47

1713 Kata
"jadi Lo menyebut tempat tinggal lo ini apa?" Ucap Dexter yang sedari tadi memperhatikan betapa besarnya kastil milik Lawson "Kastil lah? Apalagi?" Ucap lawson "Ohhh... Gue kira lo nyebutnya rumah" Lawson menjadi heran karena rumahnya memang kastil, dan kastil adalah rumahnya, itu adalah hal yang sama Akhirnya mereka sampai di salah satu ruangan tempat Aeris dan Dexter beristirahat. Meskipun semua makhluk yang ada di sini adalah vampir yang tidak perlu istirahat, tetap saja isi kastil mereka sangat lengkap. Ada beberapa kamar yang disediakan di sana, kadang para vampir yang tidak butuh tidur juga ingin merebahkan dirinya sehingga masih ada kamar seperti ini disediakan "Wahh.... Cantik banget, dan khas tentunya, emang kalian suka warna merah yah" ucap Aeris, ia melihat seprei tempat tidur itu dominan berwarna merah dicampur dengan warna putih "Ahhh.... Nyamannya" ucap Dexter menghempaskan tubuhnya ke salah satu tempat tidur "Kalian mau langsung istirahat?" Ucap Lawson "Kalo gak ada kegiatan lain yah kami istirahat aja" "Udah biarin aja mereka Istirahat, mereka udah ngantuk, jangan samain sama Lo deh.... Lo sampai jam berapapun gak bakalan tidur" ucap Tara, sedari tadi ia memang masih ikut dengan mereka. Dexter sudah memejamkan matanya, ia suka suasana di kamarnya sekarang dan ingin segera tidur. Lawson menatap Dexter dan Aeris karena ragu untuk meninggalkan mereka berdua. "Kalian mau ngelihat kami terus?" Ucap Aeris, ia ingin merebahkan diri tapi menunggu Lawson dan Tara pergi Tara langsung menarik tangan Lawson agar mereka segera pergi dari sana "Malam" ucap Lawson sebagai salam perpisahan, ia menutup pintu dan tersisalah Aeris dan Dexter dikamar itu sekarang Aeris yang baru saja duduk di ranjang miliknya melirik Dexter yang diam dengan tangan terlentang, ia tidak tahu apakah ia sudah tertidur atau belum "Woi, Lo udah tidur?" Tanyanya "Belum, huh... Sebenarnya gue punya rumah juga loh disini" ucapnya membuka matanya "Hah? Serius? Dimana? Dekat dari sini gak?" "Kalau dekat udah pasti gue gak bakalan mau nginap disini, jauh.... Tempat tinggal Lawson memang ada ditengah hutan kayak gini, tempat tinggal gue yah dipemukiman warga. Tempat tinggal Lawson ini kayak Istana ditengah hutan tahu gak" "Ohh.... Jadi ada pemukiman juga" ucap Aeris baru tahu, karena ini pertama kalinya ia mengunjungi rumah kaum immortal, selain Goblin waktu itu tentunya. "Emang Lo kira kami hidup kayak mana? Yah wajar dong ada pemukiman" ucap Dexter kesal, ia merasa kalau selama ini Aeris menganggap mereka sangat primitif "Hahaha, yah mana gue tahu....." "Pokonya gitu deh, jauh dari sini, lain kali kita kesana supaya gue bawa lo jumpa sama keluarga gue" "Lo masih punya orang tua?" Tanya Aeris lagi, Dexter merasa kalau pertanyaan ini adalah pertanyaan yang sensitif "Yah... Masih, tapi gue gak tahu mereka ada dirumah atau didunia manusia sekarang" ucapnya "Oh iya orang tua Lawson mana?" Ucap Aeris baru sadar, Lawson tidak mengenalkan orang orang dekatnya di kastil ini, setidaknya pasti ada pamannya atau semacamnya "Gue denger lagi istirahat, ayahnya udah tua banget dan salah satu tetua vampire. Jadi para tetua vampire ini gantian untuk menjadi pemimpin, termasuk Cormac. Mereka bangun secara bergantian. Gak tahu deh kapan giliran ayah lawson" "Istirahat gimana?" "Kayak hibernasi, tidur beratus-ratus tahun, badan mereka bakalan kering banget kayak mumi, nanti ada upacara gitu untuk bangkitkan mereka" "Tapi Cormac kelihatan biasa aja, badannya gak kering" "Yah kan dia udah dibangunkan...., Setelah bangun mereka bakalan perlu banyak darah untuk kembali kebentuk normalnya" jelas Dexter lagi Pembicara mereka terasa semakin menarik bagi Aeris, Dexter bahkan tidak memiliki waktu melamun yang biasanya ia lakukan sebelum tertidur, Aeris merebahkan dirinya dengan posisi miring menghadap pada Dexter. "Terus.... Kalo pemimpin kaum Wizard ada gak?, Kaum werewolf?" Tanya Aeris lagi, Dexter yang merasa percakapan mereka tidak akan ada habisnya langsung membuka matanya dan melihat Aeris, ia juga memiringkan tubuhnya untuk memudahkannya melihat Aeris "Ada, tapi gak terlalu resmi kayak posisi Cormac. Dulu kita yang mimpin dunia immortal, kan gue udah pernah cerita ke Lo tentang kejadian yang lalu. Yang buat Guner jadi musuh kita sampai sekarang" jelas Dexter, ia memang pernah menceritakan kejadian dahulu, yang sekarang bagaikan pelajaran sejarah bagi kaum immortal "Berarti tetua wizard sudah mati semua yah" ucap Aeris menyadari "Iya, tapi sihir mereka tersimpan di kristal Vespera itu, cuman itu cara untuk ngalahin Guner dan pengikutnya. Tapi sampai sekarang kan gak ada yang nemuin kristal Vespera, gue rasa Lo bakalan nemuin itu" Mendengar itu membuat Aeris langsung membelalak, ia tidak ingin menemukan benda yang membawa kekacauan itu, meskipun itu kristal yang menyelamatkan dunia mereka dahulu, jika ditemukan sekarang pasti akan kembali menjadi pertikaian "Ogah gue! Gak mau banget gue nemuin itu" ucap Aeris "Kalau udah takdir Lo gimana coba?" "Masih bisa diubah kalo itu mah, gue gak mau, darimana juga Lo yakin gue yang nemuin itu kristal" "Ramalan" "Ck, jangan terlalu percaya sama ramalan deh..... Itu cuman tebakan doang" ucap Aeris menganggap remeh, ia tidak percaya pada ramalan apapun "Gue gak bakalan percaya kalau yang meramal itu manusia biasa, tapi yang meramal ini werewolf yang punya kekuatan membaca nasib atau masa depan, dia memang gak bilang kalau batu itu bakalan ditemukan oleh Lo. Tapi dia bilang kalau orang yang menemukannya akan muncul secara tiba-tiba. Dan itu yang terjadi sama Lo kan" Mendengar ramalan itu berasal dari kekuatan sihir seseorang membuat Aeris diam, ia lupa kalau para kaum Immortal bahkan punya kekuatan untuk membaca pikiran dan sebagainya, termasuk membaca masa depan. "Belum tentu gue" Ucap Aeris meyakinkan dirinya, ia mengubah posisinya menjadi telentang, ingin segera tertidur dan menghentikan pembicaraan mereka Matanya menatap pada langit langit kamar, cahaya dikamar mereka tidak terlalu terang, ia mengulurkan tangannya ke atas dan menciptakan kristal biru yang bercahaya Zinggg "Ngapain Lo?" Ucap Dexter melihat sihir Aeris "Gak ada, cuman mau mastiin kalau apa yang terjadi ini bukan sekedar mimpi" Sihir itu segera hilang di udara membuat ruangan mereka kembali menjadi lebih gelap seperti sebelumnya. Dexter menarik selimut dan berusaha untuk tidur. Malam ditempat mereka sekarang lebih hening dibandingkan ditempat Aeris, disekitar kastil Lawson hanya terdapat pepohonan liar dan hewan yang bersuara untuk mengisi sunyi nya malam. Kini Lawson sedang berjalan jalan bersama Tara. Mereka yang tidak butuh tidur biasanya pergi berburu binatang untuk mengambil darahnya. Terkadang mereka membuat para binatang itu mati atau hanya sekedar pingsan karena diambil darahnya. Pasalnya jika dihisap sampai habis selalu, mereka bisa kehabisan sumber makanan mereka apalagi mengingat banyaknya vampire sekarang. "Mereka bakalan aman, Lo tenang aja. Mereka ada dirumah Lo, salah satu tempat ter aman disini" ucap Tara, ia sadar kalau sepertinya Lawson sedikit ragu untuk pergi berjalan kehutan "Okey, gue sedikit takut kalau apa ya yang dibicarakan Cormac terjadi. Gue pengen bicara sama Ayah tapi gilirannya masih lama" ucap Lawson "Mereka sama, gue yakin Cormac bakalan lakuin hal yang tepat. Kita ikutin aja caranya" "Dimana Guner sekarang, gue yakin dia masih ada di dunia Kita" "Memang, mana mungkin dia didunia manusia, dia pasti bersembunyi disuatu tempat" "Dan menyaksikan semuanya, dari jauh" ucap lawson, Tara menatap Lawson, ia mengerti tentang kecemasan ini, Tara memiliki kekuatan empati, ia bisa merasakan perasaan seseorang yang berada didekatnya dan dengan penglihatannya saja, itu sebabnya ia terus menerus menggoda Lawson karena bisa merasakan perasaan lawson kepada Aeris. Perasaan itu masih sangat kecil, tapi Tara yakin itu baru permulaan "Gak usah khawatir Lawson" ucap Tara yang tahu perasaan Lawson Kini mereka melihat sebuah telaga yang ada didalam hutan, ketika siang hari telaga ini akan terlihat sangat indah, telaga ini sudah ada sejak lama, bahkan sudah menjadi saksi hidup mereka dan juga kastil Lawson. Dulunya ketika mereka masih kecil, mereka sering bermain disana Mereka berdua segera dudu ditepian telaga dan tidak beralaskan apapun, tubuh mereka langsung menduduki rumput hijau yang ada ditepian "Perasaan Lo gak ada deh nanyain gue dari kemaren" ucap Tara lagi, biasanya Lawson akan menanyakan kesibukan apa yang ia lakukan belakangan ini "Hahaha, sorry, soalnya Lo random banget. Lo ngapain kali ini? Daftar jadi artis?" Ucap Lawson bercanda "Heheh, sempat kepikiran sih soalnya banyak banget yang nawarin gue jadi model, bahkan kemarin gue buat akun i********: dalam seminggu udah banyak yang follow, langsung gue hapus akunnya. Takut beberapa tahun kedepan ada yang kenal wajah gue dan ketemu gue, dia sadar gue gak menua, bisa panjang urusannya" jelas Tara "Jadi? Lo sibuk ngapain?" Tara menatap pada telaga, ia bisa melihat didalam air itu ada beberapa binatang sihir yang bersinar sehingga membuat airnya bercahaya. Biasanya cahaya itu bisa dikeluarkan oleh ikan yang bernama Ikan Okon "Gue.... Nyoba ikut kerja gitu, ditempat Industri film, karena gue gak bisa jadi artisnya gue tetep pengen gabung disana aja. Banyak aktor yang dekatin gue loh" Tentu saja hal itu normal, lawson sudah menduga hal itu terjadi pada Tara, bukan hanya Vampir yang menyukainya tapi juga manusia. Dan sampai sekarang Tara masih terus berganti ganti laki laki. Tapi mereka semua juga tidak terlalu secara terang-terangan diberitahukan kepada Lawson "Jadi Lo bakalan suka sama salah satu aktor itu?" "Enggak lah, Lo jauh lebih ganteng" puji Tara Mereka saling diam setelahnya, asik dengan pikiran mereka masing-masing. Sementara itu didalam kamar yang sudah hening, Aeris belum juga tertidur, ia melirik pada Dexter yang sepertinya sudah tertidur pulas "Dexter" bisik Aeris mencoba memastikan ia sudah tidur atau belum, tapi tidak ada respon apapun. Aeris yakin kalau ia memang tertidur. Karena merasa matanya sangat segar, Aeris beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju jendela, ia membuka jendela itu untuk melihat keadaan luar. Udara dingin langsung masuk dan membuat Dexter langsung menarik selimutnya dalam tidur. Karena mereka berada dilantai atas, Aeris bisa melihat tinggi pohon yang hampir menggapainya, dia bisa melihat langit yang cerah tanpa awan, sehingga membiarkan bulan dan bintang menjadi penerang. Jika berjalan dibawah sana sekalipun, orang bisa melihat jalanan dengan jelas tanpa membawa lampu Zringg Pandangan Aeris terfokus pada benda bersinar yang lewat dihadapannya, ia menatap seekor kupu-kupu emas yang berkilau terbang dihadapannya. "Ini.... Kupu-kupu waktu gue di RS" ucapnya pelan, ia mencoba meraih kupu kupu itu tapi binatang itu langsung menjauh ketika hendak disentuh, kemudian kembali mendekati Aeris dan terbang seakan mengajak Aeris untuk mengikutinya "Lo mau bawa gue kemana?"ucap Aeris, ia yakin kupu kupu itu mengerti Karena merasa tidak akan ada bahaya, Aeris menutup jendela itu kembali dan segera menuju pintu, ia memutuskan untuk pergi keluar mengikuti kemana kupu kupu itu mengajaknya Tlak Setelah pintu tertutup, Aeris segera mencari jalan keluar dengan mengingat arah jalan ketika Lawson membawanya kesana. Disepanjang koridor ia merasa sepi karena sepertinya para vampir tidak sebanyak ketika ia baru tiba tadi. Hanya ada beberapa dan terasa jauh darinya
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN