10

1701 Kata
Kini Aeris memasuki ruangan tempat ia akan mengikuti mata kuliah selanjutnya, ia masuk keruangan itu dan menjadi beberapa orang tercepat yang datang kesana bahkan sebelum dosennya masuk. Ia bebas mencari kursi untuknya karena masih banyak slot kosong yang belum ditempati. Ia melirik bangku depan yang masih kosong semua dan segera mengambil bangain sudut depan. Setelah duduk Aeris meletakkan tasnya dan mengeluarkan buku catatannya. Laki laki yang duduk dibelakang Aeris lebih dahulu sebelum Aeris datang mengalihkan perhatiannya pada Aeris, tadinya ia membaca majalah dan kini menutup bukunya. "Hei" ucap laki laki itu dengan antusias sambil mendekatkan wajahnya kesisi kanan Aeris, tentunya Aeris merasa dipanggil dan ia langsung menoleh "Oh, Lo.... yang di Lab waktu itu" "Yap, kita ternyata ada dikelas yang sama" Ucap Dexter, laki laki itu mengambil tasnya dan melompat melangkahni tempat duduk, ia memutuskan duduk disamping Aeris "Gimana laporan lo?" ucap Dexter "Udah selesai, gue juga udah nyerahin ke dosen" "Eh btw, kita tinggal ditempat yang sama loh" "Hah?" "KIta tinggal digedung yang sama, gue juga baru tahu pas ngelihat lo masuk pas gue masih dijalan" "Serius? kita ada di gedung sama? rumah lo nomor berapa?" "102" "Ohh beda lantai sama gue" "Lo nomor berapa?" tanya Dexter lagi "Emangnya kenapa? lo mau berkunjung?" "Emangnya boleh?" "Enggak sih" Dexter tertawa mendengar jawaban Aeris yang terdengar bercanda namun ia juga tahu kalau Aeris menjaga kehidupan pribadinya dan terlebih mereka baru saja kenal. Dexter juga tidak perlu bertanya jika ia mau mengetahui dimana Aeris tinggal, sebagai Werewolf ia juga memiliki kekuatan penciuman yang kuat dan bisa melacak keberadaan Aeris, apalagi dengan aroma dan aura sihir Aeris yang sangat kuat. Ditempat yang berbeda kini suasana dunia immortal sama dinginnya seperti biasanya. Didunia immortal pemandangan masih jauh lebih asri ketimbang dunia manusia, rerumputan masih mendominasi segala daratan, pepohinan yang masih lebat dengan hutan rimbun, bangunan yang masih berbentuk kastil dan tidak berlakunya barang elektronik. Disini kendaraaan tidak terlalu dibutuhkan, alih alih mengembangkan teknologi dengan pesat, para penghuninya lebih memilih mendalami kekuatan dan sihir mereka. Kabar atau gossip sama cepatnya menyebar seperti didunia manusia, dan entah dimulai darimana cerita itu berasal kini sebuah topik hangat sudah menjadi topik Utama bagi para mahkluk yang ada disana Disebuah kastil Utama yang megah bak istana mereka, kini seorang kepala kaum immortal yang berupakan Ketua dari mereka semua baru saja menerima kabar burung yang beredar "Jadi.... dia memancarkan sihir yang kuat?" ucap Cormac, para tetua yang kali ini menjabat "Benar, para werewolf sendiri saja sangat merasakan kehadiranya yang tiba tiba. padahal mereka sudah lama berada diwilayah itu. Tapi Vampire bernama Lawson masih bisa melindunginya" ucap laki laki pembawa kabar kepada Cormac "Lawson? Bukannya dia putra Sargon?" Heran Cormac, para Vampire memiliki tetua yang bergantian untuk menjabat, mereka memiliki waktu masing masing 200 Tahun untuk menjabat dan ketika mereka tidak menjabat, mereka bisa tidur untuk waktu yang Panjang menunggu waktu jabatan mereka kembali. "Iya, dia putra sargon" "Kenapa dia melindunginya?" "Dia tidak pandai menggunakan kekuatannya" Cormac terdiam sebentar dengan ekspresi heran "Tidak pandai? Jadi apa dia benar benar baru saja berubah jadi penyihir? bagaimana bisa? Penyihir ditetapkan menjadi penyihir sejak dia masih bayi, karena garis keturunan penyihir hanya muncul dimulai dari garis keturunan, berbeda dengan Vampire dan Werewolf. Kenapa dia tidak bisa mengggunakan kekuatannya dan baru muncul sekarang dengan kekuatan unik itu?" jelas Cormac Para Vampire dan Lycan atau werewolf bisa menurunkan kekuatan mereka melalui gigitan sehingga mereka bisa mengubah manusia biasa seperti mereka untuk menjadi kaum mereka. Namun para Wizard hanya muncul dari garis keturunan. "Aku juga tidak tahu, itu sebabnya kabar ini sangat hebih, banyak yang penasaran dengan perempuan itu" "Kalau begitu perhatikan dia, aku ingin tahu sampai mana ini berlangsung dan jangan sampai ia membongkar rahasia alam kita secara tidak sengaja. aku yakin dia bahkan tidak tahu kalau banyak mahkluk seperti dirinya" titah Cormac Laki laki itu mengangguk setuju dengan Cormac, jika Aeris tidak mengetahui siapa dirinya sebenarnya ia bisa saja melepaskan kekuatannya secara tidak sengaja dan memberikan pertanyaan besar bagi kaum manusia biasa. Hukuman untuk hal itu sangat berat dan Aeris tidak boleh terlibat. --------------------- Kini didunia manusia waktu sedang berada pada tengah hari dimana matahari bersinar terang tepat diatas kepala searah jarum jam angka 12. Aeris masih memiliki satu kelas yang harus dimasuki sebelum mengosongkan jadwalnya seteah sore hari. "Panas" Guman Aeris yang sedang berjalan dibawah terik sambil mengangkat tangannya untuk memayungi matanya yang terasa silau. Didaerahnya ini cuaca biasanya sangat pending dan dingin, tapi hari ini terasa terik seakan awan yang bergerumul itu baru saja hilang untuk sementara. "Hey Aeris" ucap seseorang yang sedang duduk ditangga ketika Aeris hendak masuk kedalam gedung. ia mengehentikan langkahnya sebentar untuk melihat dua orang perempuan yang menyapanya, ia menatap kedua wajah itu dan meraa tidak pernah melihat dan mengenal salah satu dari mereka sekalipun "siapa yah?" ucap Aeris Kedua perempuan itu saling menatap satu ama lain sekaan berbicara melalui tatapan mata mereka, mereka juga mengulum bibir mereka seakan menahan tawa "Bukan siapa siapa, kami cumin mau bilang lo masih beruntunng aja sampai sekarang" ucap salah satu dari mereka lagi "Jelas, gue bukan pembawa sial" Setelah mengucapkan kalimat itu ia segera pergi darisana meninggalkan kedua perempuan yang sedikit terhenyak dengan jawaban random dari Aeris "Hei kalian dua kenala diam?" Ucap perempuan yang datang menhampiri kkedua perempuan yang baru saja berbicara dengan Aeris tadi "Itu.... dia bilang gue pembawa sial gitu?" Ucapnya "Siapa sih" Drap drap drap Langkah kaki Aeris yang menggunakan sepatu terdengar ketika ia menaiki tangga untuk naik ke lantai empat gedung fakultas, tadinya ia ingin memakai lift tapi sudah banyak orang disana yang berdesakan dan mengantri ingin masuk. meskipun melelahkan untuk menaiki tangga, ia lebih memilih tangga ketimbang harus menunggu. Saat menaiki tangga, Aeris banyak berpapasan dengan orang yang berjalan turun, ia mengabaikan mereka semua dan terus melangkah sampai seorang perempuan yang berpenampilan seperti dosen dengan umurnya yang sudah pasti lebih tua berjalan melewatinya. Aeris merasakan hawa aneh lagi, dan menghentikkan langkahnya untuk melirik kebelakang, melihat perempuan itu terus berjalan turun sampai hilang dari pandangannya "Ck, perasaan aneh itu lagi. Tapi dia dosen apa yah? dia belum pernah masuk ke kelas gue, kalau dia ada disini pasti dia dosen fakultas gue" ucap Aeris. "Dan kayaknya dia dosen termuda disini" Gumam Aeris lagi sebelum melanjutkan langkahnya, perempuan yang ia lihat memang terlihat berumur 30 an dan penampilannya masih sangat muda. Jika dibandingkan dengan seluruh dosen yang ada dia masih sangat muda Kini mereka mulai mengikuti pekajaran yang ada dan ternyata Aeris berada dikelas yang sama lagi dengan Lawson, mereka duduk bersampingan. Awalnya Aeris mengambil sudut favoritnya dikelas sendirian dan ia tidak tahu kalau Lawson datang dan langsung duduk disebelahnya, kini mereka berdua saling diam tidak mengatakan sepatah katapun seperti mereka belum mengenal satu sama lain Namun kini mereka kembali terjebak pada situasi yang dibuat oleh dosen, mereka dimintai untuk mendiskusikan pelajaran mereka secara berpasangan "ehm, Lawson, gimana kalau kita berdua?" ucap seorang perempuan yang duduk disebelah kanan Lawson Sementara Aeris ada disebelah kirinya dan tidak ada lagi orang disamping Aeris karena ia duduk ditepi kursi. Lawson melirik Aeris yang sepertinya tidak mencari siapapun untuk menjadi teman diskusinya "Lo sama dia aja" ucap Lawson menunjuk orang disebelah perempuan itu "Emang lo masu sekelompok sama siapa?"ucap perempuan itu tidak terima Lawson menunjuk Aeris dan membuat Aeris yang tadinya menyandarkan kepalanya pada tangannya yang bertumpu pada meja dengan malas, langsung mengangkat kepalanya heran menatap Lawson dan perempuan yang sedang berbicara dengannya "Kalia bisa sekelompok kok, lagian jumlah mahasiswa dikelas ini ganjil jadi bakalan ada yang sendirian,, gue sendirian aja" ucap Aeris yang bisa merasakan kalau perempuan itu kecewa pada Lawson dan kesal pada dirinya "Gue masu sekelompok sama lo karena kemaren kita juga ngerjain pelajaran lab mu bareng bareng" ucap Lawson, laki laki itu memberikan senyum tipis pada perempuan yang mengajaknya sekelompok dan mengalihkan perhatiannya pad Aeris Ketika Lawson menatapnya seakan menegaskan mereka harus sekelompok, Aeris berdehem sebentar menghilangkan rasa canggungnya dan memperbaiki posisi duduknya yang tadinya sedang malas malasan. "Gue gak terlalu pintar jadi jangan berharaop banyak sama gue" Ucap Aeris "Santai aja" Ucap Lawson, ia membuka modul yang diberikan oleh dosen dan mulai membahasnya dengan Aeris, dan sast ini Lawson jauh lebih banyak bekerja ketimbang Aeris yang hanya mendengarkan penjelasan Lawson. Mereka diperintahkan untuk saling berdiskusi mengenai masalah yang ada didalam modul dan saling bertukar pendapsat untuk mendapatkan jawaban yang tepat, tapi Lawson jutstru mengutarakan pendapatnya dan memberikan jawaban atas semua yang Aeris tanyakan "Wait, kenapa lo bisa tahu semuanya? lo bukannya ajak gue diskusi dari tadi tapi ngajarin gue" heran Aeris setelah pembahasan mereka hampir selesai "Gue banyak belajar sebelumnya" "Berapa IPK lo?" tanya Aeris penasaran "3.90" "Wow, tinggi tapi gue rasa seharusnya IPK lo 4" "Itu terlalu sempurna, lagi pula gue banyak ambil jaah absen bahkan sampai pernah digagalkan disatu matkul" "Kok bisa? lo doyan libur?" "Bukan, tapi benar juga" Aeris tertawa mendengar jawaban Lawson dan tidak menyangka kalau kali ini ia merasa sangat akrab dengan Lawson. Sementara laki laki itu baru pertama kali ini melihat tawa Aeris yang lepas hingga memperlihatkan deretan gig puttihnya "Lo cantic kalau tertawa" Dalam sekejap, dikarenakan kalimat Lawson yang memuji Aeris membuatnya langsung memasang wajah biasanya lagi "Hm.... bentar lagi pasti PakDos bakalan buat pertanyaan untuk ngelihat hasil diskusi siapa yang paling bagus. Dan gue rasa lo aja yang jawab" ucap Aeris "kenapa harus gue, Lo aja" "Gak deh, gue gak perlu nilai yang tinggi sebenarnya" ucap Aeris dengan nada memelas "Wow, lo Kaya?" tebak Lawson "Dibbilang Kaya sih enggak tapi dibilang miskin rasanya terlalu merendah, gue berkeccukupan dan... jadi dokter hewan bukan tujun gue" "So apa tujuan lo?" "Belum tahu, gue cuman menjalani apa yang ada didepan mata gue, terasa sangat santai memang karena gue gak memandang jauh kedepan. tapi gue juga gak punya sesuatu yang harus dibuktikan" Tanpa sadar Aeris sedikit memberikan curahan hatinya pada Lawson Mendengar perkataan Aeris membuat Lawson terkesima sebentar dan kalimat itu mewakili perasaannya, ia tidak memiliki tujuan yang signifikan, ia sudah hidup lumayan lama dan jauh lebih lama ketimbang Aeris, ia sudah menyaksikan banyak hal namun ia justru semakin tidak tahu kemana sarahnya seharusnya berjalan. ia berada dibawah Ayahnya dan akan menggantikan posisi itu, tapi ia membiarkan semuanya berjalan begitu saja sambil mencoba hidup didunia masunia seperti yang lainnya "Kurang lebih kita hampir sama" ucap Lawson "Sama? dalam hal apa?" "Tujuan gue juga bukan disini"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN