Aku bangun dan tidak menemukan Sousuke di mana pun di kamar kami.
“Maaf, aku membuatmu bangun, ya?” suaranya tiba-tiba mengagetkanku.
Kulihat dia keluar dari kamar mandi sambil menyeka bibirnya. Dia, habis muntah lagi? Aku menghela napas sebelum turun dari ranjang dan berjalan mendekatinya.
“Mualnya masih ada?” tanyaku, tapi dia menggeleng.
“Aku sudah tidak apa-apa.”
“Kau yakin?”
Dia mengangguk. “Kau, bukannya hari ini harus ke Tokyo, bukan, Kuroda-san?”
“Aku akan batalkan kalau keadaanmu tidak memungkinkan untuk kutinggalkan.”
“Tidak, aku benar-benar sudah tidak apa-apa,” dia masih berdalih, “biasanya, kalau sudah muntah jam segini, aku tidak akan apa-apa siang nanti.”
Aku tahu dia sedang berbohong, tapi aku juga tidak bisa untuk tidak memenuhi undangan inspektur Oogaki untuk datang ke kantor pusat untuk membahas apa yang kami bicarakan di telepon beberapa hari lalu.
“Kuroda-san,”
“Hm?”
“Pergi saja, akan kubantu mengemas pakaianmu.”
“Tidak perlu, aku akan pulang malam nanti.”
“E—tapi?”
“Aku hanya harus membahas beberapa hal, itu tidak akan lama, jadi aku juga tidak harus sampai menginap.”
“Kau yakin?”
“Kau pikir inspektur Oogaki akan membahas apa sampai aku harus menginap di sana?”
“A—mungkin hal penting.”
“Pekerjaanku mungkin semuanya penting, tapi aku juga masih punya banyak tanggung jawab di sini, pekerjaanku di sini juga tidak bisa kutinggalkan begitu saja.” Jelasku sambil membantunya kembali ke tempat tidur.
“Tidurlah lagi,”
Ini memang sudah pagi, tapi jam empat pagi, benar-benar terlalu pagi untuk dia bangun. Jadi kutarik lagi selimutnya dan kututupi dia, kubuat dia senyaman mungkin agar bisa kembali terlelap.
“A—Kuroda-san,”
“Hm?”
“Aku benar-benar tidak sengaja bertemu dengan Arata Kenichi kemarin.”
“Kenapa mengatakan itu tiba-tiba?”
Dia tidak langsung menjawab pertanyaanku. Dia hanya menatapku sambil berkedip beberapa kali.
Aku tidak paham maksud dia melihatku seperti itu, tapi aku tahu kalau aku memang pernah mengatakan kalau aku tidak suka dengan Arata Kenichi beberapa tahun lalu padanya secara langsung, dengan alasan yang mungkin tidak masuk akal baginya.
Ya, tidak masuk akal, karena aku mengatakan kalau aku tidak suka jika dia berada dekat dengan pria mana pun terutama Arata Kenichi yang jelas-jelas tidak bersahabat denganku karena aku mendapatkan Sousuke lebih dulu daripada dia.
Sialnya, kupikir orang itu akan menyerah setelah tahu Sousuke menikah denganku dan kami punya anak, tapi ternyata tidak. Enigma yang masih tetap mengaku sebagai Beta itu seperti masih berpikir kalau dia bisa membalik keadaan dan membawa Sousuke pergi dariku lalu datang ke pelukannya.
“Maaf kalau aku berbuat tidak baik dengan membuatmu kesal karena menemui Arata, tapi ... aku berani bersumpah kalau aku bahkan tidak ingat Arata Kenichi yang sering kutemui di kantor pusat dulu, adalah orang yang sama dengan temanku waktu aku masih sekolah di Kyoto.”
Kupandangi dia sebelum kuelus punggung tangannya. “Ingatanmu, benar-benar buruk.”
