Bab 20 [ Kuroda Shouhei POV ]

1549 Kata
"Sudah selesai mainnya? Tanyaku sambil meraih kepala Yuuki dan mengelusnya. Aku yakin kalau suaraku mengagetkannya, dan itu bisa kulihat dari bagaimana dia terkejut saat melihatku di sana. "K—Kuroda-san?" Kulihat Sousuke sedikit panik, mungkin dia terkejut karena dia melihatku mengikutinya sampai ke tempat ini, saat dia bersama orang lain. Dan orang itu, adalah orang yang sangat menyebalkan untukku. Sialnya, di sini, kurasa bukan cuma aku yang tidak suka padanya. "Wah, tuan putri, lihat siapa yang datang? Sepertinya ayahmu menjemput." Ujar Arata Kenichi sangat percaya diri. Aku tidak tahu kenapa dia bisa bertingkah seolah dia menerima darah dagingku saat dia bersama dengan omega kesukaannya, meski begitu aku tidak akan membiarkan Yuuki berada di dekat Enigma semacam dia. "Terima kasih karena sudah membawa Yuuki berkeliling." Ujarku penuh penekanan. Hanya saja, kalimat penuh penekanan dan kalimat yang mengarah pada pengusiran itu sepertinya tidak mempengaruhi Enigma sialan ini untuk pergi. Dia bahkan tersenyum dan seperti mencemoohku.  "Tidak masalah, aku suka anak-anak. Setidaknya, dengan begini aku bisa sedikit lebih akrab degannya." "Benarkah? Tapi aku selalu mengajarkan pada anakku untuk tidak bertemu atau bicara degan orang asing tanpa seizin orangtuanya." "Kuro—" Sousuke seperti ingin menahanku untuk tidak bicara terlalu kasar, tapi kuabaiakan. Hanya saja, sebelum aku kembali membuka mulutku, Enigma sialan itu sudah bicara lebih dulu. "Didikan yang baik." Pujinya. Tapi aku yakin kalau itu bukan pujian sama sekali. "Hanya saja, kau tidak perlu sekeras itu pada anak-anak, Papa. Dia terlalu cantik untuk kau beri wajah seperti itu setiap hari." Ucapnya sambil menatap ke arah Yuuki yang masih asik makan es krimnya. "A—ken, itu tidak—" Lagi-lagi Sousuke seperti ingin membela pria itu, tapi segera dihentikan oleh pria sialan itu. "Baiklah, aku harus segera pergi, sampai bertemu lagi Sousuke." Ujarnya sambil melambai pada kami sebelum dia benar-benar menghilang di tegah keramaian. Hanya saja, meski Enigma itu sudah tidak terlihat pun, Sousuke msh bertingkah kalau dia membenciku. Lihat bagaimana dia memalingkan wajahnya dariku seolah aku ini tidak menarik sama sekali. "Yuu, sudah makannya, ya?" Tanya Sousuke pada anak gadisnya. "Mau pulang atau masih mau main?" Tanyanya. "Yuu mastih mau main!" "Yasudah, ayo pergi." Ajaknya lalu menarik Yuuki menjauh dariku. Astaga, hanya karena aku sedikit bertingkah arogan dia bisa semarah itu? Padahal biasanya kalau pun aku bicara pada Yuuki dengan nada sedikit tinggi pun, dia tidak akan marah, dia malah akan menegur anak itu lalu semuanya baik-baik saja. Aku benar-benar tidak paham dengan hormonnya sekarang, apa omega yang sedang mengandung memang selalu seperti ini? Dia terus menyeret Yuuki, berjalan ke sana ke mari, sesuai ke arah mana anak itu menunjuk. Aku terus mengikuti mereka, karena aku tahu Sousuke seperti tidak mengizinkanku untuk mendekat padanya, sampai akhirnya mereka berhenti di depan Carousell. D sana, mereka terlihat seperti berdebat untuk sesuatu, kudekati mereka dan kembali mengusap kepala Yuuki, sampai anak itu menjerit kegirangan. Ah, rasanya anak ini sudah lupa alasan kenapa dia dibawa ke tempat ini oleh ibunya. "Yuu, ayo naik itu sama-sama." Ajak Sousuke. Aku paham maksud dia mengajak anak itu untuk naik bersamanya, hanya saja, aku cukup beruntung karena setelah itu, Yuuki merengek untuk naik sendirian, dan meninggalkanku berdua dengan ibunya. Tapi, aku tidak bisa minta maaf padanya seperti ini. Jadi, aku berjalan pergi untuk mencari sesuatu yang bisa dijadikan alasan untuk membuatnya memaafkanku, di samping Yuuki yang merengek minta balon dan boneka. Dan katakan kalau aku sedang dalam keberuntungan karena aku diberikan sekuntum mawar oleh badut maskot taman hiburan itu. Setelah membeli apa yang Yuuki inginkan, aku kembali bersama mawar gratis. Di Carousell, Yuuki terus melambai sambil tertawa ke arah kami. "Dia, kelihatan sangat menikmatinya." Ucapku, tapi dia masih mengabaikaku. Sial, aku buka orang dengan mulut besar yang pandai merayu. Jadi, aku tidak tahu apa yang harus kukatakan agar aku bisa membuatnya tidak mengabaikaku lagi.  Aku berjalan ke belakang tubuhnya, kupeluk dia sambil kusodorkan mawar tadi, "Maaf...," Ujarku sambil menenggelamkan wajah pada ceruk lehernya. "Maaf, aku janji tidak akan melakukan bak semacam itu lagi." Ucapku lagi, tapi sial,dia tidak merespon apapun. Beberapa menit aku seperti ini, sampai aku kembali mengucapkan kata maaf padanya, hingga keajaiban terjadi, dia meraih mawar yang kusodorkan. "Aku janji tidak akan berbuat kasar lagi pada Yuuki." Dia masih diam. "Yuuki tidak boleh melihat kita bertengkar seperti ini." Ucapku lagi. Hingga akhirnya aku mendengar di mendesah sangat berat sebelum dia meraih mawar yang kuberikan. "Aku benar-benar tidak suka kau melakukan hal seperti itu."  Akhirnya, aku bisa mendengar suaranya. "Kuroda-san, kau dengar aku? Aku tidak suka kala kau berbuat seperti itu!" "Hm."  "Kuroda-san, aku serius." "Hm." "Aku serius! Kalau kau sampai melakukan hal itu lagi, aku akan bawa Yuuki pergi dan menolak bicara padamu lagi." Mendengar dia bicara seperti itu terus, membuatku benar-benar ingin tertawa, jadi, aku hanya bisa menjawab "Hm." untuk semua hal. Kueratkan pelukanku padanya, meski sebelah tanganku sibuk memegang boneka dan balon, tapi sangat suka memeluknya seperti ini. Mungin lima belas menit Carousell berputar hingga akhirnya Yuuki turun dibantu oleh petugas, kemudian berlari menghampiri kami. "Sudah puas? Mau pulang?" Tanyanya saat anak itu berlari kemudian memeluknya. Tapi, anak itu malah merengek dan masih ingin bermain sambil menunjuk entah kemana. Aku mengiyakan ajakan dia, dan kami berjalan di tengah keramaian. Hanya saja, aku melihat bagaimana wajahnya mulai pucat, jadi, kuangkat Yuuki, kugendong dia dan kurangnya pinggang Sousuke. "Kau lelah?" Tanyaku? Tapi dia menggeleng. "Sedikit." "Kalau begitu, kita pulang saja." Lagi-lagi dia menggeleng dan mengatakan kalau dia masih ingin bermain. Jadi, kubiarkan dia dan kami terus berkeliling sambil menemani Yuuki naik beberapa wahana lain sampai dia kelelahan dan akhirnya tertidur dalam gendonganku. "Masih ingin main?" "Tidak," jawabnya sambil meremas kemejaku hingga pada bagian d**a terlihat sangat kusut saat dia melepasnya. "Pusing?" Tanyaku saat wajahnya semakin pucat. Sousuke mengangguk, hanya saja aku tidak bisa menggendongnya ke parking area dengan Yuuki yang juga sedang tidur. "Kita cari tempat untuk istirahat." Ajakku dan dia mengangguk. Aku membawanya berjalan sedikit lebih jauh hingga kutemukan sebuah restoran dengan suasana cukup nyaman dan bangku sofa panjang untuk setiap mejanya, kuambil bangku di sudut, kutidurkan Yuuki di bangku itu dan Sousuke di bangku lainnya. Wajahnya terlihat sangat pucat dan peluh sedikit merembes turun dari kepalanya. Kuusap sisa keringat itu sambil kusingkirkan sisa rambut yang  menutupi dahinya. Aku lupa kapan terakhir kali dia potong rambut sampai sudah sepanjang ini dia bahkan tidak ingat untuk merawat dirinya sendiri. "Kupesankan air hangat ya?" "Tidak," Suaranya terdengar sangat lemah, ada apa dengannya? Waktu mengandung Yuuki dia tidak sepayah ini, tapi kenapa sekarang tubuhnya sangat lemah? Kuusap terus kepalanya, sementara kuabaikan pandangan orang-orang yang melihat kami sambil berbisik entah apa. Sambil menunggu Yuuki bangun, aku memesan secangkir kopi. Ya, setidaknya setelah Yuuki bangun, anak itu tidak perlu kugendong untuk tiba di parkiran dan aku bisa