Pov Lani Feelingku memang tepat. Lira menjadikan momen ini untuk membullyku. Bukan sekali dua kali, bahkan sejak acara dimulai dia terus-terusan saja memojokanku. Aku memilih lebih banyak diam. Andai Lira tahu, kali ini bukan aku yang tengah diserang, tetapi sebentar lagi akan tiba gilirannya. Andai saja kemarin dia ada di rumah, pastinya para polisi itu sudah datang untuk memeriksanya. Namun, sayangnya dia baru kembali tadi pagi, entah ke mana dua hari kemarin dia pergi. Hari ini harusnya para polisi itu datang untuk menangkapnya. Dan sejak tadi, aku diam-diam merekam semua sindirannya. Ya, setidaknya untuk menguatkan barang bukti. “Ya ampuuun, ternyata seorang Nyonya Subekti bisa punya utang sebanyak dan selama itu gak bayar-bayar. Gak nyangka banget, ya. Kirain tajir, padahal pura-pur