Bab 28 [ Kuroda Shouhei POV ]

1055 Kata
Setelah sepanjang sisa malam aku dan Sousuke menghabiskan waktu bergumul di kamar mandi, aku membaringkan dia dinatS ranjang tepat di sebelah Yuuki setelah memakaikan dia pakaian baru. Waktu juga sudah menunjukkan pukul enam pagi, meski aku tidak tahu mereka akan bangun pukul berapa, tapi aku keluar dari kamar dan mulai.memasak sarapan untuk mereka juga untuk inspektur Oogaki. Setelah selesai, aku sama sekali tidak membangunkan salah satu dari mereka, atau meminta inspektur Oogaki turun dari lantai atas agar bisa ikut aku ke kantor, karena semalam, kami baru masuk kamar pun sudah tengah malam, dan aku yakin kalau inspektur Oogaki tidak akan langsung bangun meski kubangunkan seperti apapun. Jadi, setelah menyiapkan sarapan untuk mereka semua, aku langsung berbenah diri dan pergi ke kantor tanpa berpamitan. Dan saat tiba di sana, aku langsung menemui Mihara Kuji, resesif sialan yang sudah menghancurkan sebagian besar hidup omegaku. Hanya saja, sebelum ke kantor, aku mampir di sebuah restoran yang menyediakan menu sarapan, membeli beberapa menu di sana sebelum aku benar-benar menghampiri dia. Di sana, di ruangan pengap yang dijaga oleh beberapa orang petugas, dia hanya sedang duduk sambil memainkan rubik yang entah dia dapat dari mana. Di ruangan itu hanya ada satu meja berukuran kotak dengan dua buah bangku yang saling berhadapan, sementara di sisi dinding terdapat ranjang kecil yang sepertinya belum disentuh sama sekali. "Bagaimana tidurmu?" Tanyaku sambil menaruh pelastik berisi makanan yang kubeli. Dia tidak menjawab, dia hanya masih fokus pada rubik yang sudah hampir setengah jadi dia susun. Harus kuakui, dia memang cerdas, tapi kecerdasannya tidak dia gunakan untuk hal bermanfaat yang harus membuatnya berakhir di tempat seperti ini juga ... tiang gantungan. "Kau punya rokok?" "Kau tidak boleh merokok." "Ayolah, sebentar lagi aku akan mati, apa bedanya dengan aku mati karena merokok atau di ranjang karena disuntik racun." Aku memutar bola mataku. Si b******k ini, dia bahkan tidak melihatku saat dia bicara, dengan tangan yang terus memutar rubik sangat cepat hingga satu baris sudah berubah menjadi satu warna dalam waktu singkat. Memang benar yang dia katakan, karena rokok ataupun bukan, dia memang akan mati sebentar lagi. Jadi, aku mengeluarkan satu bungkus rokok dari saku jas -ku dan kuberikan padanya bersama sebuah korek. "Terima kasih." Ujarnya sambil meraih bungkusan rokok itu dan meletakkan rubik yang sudah hampir selesai dia mainkan. Kuperhatikan dia. Wajahnya memang sangat pucat dari yang terakhir kuingat, tubuhnya pun terlihat sangat kurus, aku tidak tahu seperti apa rasa sakitnya, tapi aku bisa merasakan bagaimana resesif ini merindukan Sousuke. "Siapa yang membantumu datang kemari?" "Apa itu penting?" Jawabnya sambil mengembuskan asap rokok. "Untukku tidak, tapi kami butuh datanya." "Tidak perlu repot-repot, orang itu masih ada di penjara. Dia hanya memberiku senjata, sisanya aku yang mengeksekusi." Jawabnya sambil kembali melanjutkan menyelesaikan rubik. "Lalu kenapa kau sampai membunuh opsir-opsir itu?" "Kalau tidak kulakukan, maka aku yang akan mereka bunuh." "Kalau kau hanya ingin menemui Sousuke, kau bisa katakan itu pada inspektur Oogaki, tidak perlu sampai harus seperti ini." "Lalu kau akan memberikan aksesnya?" "Keputusanku tergantung padanya." "Bagaimana kalau posisinya kita balik," ujarnya dengan nada mengejek, "aku ada di posisimu, sebagai Alpha posesif yang pendiam. Lalu ada manusia sepertimu yang ingin bertemu dengan omegaku, setelah hampir membuat anak dalam perutnya mati, apa aku masih akan membiarkan kalian bertemu? Kurasa tidak. Itu logika sederhana yang sangat konyol kalau terbantahkan." Yang dikatakan olehnya memang benar, sekalipun dia memintanya baik-baik pada inspektur Oogaki atau memohon padaku sambil bersujud pun, belum tentu aku mau mempertemukan mereka. Terlebih, orang ini juga yang hampir membuat anakku tewas dalam perut ibu -nya. "Tapi aku senang karena aku bisa melihat Souchan untuk terakhir kalinya dalam hidupku." Ucapnya kembali mengembuskan asap rokok perlahan. "Kau benar-benar menjaganya dengan baik, awalnya kupikir kau hanya ingin memanfaatkan dia sama sepertiku memanfaatkan dia hanya untuk melarikan diri darimu, tapi ternyata ... kau benar-benar mencintai Souchan lebih dari yang kuberikan." "Hubungan kalian hanya simbiosis mutualisme, saling memanfaatkan untuk kepuasan sendiri. Dia mencarimu untuk heat -nya dan kau menemuinya hanya karena kau ingin mendapat tempat bersembunyi yang paling aman." Kuji terkekeh. "Kau pintar, tapi tidak cukup cerdas untuk paham dengan apa yang orang lain pikirkan." Aku diam, menunggu kelanjutan kalimat yang keluar dari mulutnya. Hanya saja, sampai rokok pertama di tangannya habis pun, Kuji tetap diam dan terus menyelesaikan sisa balok rubik yang belum rampung. "Makan makananmu, akan kupastikan kau di eksekusi di sini." Ujarku sambil beranjak dan berjalan keluar meninggalkannya, hanya saja sebelum aku membuka pintu ruangan pengap itu, Kuji tiba-tiba bersuara. "Orang itu Enigma, bukan? Kau harus hati-hati padanya, meski dia sudah membantumu, tapi dia tetap bisa mengubah kepemilikan darimu dan merebut Souchan dengan mudah." Tak ada jawaban dariku. Aku hanya sedikit berbalik untuk melihatnya yang sudah menyelesaikan rubik itu kemudian menaruhnya tepat di tengah-tengah meja, tersenyum padaku kemudian kembali menyalakan rokok dan mengembuskan asapnya perlahan. "Selamat tinggal." Ujarku lalu benar-benar pergi. Harus kuakui, aku memang membenci Mihara Kuji untuk semua kejahatan yang sudah dia lakukan, tapi aku juga tidak bisa menyangkal kalau pengejaranku padanya berakhir dengan aku kembali menemukan Sousuke yang pernah kutemui saat aku pindah ke Kyoto pertama kali, karena dia juga aku benar-benar menemukan Mate -ku, yang sekarang jadi pasang hidupku. Sedikit kasian kurasakan melihatnya akan mati dengan cara menyedihkan karena perasaan yang masih dia pendam sangat kuat untuk Sousuke, hanya saja, untuk semua nyawa yang sudah dia lenyapkan, aku tidak bisa mengatakan kalau dia layak untuk dikasihani. Tapi bagaimanapun, dia juga manusia, bukan? "Kuroda-san," panggil seorang petugas piket tadi malam padaku yang baru saja keluar dari lorong tempat Mihara Kuji ditahan. "Bagaimana semalam?" Tanyaku. "Dia menolak makan malam, dan hanya meminta sebuah rubik dan memainkan benda itu. Obat yang dianjurkan dokter yang menanganinya di Tokyo juga sudah kami berikan, hanya saja apa tidak apa-apa membiarkannya meminum obat itu tanpa membuatnya mengisi perutnya lebih dulu?" "Aku membawakan dia makanan, tolong pastikan dia memakannya. Setelah itu, berikan dia obat. Aku akan melapor pada komisaris untuk sidang terakhir Mihara Kuji." "Kita tidak akan membawanya ke Tokyo lagi?" "Tidak, itu terlalu beresiko, penjagaan di sini akan lebih diperketat, jadi tolong tambah orang dan laporkan padaku." "Baik." "Dan suruh petugas piket pagi ini untuk melapor padaku sebelum menggantikanmu berjaga." Ujarku sebelum pergi meninggalkan tempat itu.  Setelah berjalan cukup jauh dan berpapasan dengan banyak petugas yang sedang berganti shift, aku masuk ke dalam lift dan menekan angka empat pada tombol di sana. Selama lift bergerak naik, aku terus memikirkan kalimat terakhir Kuji sebelum aku meninggalkan tempat itu. Di mana dia mengatakan kalau aku harus berhati-hati pada Enigma sialan itu. Tapi satu yang tidak tidak tahu, kalau aku sudah sangat berhati-hati padanya. Pada kekuatan Enigma yang ada dalam tubuh pria itu, pada keinginannya yang juga ingin merebut Sousuke dariku. _
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN