Mata Cao Jie membesar, dia ingin segera mengutuk. Pangeran negeri ini benar-benar sudah sinting, dia berusaha untuk lari dari pernikahan ini, tapi lihatlah pangeran ini, yang malahan berusaha untuk menyeretnya ke lubang neraka.
Cao Jie, “Aku tidak mau!”
Pangeran Liu Xie, “Ah benarkah? Aku yakin kau akan berubah pikiran begitu melihat surat ini.”
Cao Jie membuka lembaran kertas berisi catatan pernikahan keluarga bangsawan yang telah di atur oleh kekaisaran. Beberapa putri keluarga pejabat akan di kirim ke Gogoryeo untuk melakukan pernikahan. Hal ini dilakukan agar hubungan kedua negara akan semakin erat. Dan Cao Jie melihat dengan jelas namanya beserta nama kedua saudarinya. Wajahnya gelap begitu ia melihat semua ini.
“Bukankah lebih baik menikah denganku. Ah iya, kau juga tidak akan di rugikan dalam hal ini. Kau dan aku hanyalah pasangan ketika berada di tengah keramaian. Kau berstatus sebagai Wangfei hanya saat kita dilihat oleh orang, jika hanya kita berdua kau bebas melakukan apa pun. Bacalah.” Pangeran Liu Xie membuka kipasnya dan dengan anggun mengipasi dirinya sendiri.
Cao Jie meraih lembaran kedua yang diberikan oleh pangeran Liu Xie kepadanya. Lembaran itu berisi kontrak pernikahan yang ditulis oleh pangeran Liu Xie sendiri. Isinya sama sekali tidak merugikan Cao Jie. Di dalamnya tertulis beberapa poin penting diantaranya, Cao Jie dan kedua saudarinya akan dibebaskan dari pernikahan kekaisaran, dia akan mendapatkan jepit rambutnya, dan masih banyak lagi.
Cao Jie nampak tergoda, tapi ia juga penasaran, “Aku ingin tau, apa yang membuat pangeran memilihku?”
Pangeran Liu Xie, “Tidak ada alasan lain. Aku benar-benar tidak menyukai pernikahan yang di atur, dan juga aku tidak mengenal para wanita itu. Aku hanya mengenalmu, setidaknya aku akan bisa mengatasimu tanpa ada rasa canggung sama sekali. Mengingat kau begitu galak dan temperamen, aku yakin kau tidak akan memangsaku. Benarkan?”
Cao Jie, “Anda mengejekku lagi. Ah tapi itu tidak sepenuhnya salah. Aku tidak akan akan pernah mau untuk memangsa pangeran menyebalkan sepertimu.”
Pangeran Liu Xie, “Kalau begitu, kau harus menekan ibu jarimu di sini dan menikah denganku.”
Cao Jie merasa dia sama sekali tidak akan dirugikan, jadi tanpa pikir panjang dia menekan ibu jarinya di atas bantalan tinta dan membuat cap tangan di atas surat perjanjian itu. Kesepakatan keduanya berakhir dengan damai.
*/
1 minggu berlalu.
Rombongan kereta tiba di kediaman keluarga Cao. Beberapa pelayan turun dan membawa kotak berisi hadiah untuk nona Cao Jie. Mulai dari hanfu mewah berwarna merah khas kekaisaran, hingga perhiasan dan mutiara. Hari pernikahan antara pangeran Liu Xie dan Cao Jie akan berlangsung besok. Tentu saja para pelayan sibuk mempersiapkannya.
Sementara itu Cao Jie sudah tidak banyak mengeluh, dia duduk dengan santai sembari melihat hantaran dari istana itu. Hal ini tentu saja membuat Cao Xiao merasa tidak biasa.
“Adik kedua, apakah kau baik-baik saja? Beberapa hari ini kau begitu tenang.” Tanya Cao Xiao.
“Kakak jangan khawatir, setelah merenung selama beberapa hari ini, aku merasa bahwa tidak ada salahnya menikah dengan pangeran Liu Xie. Aku yakin itu adalah berkah dari langit untuk keluarga kita.” Suara Cao Jie terdengar malas.
“Kakak kedua, aku dengar pangeran adalah laki-laki yang baik. Dia juga pintar dan ilmu bela dirinya sangatlah luar biasa. Kau jangan berpikir yang tidak-tidak.” Cao Hua menyahut.
“Kau diam saja!” Cao Jie kesal.
“Kakak senang akhirnya kau mau menerima semua ini.” Cao Xiao tersenyum dengan lembut.
Waktu terus berjalan, siang berubah menjadi malam. Dan aalau dia sudah setuju untuk menikah dengan pangeran, tapi hati Cao Jie masih benar-benar tidak bisa menerima kenyataan ini.
“Nona, para pelayan akan membantu anda memakai wewangian.” Ujar Mian Mian.
“Apa? ini malam hari, apa yang ingin kau lakukan padaku?” tanya Cao Jie.
Cao Xiao datang dengan senyum lemah lembutnya. Tugas ini sebenarnya adalah tugas seorang ibu, namun karena ibu mereka sudah meninggal, jadi Cao Xiao sebagai saudari tertua-lah yang menggantikannya.
“Kakak, ada apa?” tanya Cao Jie yang penasaran.
“Kalian boleh keluar, aku sendiri yang akan membantu adikku.” Ujar Cao Xiao.
Cao Xiao menarik Cao Jie menuju kamar mandi, dia membantu Cao Jie melepaskan pakaiannya tanpa berkata apa-apa.
Tiba-tiba air mata menetes membasahi pipi putih Cao Xiao, “Ini adalah ritual sebelum pernikahan. Kau adalah gadis bodoh, kau bahkan tidak mengetahuinya?”
Cao Jie tampak khawatir karena melihat kakaknya menangis tanpa alasan. “Kakak, ada apa? Kenapa kakak menangis?”
Cao Xiao, “Jie Jie, tugas ini seharusnya dilakukan oleh ibu kita. Tapi biarlah aku yang melakukannya, aku hanya berharap kalian bisa bahagia.”
Hati Cao Jie meleleh mendengar ucapan saudari tertua nya itu, tanpa sadar ia juga meneteskan air mata dan memeluk Cao Xiao.
“Kakak jangan khawatir, aku tidak akan meninggalkan kalian. Aku pasti akan bahagia kak, kakak juga harus berjanji padaku. Kakak akan selalu bahagia.” Ujar Cao Jie.
*/
Di pagi hari berikutnya, dimana hari pernikahan tiba, Cao Jie rupanya masih sempat mempersulit keadaan.
Cao Jie masih tertidur, mungkin tidak benar-benar tidur. Matanya sekali-kali terbuka, memastikan pelayan dan saudarinya belum datang. Dia sudah menyiapkan rencana murahan terakhir kali untuk ia pakai mengelabui kedua saudarinya.
Kali ini bukan berpura-pura sakit, tapi berpura-pura keracunan. Cao Jie sudah menyiapkan tinta stempel di tangannya, begitu saudari-saudarinya masuk, ia akan segera menelan tinta stempel berwarna merah itu. Seolah-olah ia telah keracunan dan memuntahkan banyak darah.
Terdengar suara pintu berderit, pastilah kedua saudari Cao Jie sudah masuk ke kamarnya. Sesuai rencana, Cao Jie berhasil mengelabui adik bungsunya yang naif itu. Melihat kakak keduanya terbaring lemah dengan darah yang mengalir dari mulutnya, Cao Hua langsung berteriak seperti orang kesurupan. Membuat seluruh isi rumah kaget, Cao Xiao yang mendengar teriakan sang adik bungsu langsung menghampirinya.
“Ada apa?” Tanya Cao Xiao.
“Kakak kedua, dia..dia mati “ Cao Hua sudah mau menangis.
Cao Xiao masuk untuk melihat keadaan Cao Jie. Cao Xiao langsung menyadari kejanggalan yang ada, selain mahir menenun Cao Xiao juga mahir dalam menulis. Tinta yang dipakai Cao Jie untuk mengelabui semua orang memanglah tinta khusus, tapi kemampuan Cao Xiao dalam mengenali jenis tinta tidak bisa dibohongi.
Cao Xiao tersenyum, kemudian dia mulai menggeledah pakaian Cao Jie. Matanya berbinar setelah melihat botol tinta di saku hanfu sang adik keduanya.
“Adik kedua, kemampuanmu memang tidak diragukan lagi. Kegemaranmu adalah membaca, tak heran jika wawasanmu sangatlah luas. Tapi aku sarankan, mulailah berlatih menulis agar kau tau jenis-jenis tinta.” kata Cao Xiao.
Cao Jie ketahuan lagi, dengan terpaksa ia membuka matanya. Kelopak matanya terbuka lebar dan memperlihatkan senyuman kakak sulungnya.
“Kakak..tolonglah aku. Aku tidak mau menikah.” kata Cao Jie merengek.
“Kakak kedua, kau tidak mati?” Cao Hua menyahut.
“Diam!” kata Cao Jie.
Cao Xiao, “Bukankah adik kedua sudah menerimanya kemarin? Kenapa berubah pikiran lagi?”
Cao Jie, “Itu, itu karena…”
“Sudahlah, ayo kita bersiap.” Ujar Cao Xiao.
Dengan sedikit paksaan dan perilaku khusus, Cao Jie akhirnya keluar dengan penampilan barunya. Hanfu mewah berwarna merah telah melekat di tubuhnya Terdapat burung phoenix yang di sulam menggunakan benang emas di hanfu itu. Burung phoenix sendiri adalah simbol dari permaisuri. Riasan sederhana yang membuatnya terlihat anggun menempel di wajah mungilnya. Kini ia siap untuk acara pernikahan.