawatir, “Bagaimana? Apa hasilnya tidak bagus?”
Permaisuri Xianmu hanya diam, dia berharap tidak akan mendapatkan hasil yang buruk. Napasnya tertahan ketika melihat ekspresi gelap Chu Fei Yang, “Katakan saja tuan muda Chu. Kau tidak perlu terbebani.”
Chu Fei Yang serius, “Sebenarnya…”
Ekspresi Chu Fei Yang yang tegang seketika sirna ketika ia berkata, “Aiya, kalian semua terlalu tegang. Permaisuri sangat baik, kondisinya benar-benar baik. Setelah ini hamba akan meresepkan tonik untuk kaisar dan permaisuri.”
Melihat kaisar Xian yang menatapnya dengan tatapan membunuh, Chu Fei Yang segera berbicara, “Aheheh, maafkan hamba, tapi hamba rasa sedikit lelucon akan sangat menyenangkan.”
Kaisar Xian menarik lengan Chu Fei Yang, “Kalau aku ingin membuat lelucon tentang menambah hukumanmu, apakah kau pikir itu akan lucu? Aku yakin itu akan sangat menyenangkan.”
Chu Fei Yang tidak bisa bergerak melawan, sebaliknya dia hanya memohon dengan tatapan memelas. Janda permaisuri juga berkomentar, “Fei Fei memang sangat ceria, jadi Kaisar jangan menghukumnya. Mendengar diagnosa Fei Fei tadi, nenek ini akan segera pergi ke kuil untuk berdoa dan juga meminta tanggal yang baik untuk melakukan ritual ini. Nenek benar-benar ingin segera memiliki cicit.”
Kaisar Xian dan permaisuri menjawab perkataan janda permaisuri agung itu dengan canggung, “Cucu mengerti.”
Hanya selang beberapa hari setelah hasil pemeriksaan Chu Fei Yang itu di lakukan, janda permaisuri segera bertolak menuju kuil Buddha yang ada pegunungan Siyuan.
Kali ini janda permaisuri agung tidak pergi sendiri, ia juga mengajak permaisuri Xianmu. Perjalanan dari istana Weiyang menuju pegunungan Siyuan memakan waktu hingga satu hari penuh. Mereka memutuskan untuk berangkat pukul 5 dini hari.
Kaisar Xian yang mengetahui hal ini tentu saja sudah bersiap sebelumnya. Kaisar telah memerintahkan pengawal-pengawal handal untuk mengawal janda permaisuri agung dan permaisuri Xianmu.
“Kaisar Xian sangat mencintai permaisuri Xianmu. Lihatlah permaisuri, yang mulia bahkan mengirimkan banyak pengawal untuk kita.” Ujar janda permaisuri agung.
“Nenek kekaisaran benar, hanya saja dengan begitu banyak pengawal maka ini akan menarik perhatian banyak orang.” Ujarnya permaisuri Xianmu.
Wanitia tua itu sedikit bereaksi ketika mendengar jawaban permaisuri Xianmu. Pengawal dan pelayan yang mengawal mereka berdua menuju pegunungan Siyuan memang tidak bisa dibilang sedikit. Ada sekitar 50 orang yang kini ikut dalam rombongan itu, benar-benar rombongan besar!
“Nenek, apa tidak sebaiknya kita menyuruh mereka berganti pakaian terlebih dahulu. Setidaknya jika mereka menyamar maka perhatian rakyat tidak akan teralihkan pada kita.” Timpal permaisuri Xianmu.
Janda permaisuri agung memikirkan ucapan cucu menantunya ini dengan penuh pertimbangan. Jika di pikir-pikir pemikiran permaisuri itu sangatlah benar, jika mereka terlihat seperti keluarga kekaisaran, maka ancaman yang mungkin saja akan mereka hadapi semakin besar. Mengingat tidak semua orang di negeri Han ini mendukung keluarga kekaisaran, jadi mereka haruslah lebih berhati-hati.
Janda permaisuri meletakkan tangannya di atas tangan permaisuri Xianmu, ia kemudian berkata dengan lembut, “Permaisuri benar, orangtua ini tidak memikirkannya sampai kesitu.”
Maka janda permaisuri pun memerintahkan para pengawal itu untuk berpakaian seperti pedagang. Mereka tidak lagi memakai pakaian istana yang biasa mereka kenakan, penyamaran kali ini haruslah berhasil agar mereka tidak membuat keramaian di tengah rakyat.
Maka tepat pukul enam pagi, rombongan itu berangkat. Rombongan kekaisaran melewati pintu gerbang istana Weiyang sebelum akhinya sampai di pusat ibu kota.
Permaisuri Xianmu yang rindu akan kehidupan bebasnya dulu membuka tirai gerbong kereta. Senyum indah terpancar dari wajah sang permaisuri begitu ia melihat keramaian di Chang’an.
Janda permaisuri agung yang duduk di samping permaisuri Xianmu melirik ke arah cucu menantunya itu. Wanita tua itu tersenyum ketika melihat wajah permaisuri Xianmu yang juga tengah tersenyum saat melihat keramaian ibu kota.
“Permaisuri, orangtua ini sangatlah bosan. Bisakah permaisuri membuat lelucon untuk orangtua ini?” Ujar janda permaisuri agung secara tiba-tiba.
Permaisuri Xianmu berbalik dan mengalihkan pandangannya pada wanita tua itu. Ia hanya tersenyum dengan lembut sembari berkata, “Entah nenek kekaisaran akan menyukainya atau tidak, tapi cucu ini akan menceritakan sebuah kisah.”
Nenek kekaisaran tidak bisa membantu, tetapi senyuman yang di sertai dengan anggukan ringan itu memperlihatkan kegembiraannya. Permaisuri Xianmu mulai berbicara, “Apakah nenek tahu kalau awal mula cucu ini bertemu dengan kaisar Xian itu karena kekacauan?”
Nenek kekaisaran tertarik setelah beberapa kata itu keluar dari mulut permaisuri Xianmu, “Apakah itu benar permaisuri?”
Permaisuri mengagguk, “Itu benar sekali. Semua ini di awali dari ketidaksengajaan yang mungkin saja di atur oleh langit. Saat itu aku tengah terlibat kekacauan di pasar dan tanpa sengaja menarik Kaisar Xian yang dulunya masih bergelar Wangye ke dalam kekacuan itu. Cucu ini menarik tangan Kaisar Xian tanpa sengaja dan membawanya ke gubuk reot untuk bersembunyi. Dan sejak itu aku selalu memarahinya. Saat itu aku belum mengetahui kalau pemuda yang tampan itu adalah seorang Wangye. Aku memarahinya ketika ia berteriak karena hanya seekor kecioa, aku juga pernah menendangnya dan mengolok-ngoloknya.”
Nenek kekaisaran tertawa puas begitu ia mendengar cerita ini, ia tidak bisa tidak berkomentar, “Ahahahhaha, bagaimana mungkin hal itu terjadi? Xie Xie (nama kecil kaisar Xian) tidak pernah di olok-olok sejak ia kecil. Dia adalah seorang Wangye yang terkenal karena kejahilannya. Lalu apa yang terjadi setelahnya?”
Permaisuri Xianmu senang melihat reaksi janda permaisuri agung itu hingga kemudian ia berbicara lagi, “Sejak saat itu aku merasa bahwa langit memang menghendaki kami terus berhubungan. Aku ikut dalam pemilihan Wangfei dan tanpa aku tahu Wangye telah memilihku. Hanya sejak saat itu aku sadar, bahwa aku harus menebus semua dosaku pada Wangye. Saat itu cucu ini sangatlah takut, aku takut wangye akan memenggalku. Tapi nyatanya ia tidak pernah melakukan itu. Ia bersikap sangat baik pada cucu ini nenek kekaisaran.”
Karena terlalu terbawa suasana dan sangat menikmati lelucon yang di buat oleh permaisuri Xainmu itu, waktu perjalanan terasa begitu singkat. Hingga akhirnya mereka pun tiba di pegunungan Siyuan.
Permaisuri Xainmu dan janda permaisuri agung akhirnya tiba di depan pintu kuil Buddha. Kuil Buddha ini adalah kuil yang paling popular di kalangan para bangsawan, walaupun kuil ini di buka untuk umum, tapi pengunjung kuil ini kebanyakan berasal dari kalangan bangsawan. Hal ini bisa di pastikan ketika salah seorang istri menteri pekerjaan terlihat menyapa janda permaisuri agung.
“Salam pada permaisuri Xianmu dan janda permaisuri agung, saya adalah Liu Su Qing. Istri dari menteri pekerjaan, Liu Yu Han.”
Wanita itu membungkuk kepada permaisuri Xainmu dan janda permaisuri agung.
“Kami mengira tidak akan ada yang bisa mengenali kami mengingat aku dan permaisuri hanya memakai pakaian sederhana.” Ujar janda permaisuri agung.
Liu Su Qing itu tidak bisa membantu, dia hanya bisa tersenyum dengan canggung saat mendengar ucapan nenek kaisar itu. Sebaliknya, seorang gadis yang berusia tidak jauh dari usia permaisuri Xianmu sedang menatap ke arah permaisuri kaisar Xian itu.
Liu Su Qing yang menyadari kehadiran gadis itu segera menepuk pundaknya, “Apa yang kau lakukan?! Ini adalah yang mulia permaisuri Xianmu dan janda permaisuri agung. Cepat membungkuk dan beri hormat.”
Gadis itu seketika kaget, ia menyesali perbuatannya yang telah berani menatap keluarga kekaisaran itu dengan tatapan tidak hormat, “Maafkan kelalaian hamba. Liu Han Yu memberisi salam pada yang mulia permaisuri Xianmu dan janda permaisuri agung.
Melihat keterlambatan ini, Liu Su Qing segera meminta maaf atas nama putrinya itu, “Ini kelalaian hamba, mohon yang mulia memaafkan.”
Permaisuri Xianmu hanya tersenyum saat melihat sikap kedua wanita itu. Dia tidak banyak berbicara, tapi tatapannya penuh dengan keanggunan, “Yu er tidak bersalah, dia juga tidak tahu kalau kami adalah keluarga kekaisaran.”
Melihat respon dari permaisuri Xianmu yang begitu murah hati ini, janda permaisuri tidak bisa berkata apa-apa. Mereka segera berlalu meninggalkan kedua wanita itu dan masuk ke dalam paviliun untuk berdoa.
Sementara dua wanita yang tengah melihat bayangan permaisuri Xianmu menjauh itu tengah dalam suasan hati yang tidak baik. Liu Su Qing melihat putrinya yang berusia tidak jauh dari permaisuri Xianmu dengan tatapan penuh cemoohan, “Lihatlah dirimu, kau bahkan tidak bisa melampaui kecantikan kuku permaisuri Xianmu. Ibu membawamu kesini hanya untuk berdoa kepada Buddha agar kau bisa memiliki pernikahan yang baik.”
Gadis bernama Li Han Yu itu hanya bisa membiarkan dirinya di banding-bandingkan dengan seorang permaisuri. Tatapannya berubah menjadi tatapan yang penuh dengan rasa iri pada permaisuri Xianmu.