Aku tidak tahu itu pujian atau hal lain yang lebih baik, tapi setelah mendengar itu, dia merengut, wajahnya terlihat sangat kesal, bahkan aku bisa melihat bagaimana dia menggembungkan pipinya seperti yang sering Yuuki lakukan kalau dia marah.
Melihat tingkahnya, aku tersenyum. “Tidurlah, aku juga mau melihat Yuuki.”
“Kenapa? Anak itu tidak akan bangun kalau matahari belum tinggi.”
“Sama seperti ibu –nya.” Kusentil dahinya, membuat dia mengaduh sebelum aku beranjak dari ranjang dan kembali merapatkan selimut yang sudah membungkus tubuhnya.
“Tidurlah.” Ujarku sambil mengusak rambutnya perlahan.
Hanya saja, aku tidak menunggu dia untuk bisa kembali tidur, aku hanya menyelimutinya kemudian memilih keluar dari kamar.
Aku tidak tahu apa yang ingin dia makan di saat seperti ini, tapi saat aku melihat isi lemari es, kulihat ada cumi-cumi dan setengah kilogram kerang. Mungkin, aku bisa membuat bubur seafood dengan ini. Lagi pula, memasak bubur memang akan sangat lama, setidaknya aku bisa melakukan hal lain yang bisa kulakukan.
Aku meninggalkan panci berisi bubur seafood dengan api yang sangat kecil, aku masuk ke dalam kamar dan melihat Sousuke sudah kembali tertidur dan kelihatannya dia memang sudah jauh lebih baik pagi ini.
Karena dia sudah terlelap, kuambil ponselku di nakas dan kembali keluar, agar aku bisa menghubungi inspektur Oogaki.
Beruntung sekali aku, karena saat kutelepon, dia langsung menjawab.
“Inspektur, ada apa?”
[ “Sousuke ada di sana?” ]
“Tidak.”
[ “Kalau begitu, akan kuberitahu.” ] inspektur Oogaki terdiam, kudengar kalau dia menghela napas panjang dan aku bisa merasakan kalau dia sangat lelah. [ “Mihara Kuji melarikan diri pagi tadi. Aku ingin meneleponmu saat itu juga, tapi kurasa aku tidak bisa mengatakan ini kalau kau masih berada di sekitar Sousuke, jadi aku terpaksa memintamu datang ke pusat.” ]
“Memangnya kalau aku datang ke pusat, orang itu bisa langsung kutangkap lagi?”
[ “Itu hanya alasan, Shouhei Kuroda. Hanya alasan!” ]
“Jadi, apa aku masih tetap harus pergi ke sana?”
[ “Kalau kau bisa, tolong datang, tidak ada yang paham pergerakan dia dibandingkan kau.” ]
Apa-apaan itu? Tidak ada yang paham pergerakan dia dibandingkan aku? Dia pikir pekerjaanku hanya menguntit resesif sialan itu saja, apa?
Dulu mungkin iya, karena aku sedang berusaha menjaga Sousuke darinya, tapi sekarang Sousuke sudah ada padanya, tapi ...,
“Siapa yang menjenguknya terakhir kali?” tanyaku.
[ “Tidak ada.” ]
“Tidak ada? Lalu bagaimana dia bisa kabur?”
[ “Kau lupa? Hari ini adalah pengadilan terakhir untuknya sebelum dia dihukum mati.” ]
Aku menghela napasku berat. Hidup dengan Sousuke membuatku melupakan semua hal yang sangat penting. Kemarin, Mihara Kuji punya pengadilan terakhir untuk eksekusi. Tapi aku malah bertengkar dengan Sousuke dan melupakan hal yang sangat penting.
“Aku akan ke Tokyo setelah ini, tolong jemput aku di bandara?”
[ “Tentu saja.” ]
“Baiklah, sampai nanti.”
Kuakhiri panggilan itu dan kembali pada bubur seafood yang sedang kumasak. “Kuharap rasanya enak.”
_