Belum lama Lawson meninggalkan kediaman Aeris malam ini, ia sudah menduga kalau malam ini tidak akan mudah bagi Aeris, Banyak yang ingin menemuinya atau sekedar hanya ingin memperhatikan dari jauh. Untuk menjebak mereka, Lawson pergi sejauh mungkin terlebih dahulu seakan dia tidak akan kembali. Dan kini dengan kecepatan yang sama Lawson sedang terbang menuju kediaman Aeris kembali.
"Darah" Batin Lawson yang mencium aroma darah segar yang keluar dari tubuh Aeris, darah penyir seperti Aeris sangat diminati oleh kaum Vampire dan ia bisa memastikan tidak hanya dia yang akan mencari Aeris. Lawson bisa merasakan beberapa kaumnya yang ragu untuk mendekat setelah menyadari kedatangannya
Pada akhirnya kini kaki Lawson sudah berpijak diteras balkon apartemen Aeris, pintu kedalamnya tidak terkunci dan ia langsung masuk kedalam dengan terburu buru. Kamar Aeris terlihat kosong tidak ada siapapu termasuk perempuan yang ia cari, namun dilantai terlihat jejak kaki merah darah menuju ke kamar mandi yang pintunya tidak tertutup
"Aeris?!" Panggil Lawson sembari masuk kedalam kamar mandi
Pandangan Lawson terpaku pada perempuan yang sedang duduk kloset dan sedang sibuk memeriksa kakinya sendiri. Perempuan itu kini juga terpaku melihat Lawson yang tadinya sudah pergi justru sudah berada didalam kamarnya lagi
"Lo? gimana lo bisa masuk?" ucap Aeris
Lawson diam dan menatap kaki Aeris, ia terdiam sebentar karena merasa twergoda dengan darah yang ia lihat.
"Gue masih kenyang, gue harus nahan hasrat pada darah manusia" batin Lawson
Tanpa mengucapkan sepatah katapun Lawson berjalan mendekat dan berlutut dihadapan Aeris, taangannga bergerak untuk menarik kaki Aeris dan memeriksanya. Serpihan keramik halus yang masih terjebak bisa dilihat dengan jelas oleh matanya yang memiliki kemampuan lebih hebat disbanding mata manusia. Dengan mudah Ia juga mengambil alih sumpit yang ada ditangan Aeris dan membantunya mengeluarkan semua serpihan kaca itu.
"Kenapa lo bisa kayak gini?" tanyanya
"Gue gak sengaja senggol hiasan guci disana"
"Terus lo injak tanpa sengaja?" heran Lawson yang sebenarnya tahu kalau perkataan Aeris tidak sepenuhnya benar
"Yah... gitu lah, lo sendiri kenapa bisa darang kesini lagi dan gimana cara lo masuk?"
"Lo belum ngunci pintu"
"pintu gue otomatis terkunci dari luar kalau udah ditutup"
"Mungkin pintunya rusak"
Kali ini Aeris yang menjadi curiga dengan Lawson, jelas jelas pintunya tidak rusak dan sangat aneh karena Lawson selalu berada disekitarnya ketika ia mengalami kejadian kejadian aneh
"Astaga! gue baru sadar, dia selalu ada disekitar gue waktu gue mengalami kejadian aneh" batin Aeris panik, ia terkejut dan tidak sengaja badannya berkedut hingga membuatnya seperti orang yang cikugan dan menarik kakinya dari tangan Lawson secara refleks.
"Kenapa? gue belum selesai" ucap Lawson menarik kaki Aeris yang belum selesai diperban
Mereka berdua saling diam hingga Lawson menyelesaikan pengobatan kaki Aeirs.
"Selesai" Ucap Lawson, ia berdiri hendak pergi dari sana namun ia sadar jejak darah itu masih akan memancing mereka setelah ia pergoi nanti.
"Gue bisa bersihin, makasih udah bantuin gue tapi gue rasa gue gak butuh bantuan lo lagi sampai kapanpun" ucap Aeris ang menyadari Lawson menatap jejak kakinya
"Lo bakalan butuh bantuan gue"
"Kita cumin teman kuliah, jangan harap bisa akrab sama gue, ini terakhir kalinya kita bertingkaah kayak orang yang udah lama dekat, sana pulang"
"Lo ngusir gue?" heran Lawson
"Lo udah tahu"
Aeris berdiri dan berdiri dengan memirinhkan kedua kakinya, ia berjalan dengan sisiluar yang dekat dengan mata hari kakinya agar telapak kakinya tidak langsung menjadi pijakan. Rasanya sangat menyakitkan namun Aeris terus melakukan itu. Lawson melihat rasa gengsi yang ada pada diri Aeris dan mendekatinya
"EH lo mau ngapain? Kya!" Aeris berteriak ketika tubuhnya melayang seketika, Lawson menggendong tubuhnya dan membawanya keluar dari kamar mandi, ia tidak mengucapkan sepatah katapun sampai mereka tiba ditempat tidur Aeris, ia menurunkan Aeris dengan perlahan, saat Aeris sudah duduk ditempat tidur ia pergi darisana meninggalkan Aeris
"Dia kemana?" heran Aeris karena sepertinya Lawson tidak menuju pintu keluar
Aeris berfikir sebentar, mencoba mencar alasan mengapa laki laki itu terus berada disekitarnya. Mulai dari ia terbangun dirumah sakit dimana ia sama sekali tidak terluka dan Lawson memberikannya pertanyaan pertanyaan aneh padanya. Ia juga menjadi orang yang dianggap wali Aeris selama disana. Kemudian mereka bertemu ditempat perkuliahan, dan mereka bertemu lagi ketika Aeris hendak diserang laki laki aneeh bermata merah aneh dan bergerak sangat cepat. Terakhir ketika ia bertemu mahkluk aneh tadi yang membuatnya melukai dirinya sendiri.
"Gue harus jauh jauh dari dia" batin Aeris membulatkan tekadnya. Merasa dirinya sudah mulai mengantuk ia terus melawan matanya yang ingin tertutup sejak tadi.
Rasa kantuk menyerang matanya dengan cepat hingga ia sendiri tideak bisa mengendalikan matanya yang ingin terututup. Dengan cepat Aeris jatuh kedalam dunia mimpi malam itu
_____________________________________________
KRINGGG
Bunyi alarm yang disetel si ponselnya untuk berbunyi setiap pagi terdengar berbunyi. Gadis yang ada ditempat tidur itu terbangun dan merasakan hawa dingin yang menyerang tubuhnya yang dibalu selimut tebal.
"Hoamm. dingin banget, perasaan AC gue mati" Ucapnya, ia melirik kesebelah pintu balkonnya yang ternyata tidak ia tutup semalam
"Pantesan" batinnya, ia segera turun dari tempat tidurnya untuk menutupnya. Kemudian berjalan mengambil handuk untuk segera bergegas pergi kuliah. Semunaya terasa normal seperti biasanya hingga ketika ia hendak menuju kamar mandi dan teringat sesuatu saat ia sudah menggenggam gaging pintu kamar mandi
Refleks, Aeris langsung melihat kakinya yang masih diperban dan menyadari tidak ada rasa sakit atau ngilu sejak ia berjalan kesana kemari tadi. Dengan rasa panik dan penasaran ia duduk dilantai dan membuka perban yang melindungi kaki kanannya
"HAh?!"
Suara shocknya terdengar ketika ia melihat kaki kanannya, dengan segera ia kembali membuka perban kaki kiri dan kembali terkejut untuk kedua kalinya. Tidak ada luka disana, meskipun diperban yang sudah dibuka masih ada bekas darah yang semalam masih keluar dari lukanya. tapi kini kakinya kembali mulus tak berbekas. Aeris mendekatkan matanya pada telapak kakinya untuk melihat dengan jelas dan memastikan ia tidak bermimpi, tangannya meraba telapak kakinya dan tidak menemukan bekas apapun disana
Dalam waktu sebentar Aeris menyadari kejadian sama dengan kejadian dirumah sakit, dimana ia sembuh sendiri dengan cepat. Seketika ia tehenyak dan diam diposisi duduknya, ia menatap sekiat untuk memastikan ia memang berada didunia nyata atau tertidur dalam waktu yang sangat Panjang dan terasa sangat nyata.
Suasana kampus kini sudah ramai sejak pagi pagi buta, seperti biasanya banyakk mahasiswa yang berlalu Lalang untuk melaksanakan aktifitas mereka disana. Disamping memikirkan hal hal aneh yang ia alami Aeris memilih untuk mengabaikan semuanya sampai titik batas ia menahan semuanya. Oa bernagkat kekampus lebih cepat dari biasanya. Ia memiliki waktu yang lumayan bebas untuk mencari sarapan pagi sebelum masuk kedalam kelasnya
diposisi yang berbeda kini Perempuan sedang berjalan menuruni tangga, ia berpakaianserba hitam mulai dari celana jeansnya dan juga jaket hitamnya. Ia terus menuruni tangga hingga angin berhembus dari arah lain dan mengenainya. Tepat ketika ia mencium aroma yang dibawa oleh hembusan angin kepadanya ia langsung terdiam dan mengentikan langkahnya. pandangannya yang tadinya melihat tangga langsung menatap lurus kedepan, menyadari ada sesuatu yang sangat unik.
"WOW" Ucapnya ketika menemukan sumber aroma itu, ia memiliki penciuman yang tajam dan langsung mencari tahu darimana aroma itu berasal
Perempuan itu langsung berhajalan dengan cepat mengikuti Aeris yang menuju salah satu kafe yang ada didalam kampus, ia terus mengikutinya secara diam diam mulai dari memesan makanan dan mengantri p********n. Setelah Aeris mengambil kursi untuk dirinya sendiri, Eyota langsung duduk dimeja seberangnya. Ia juga memesan makanan dan melahapnya perlahan sambal melirik Aeris
"Hmmm.... menarik banget. Dia pasti dicari cari" Ucapnya
Setelah mengamati situasi, Ia beranjak dari tempat duduknya dan menuju meja Aeris, ia menarik kursi yang ada dihadapan Aeris dan duduk disana. Aeris meliriknya sebentar namun memilih mengabaikannya
"Halo" Ucapnya menyapa Aeris, Ia melirik sebentar namun merasa tidak mengenalnya membuat Aeris hanya memberikan senyuman tipis
"Nama gue Eyota" ucap perempuan itu mengulurkan tangannya
"Aeris" ucap Aeris menerima uluran tangan Eyota
Ia melanjutkan makannya setelah berkenalan dengan Eyota, Sementara perempuan dihadapannya itu juga melanjutkan makannhya namun melirik Aeris sesekali dengan tatapan tertarik akan sesuatu yang adda didalam diri Aeris.
"Gimana lo bisa bertahan sampai sekarang?" ucap Eyota tiba tiba, Aeris yang mendengar itu menatapnya tidak mengerti dan mencoba menerka apa yang dimaksud olehnya.
"Bertahan dalam hal?"
"Emangnya lo gak ngerasa tertekan apa? Kelihatannya lo penasaran tapi juga bingung disaat yang sama"
Mendengar perkataan Eyota yang mewakili perasaan yang belakangan ini dominan didalam dirinya membuatnya terdiam, ia memang sedikit tertekan oleh pikirannya sendiri dan juga kejadian disekitarnya
"Gue gak tahu lo lagi bicarain apa"
"Yah gue juga gak tahu gue bicarain apa karena lo sendiri yang ngerasain perasaan itu, gue heran aja kenapa lo belum meluap dengan emosi lo itu"
"Sebenarnya lo mau bilang apa sih? dan ada urusan apa lo sama gue?" ucap Aeris yang sudah mulai muak dengan percakapan mereka yang bertele tele, sejak Eyota bicarananeh dengannya ia tahu perempuan itu memiliki tujuan dengan mendatangi mejanya dan mengajaknya berkenalan.
"Gue cumin tahu tentang emosi lo doang, gue bisa ngelihatnya dengan jelas. Gue penasaran doang hahah. Jangan kesal karena itu. gue tahu kemampuan lo lebih besar sedikit dari gue" tawa Eyota
"Shut up! Jangan pura pura mengenal gue" ucap Aeris dengan penekanan, ia menanggap Eyota hanyalah orang orang yang ingin mendekatkan diri dengan cara menjadi orang yang paling mengerti dengan perasaannya
"Gue baru aja kenal lo, hahaha oke, gue cumin bisa baca emosi lo doang bukan berarti gue kenal lo. Itu kemampuan gue, so.... lo belum pertanyaan gue, gimana bisa lo nahan rasa penasaran lo yang pekat itu? sejauh yang gue lihat mereka pasti udah menggila, setidaknya gak ada hal yang nahan mereka untuk mencari tahu"
"Lo siapa sih?" heran Aeris lagi
Eyota mengangkat alisnya sebentar, ia tahu kalau Aeris merasa kengingunan
"Owh."
Zringg
Dengan sekejap mata ketika mereka saling bertatapan, mata Eyota berubah menjadi warna ungu yang lumayan bersinar. Aeris langsung membelalak dan bersandar di kursi seakan ingin menjauh tadinya.
"Lo beneran terkejut" ucap Eyota dengan senyum antusias karena menyadari kepolosan Aeris
"Menarik"
Drettt
Aeris berdiri secara tiba tiba hingga membuat kursinya bergeser jauh kebelakang, ia mengambil tas yang ada dikursi sebelahnya dan segera pergi dari sana setelah memberikan tatapan dingin dan kesalnya pada Eyota