menggendong Sousuke sebagai gantinya. Jadi, kutaruh kepalanya tepat di pahaku selama aku duduk dan menunggu anak gadisku bangun. Dan tanganku terus mengusap kepala Sousuke. Kulihat ponselku untuk mengecek beberapa email yang mungkin masuk dari kantor, tapi yang kudapat malah email dari Hiro yang memperlihatkan dirinya yang berfoto bersama Arata Kenichi, si Enigma. Selain foto itu, aku juga mendapat pesan singkat yang berisi. [ "Aniki, aku dapat tanda tangan dan foto penulis favoritku." ] Orang itu, mau sampai kapan dia mau bermain di sekitar hidupku dan Sousuke? Kulihat wajah Sousuke yang sudah lebih baik, keringat juga sudah tidak lagi terlihat mengucur dari wajahnya, bahkan dia mulai terlelap dengan irama napas yang teratur. Restoran ini terlihat cukup ramai, tapi beruntung setelah aku mengatakan pada supervisor restoran ini, bahwa aku akan membayar seharga VIP untuk kursi ini, setidaknya sampai mereka bangun. Drrrttt.... Ponselku kembali berdering dan lagi-lagi itu pesan gambar dari Hiro. [ "Aniki! Aku akan pulang nanti malam, aku bertemu teman-temanku dan kami akan makan. Malam ini, boleh aku menginap di tempat kalian?" ] Menginap? Aku dan Sousuke belum tentu benar-benar berbaikan setelah ini, kehadiran Hiro mungkin akan membuatku tidak bisa memperbaiki apa yang sudah kuhancurkan. Kulihat ponselku kemudian kucoba untuk menelepon Hiro.  [ "Aniki?" ] Suaranya terdengar berat di seberang sana. Mungkin, dia sudah mulai minum dengan teman-temannya. "Kau pulang saja ke rumah, nanti aku akan bilang pada ayah kalau kau pulang terlambat." [ "Tapi," ] "Aku ingin memperbaiki hubunganmu dengan Sousuke malam ini, jadi, a—"  [ "Aku paham! Bagaimana kalau kubawa Yuuki juga?" ] Membawa Yuuki? Kedengarannya menyenangkan, aku bisa punya lebih banyak waktu untuk bicara dengan Sousuke, hanya saja ... mengingat dia cukup sensitif tentang anak gadis kami itu akhir-akhir ini, kurasa itu akan jadi ide yang cukup buruk. "Tidak perlu, kalau kau bawa dia, ayah kerepotan, jadi kau pulang sendiri saja nanti."  [ "Oh, baiklah," ] suaranya seperti menyesal untuk sesuatu. [ "A—aniki," ] "Hm?" [ "Apa Souchan masih marah?" ] "Ah, begitulah." [ "Kau yakin berdua saja bisa menyelesaikan masalah? ] "Cara berpikir orang dewasa berbeda dengan yang kau pikirkan nona manja." Ujarku dan Hiro merengek seperti dia paham kalau aku sedang meledeknya. "Baiklah, selamat bersenang-senang, jangan lupa untuk tidak pulang terlalu larut dan minum suppressant milikmu." [ "Tentu saja komandan!" ] Aku tersenyum saat Hiro mengatakan itu dan menutup teleponnya. Kembali kulihat Yuuki, anak itu masih tertidur sangat pulas, sementara Sousuke, perlahan, aku melihat dia mulai membuka matanya. "Lebih baik?" Tanyaku memastikan kalau dia memang sudah tidak apa-apa. "Di mana ini?" Tanyanya sambil memegang kepala dan berusaha untuk bangun, tapi juragan dia dan memaksanya untuk tetap seperti itu. "Begini saja dulu, Yuuki juga belum bangun." "Tapi, ini sudah hampir malam," ucapnya saat dia tahu kalau senja sudah mulai turun dan lampu-lampu toko juga sudah menyala hampir semuanya. Tapi mereka masih di sana hanya untuk tiduran.  "Tidak masalah, tidak akan ada yang mengusir kita." Ujarku. Kulihat lagi wajahnya, "Kita ke dokter besok pagi, kau mau?" "Untuk apa?" "Kau, aku khawatir dengan kehamilanmu kali ini. Kita tanyakan pada dokter tentang kondisimu, mungkin dia punya suplemen yang bagus." Sousuke menggeleng. "Dulu juga, waktu hamil Yuuki aku seperti ini, dan sedikit lebih reda saat usianya sudah masuk bulan keempat." Apa-apaan itu? Jadi dulu, sebelum aku tahu dia mengandung Yuuki, keadaannya juga tak jauh berbeda dengan ini? Sousuke Iharasi, seberapa keras kepala kau waktu itu sampai bisa menahan hal semacam ini sendirian? _
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN