Para Murid Sekte Tao

2423 Kata
Yaoshan masih berlutut di hadapan Guru Zhao, karena apa yang dia katakan bukanlah sebuah permainan, melainkan sesuatu yang sangat serius. Keinginan yang tiba-tiba muncul dalam hatinya setelah apa yang dia saksikan di istana. Setelah kebiadaban yang terjadi di istana dan kekejaman Liu Changhai yang dia saksikan dengan mata kepalanya sendiri. Guru Zhao masih belum mengatakan apa pun, dia menatap lekat sang pangeran yang sedang berlutut di depannya seraya meletakan kedua tangannya di belakang punggung. "Aku mohon biarkan aku menjadi murid di sekte ini." "Apa kau yakin dengan keputusanmu ini padahal kau belum melihat bagaimana para muridku berlatih di sekte ini?" Yaoshan yang sejak tadi menundukkan kepala, kini mendongak, memakukan tatapan pada wajah Guru Zhao yang tampak serius menatap dirinya. "Bukankah kau sudah memperlihatkan ketika para muridmu sedang berlatih? Ketika aku melihat murid-muridmu sedang melakukan gerakan bela diri, itu artinya mereka sedang berlatih, bukan?" Guru Zhao mengangguk. "Ya, memang benar mereka sedang berlatih, tapi kau tidak tahu kesulitan dan perjuangan apa yang sudah mereka lalui hingga mereka berhasil mencapai tahap seperti yang kau lihat. Itu tidaklah mudah, Pangeran. Banyak hal yang harus mereka perjuangkan dan korbankan karena tak semudah itu untuk mendapatkan kekuatan." Yaoshan meneguk ludah, dia sudah menduga tak akan mudah sampai dia bisa memiliki kekuatan yang dia inginkan. Namun, tekadnya untuk berubah dan menjadi orang yang kuat sudah sangat melekat dalam dirinya. Dia sudah sangat yakin dengan keputusannya ini. "Aku sangat yakin ingin menjadi murid di sekte ini. Aku tidak akan mundur lagi. Aku tidak akan menyerah sampai mendapatkan apa yang aku inginkan." "Memangnya apa yang kau inginkan sehingga tiba-tiba mengambil keputusan seperti ini? Padahal kau seorang pangeran yang tentunya tidak pernah menjalani kehidupan yang sulit sebelumnya karena saat di istana kau selalu mendapatkan apa pun yang kau inginkan dengan sangat mudah." Yaoshan memejamkan mata, tidak ada yang salah dengan perkataan Guru Zhao karena memang dulu dia tidak pernah mengalami kesulitan apa pun, itulah yang menyebabkan dia sangat malas untuk mempelajari bela diri karena dia yakin keamanannya selalu terjaga karena banyak prajurit yang mengawal dan memastikan keselamatannya ke mana pun dia pergi. Namun, siapa sangka kejadian tragis seperti ini akan menimpanya. Para prajurit yang semula selalu melindunginya, kini berbalik memburu dan ingin membunuhnya. Selain itu, setelah melihat semua kejadian di istana tadi, Yaoshan sudah memutuskan bahwa kelak dirinya yang akan mengembalikan kedamaian di kerajaan Qing dan kesejahteraan para rakyat akan kembali dia wujudkan seperti saat ayahnya memerintah. Lagi pula, bukankah kursi singgasana itu seharusnya menjadi miliknya? Yaoshan juga bertekad akan merebut kembali semua yang seharusnya menjadi miliknya yang kini telah diambil paksa oleh Liu Chnghai. “Aku akan mengambil kembali semua milikku yang direbut dariku.” Hanya kalimat singkat itu yang keluar dari mulut Yaoshan untuk menjawab pertanyaan Guru Zhao. “Jadi karena kau ingin menjadi kaisar karena itu kau mengambil keputusan seperti ini?” Tanpa ragu Yaoshan menganggukan kepala. “Ya, karena posisi kaisar Kerajaan Qing memang seharusnya menjadi milikku dan bukan milik Liu Changhai.” “Huh, jika alasanmu ingin menjadi murid di sekte Tao karena ambisimu untuk menjadi seorang penguasa, aku tidak bisa mengizinkanmu menjadi murid di sekte ini. Kau bisa pergi dari sini karena kondisimu sudah membaik, bukan? Seharusnya kau sudah pulih sekarang.” Tanpa menunggu respons Yaoshan, Guru Zhao berbalik badan memunggungi Yaoshan yang masih berlutut di depannya. Dia berniat pergi meninggalkan sang pangeran dalam posisi masih berlutut memohon padanya. Ketika kedua kaki pria tua itu hendak melangkah … “Bukan hanya demi kekuasaan aku memutuskan untuk menjadi murid di sekte Tao. Melainkan karena ada banyak hal yang harus aku ambil kembali.” Guru Zhao pun kembali berbalik badan menghadap Yaoshan. “Apa saja yang akan kau ambil kembali itu?” “Keadilan untuk para dayang yang sepertinya sudah dijadikan b***k di istana sekarang alih-alih pelayan yang juga memiliki harga diri. Peraturan kejam yang diterapkan untuk para dayang akan aku hilangkan. Aku akan mengembalikan peraturan yang sama seperti saat ayahanda yang memerintah.” Guru Zhao masih menatap Yaoshan dalam diam, memberikan kesempatan pada sang pangeran untuk melanjutkan perkataannya yang belum selesai. "Aku juga akan mengembalikan kedamaian di kerajaan Qing. Semua peraturan kejam yang dibuat Liu Changhai akan aku singkirkan dan aku kembalikan seperti dulu seperti ketika ayahanda yang berkuasa. Yang paling penting aku akan berusaha mengembalikan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Tidak akan aku biarkan mereka terus menderita karena keserakahan Liu Changhai." Semua alasan dirinya mengambil keputusan demikian sudah dijelaskan oleh Yaoshan. Sang putra mahkota kerajaan Qing kini menelan saliva sebelum mulutnya terbuka karena ingin memastikan apakah dirinya sudah dianggap cukup layak untuk menjadi murid di sekte Tao. "Jadi, bagaimana? Apa aku sudah diizinkan menjadi murid di sekte ini?" tanya Yaoshan dengan disertai jantungnya yang berdebar sangat cepat karena khawatir Guru Zhao tetap tak memberinya izin. "Jawabanmu tadi sangat bagus karena aku tidak akan mengizinkanmu menjadi murid sekte Tao jika tujuanmu mencari kekuatan demi bisa membalaskan dendammu pada orang-orang yang telah menyakitimu." Yaoshan terdiam, entah apa yang sekarang dipikirkan sang pangeran karena pria itu tak lagi mengeluarkan suaranya. "Katakan padaku yang sejujurnya, Pangeran. Kau tidak berencana menggunakan kekuatanmu nanti untuk membalas dendam dengan membunuh Liu Changhai atau orang-orang yang menyakitimu, bukan?" Beberapa detik lamanya Yaoshan terdiam, hingga akhirnya dia menggelengkan kepala. "Tentu saja tidak karena niatku memang untuk mengembalikan kedamaian di kerajaan Qing dan memastikan kesejahteraan untuk rakyat. Aku juga ingin mengambil takhta yang sudah seharusnya menjadi milikku. Aku harus memerintah kerajaan Qing, aku yang seharusnya menjadi kaisar." Guru Zhao mengangguk-anggukan kepala, memahami keinginan Yaoshan tersebut. "Aku harap kau tetap memegang teguh perkataanmu ini karena aku tidak akan pernah mengizinkan kekuatan yang kau dapatkan dari sekte ini digunakan untuk balas dendam apalagi sampai kau gunakan untuk melenyapkan nyawa musuh-musuhmu. Memang benar orang-orang jahat dan kejam itu harus dihukum, tapi bukan berarti kau harus membunuh mereka dengan tanganmu sendiri. Ada banyak cara untuk menghukum mereka, yang jelas jangan coba-coba kau memanfaatkan kekuatan yang kau dapatkan dari sekte Tao untuk melakukan tindakan tak manusiawi. Apa kau paham?" "Ya, aku paham," sahut Yaoshan tanpa keraguan. "Apa ini artinya aku diizinkan belajar di sekte Tao? Aku sudah bisa menjadi murid di sini? " Yaoshan seketika memekik senang dan wajahnya berubah sumringah saat mendapati Guru Zhao menanggapi pertanyaannya dengan anggukan. "Terima kasih atas kebaikanmu. Aku tidak akan pernah melupakannya seumur hidupku." Yaoshan mengatakannya dengan tulus seraya masih berlutut di depan Guru Zhao. "Aku memang mengizinkanmu untuk menjadi murid di sekte yang aku dirikan. Tapi jangan sampai kau lupa karena aku akan memegang ucapanmu tadi bahwa kau tidak akan menggunakan kekuatan yang kelak kau dapatkan dari sekte Tao untuk membalas dendam." "Kau tidak perlu khawatir, aku akan menepati kata-kataku." "Bagus. Aku menaruh kepercayaan besar padamu, aku harap kau tidak akan mengecewakanku, Pangeran. Sekarang bangunlah." Yaoshan bergegas menurut sehingga kini dia bangkit berdiri. "Ikut denganku. Akan kuantar kau menuju asrama khusus untuk murid-murid di sekte Tao." Seulas senyum terulas di bibir Yaoshan, sebelum dia mengangguk penuh semangat sebagai respons. "Baik. Mari kita brangkat." Dengan tekad kuat dan semangat menggebu-gebu dalam dirinya, dia pun mengikuti langkah Guru Zhao yang berjalan di depannya. Lama mereka berjalan karena markas sekte Tao ternyata sangat luas, bahkan lebih luas dari istana. Itu yang dirasakan Yaoshan setelah lama berjalan, tapi mereka tak kunjung tiba di tempat tujuan. Ingin mengeluh karena kakinya sudah lelah berjalan pun coba dia tahan karena khawatir Guru Zhao akan berubah pikiran dan tak lagi mengizinkannya menjadi murid sekte Tao di saat dia sudah membujuk dengan susah payah hingga Guru Zhao akhirnya memberikan izin padanya. Langkah mereka baru berhenti setelah tiba di depan sebuah bangunan sederhana, tapi terlihat sangat luas meski dilihat dari luar. "Ini dia asrama khusus untuk murid-murid sekte Tao. Mulai saat ini kau akan menetap di sini, Pangeran," ucap Guru Zhao pada Yaoshan yang terlihat sedang menelisik keadaan di sekitar asrama tersebut. "Hm, baiklah. Aku mengerti." Hingga jawaban itu pun diberikan Yaoshan. Walau dalam hati, Yaoshan merasa tak puas begitu melihat kondisi bangunan asrama. Kondisinya sangat jauh dari kata mewah, tentu saja Yaoshan yang terbiasa tinggal di istana yang mewah nan megah merasa enggan menetap di asrama itu jika saja dia tak ingat bahwa dia harus menerima hal ini. Demi mendapatkan kekuatan yang dia inginkan. "Begitu kakimu melangkah memasuki asrama mungkin kau akan mengalami banyak kesulitan. Entah kau sanggup menghadapinya atau tidak nanti, tapi kau harus memepersiapkan diri dari sekarang. Kuingatkan kau harus menjaga sikap dan ucapanmu nanti." Yaoshan mendengus. "Ya, kau jangan khawatir. Aku akan menghadapi rintangan apa pun yang akan menghadangku mulai sekarang. Yang pasti aku tidak akan mundur sebelum bisa mewujudkan keinginan dan tujuanku." "Bagus, aku suka pada tekad dan semangatmu. Sekarang masuklah, dan selamat bergabung dengan sekte Tao, Pangeran Yaoshan." Yaoshan memberikan anggukan, sebelum kedua kakinya benar-benar melangkah memasuki asrama. Entah kejadian apa yang akan menimpanya setelah ini? Dan entah bagaimana hidupnya setelah mengambil keputusan senekat ini? Yaoshan kini melewati pintu dan seketika dia pun tiba di sebuah ruangan yang lebih pantas disebut dengan aula karena betapa luas ruangan itu. Ada banyak orang sedang berada di aula tersebut. Mereka awalnya tengah membaca buku dengan tenang, hingga saat menyadari seseorang datang, seketika mereka semua mengalihkan tatapan dari buku yang mereka baca dan kini dengan serempak menatap ke arah Yaoshan. Yaoshan menelan saliva, menyadari semua orang kini melayangkan tatapan tajam padanya seolah sinar laser bisa keluar dari bola mata mereka dan bisa menghancurkan tubuhnya. Walau kegugupan sedang menderanya, Yaoshan mencoba bersikap senormal mungkin. Dia tak ingin orang-orang itu, yang sepertinya para murid sekte Tao seperti dirinya, menyadari bahwa dia sedang gugup dan salah tingkah. Yaoshan pun mencoba mengabaikan para murid sekte Tao tersebut, dia menelisik sekitar untuk mencari kursi yang bisa dia duduki karena sungguh dia ingin beristirahat karena kedua kakinya yang terlalu banyak berjalan, terasa mulai pegal. Bola matanya menelisik sekitar hingga akhirnya dia pun menemukan sebuah kursi yang kosong karena tak ada seorang pun yang mendudukinya. Walau setelah Yaoshan perhatikan semua orang tengah duduk di lantai dan tidak ada seorang pun yang duduk di sebuah kursi. Lagi pula satu-satunya kursi yang berada di aula itu sepertinya tak ada yang berani menduduki. Yaoshan mencoba mengabaikan keanehan itu, dia berjalan mendekati kursi kosong karena sesuai dengan niatnya tadi, dia akan duduk di sana untuk mengistirahatkan tubuhnya sejenak. Semua pasang mata masih tertuju pada Yaoshan, tatapan mereka mengikuti ke mana pun Yaoshan melangkah. Dan ketika melihat Yaoshan sudah tiba di dekat kursi dan berniat mendudukan diri di sana … "Hei, tunggu sebentar!" Suara seseorang yang berteriak tiba-tiba terdengar. Yaoshan sadar teriakan itu ditujukan padanya sehingga dia pun mengurungkan niatnya untuk duduk. Kini para murid sekte yang sedang duduk membaca buku itu pun bangkit berdiri dan dengan serempak menghampiri Yaoshan yang tengah dilanda kebingungan. Padahal dia hanya ingin duduk di kursi yang kosong karena tak ditempati siapa pun, kenapa jadi menimbulkan keributan seperti ini? Batin Yaoshan penuh dengan tanda tanya. "Apa yang hendak kau lakukan, Hah?!" Pria yang berteriak tadi kini membentak, tentu saja membuat emosi Yaoshan yang awalnya terpendam kini mulai naik ke permukaan. Selama ini tak pernah ada seorang pun yang berani bicara dengan suara keras bahkan sampai membentaknya seperti itu. "Aku ingin duduk di kursi ini!" Yaoshan balas membentak keras seraya menunjuk kursi yang dia maksud dengan jari telunjuknya. "Memangnya kenapa? Tidak boleh? Hah?!" "Ya, memang tidak boleh karena kursi itu hanya untuk Guru Zhao." "Tapi dia sedang tidak ada di sini, karena itu apa salahnya jika aku duduk di kursi ini sekarang?" "Itu jelas dilarang. Kursi itu hanya untuk Guru Zhao. Apa kau paham?" Yaoshan mendengus seraya mengulas senyum penuh cibiran. "Larangan macam apa itu? Tentu saja kursi ini bebas diduduki siapa pun. Lagi pula kalian tahu siapa aku?" tanya Yaoshan dengan angkuh seraya menunjuk dirinya sendiri. Semua orang saling berpandangan dan mereka menipiskan bibir karena melihat tingkah orang baru yang begitu sombong dan arogan, alih-alih mengenalkan diri dan menjaga sopan santun sebagai pendatang baru, pemuda di hadapan mereka itu justru dengan berani menentang larangan yang jelas-jelas sudah mereka terangkan. "Kami tidak tahu dan tidak peduli siapa pun kau karena yang kami tahu kau ini pendatang baru yang kurang ajar. Bukannya mengenalkan diri dengan sopan pada kami, kau justru bersikap sombong dan arogan dengan menentang larangan yang sudah dibuat di sini. Sebagai pendatang baru seharusnya kau menjaga sikapmu. Harusnya kau hormati setiap aturan yang berlaku di asrama ini." "Hei, dengar, ya." Yaoshan menunjuk wajah pria yang dengan berani berkata demikian padanya, dengan jari telunjuknya. Sebuah sikap yang secara terang-terangan tak menunjukan sopan santun, padahal selain pria itu sudah lebih dulu menjadi murid di sekte Tao yang mana artinya dia merupakan senior yang harus Yaoshan hormati, dari perawakannya pun terlihat jelas pria itu jauh lebih tua dibandingkan Yaoshan. "Tadi kau bilang aku harus mengenalkan diri sebagai pendatang baru di sini? Cih, baik, akan aku perkenalkan diri agar kalian terkejut dan takut setelah mengetahui siapa sebenarnya orang yang berani kalian usik ini." Seraya menatap orang-orang di depannya secara bergantian, Yaoshan lantas membuka mulut dan berkata, "Namaku Liu Yaoshan. Aku putra Kaisar Liu Xingsheng dan Permaisuri Liu Fei dari kerajaan Qing. Aku ini seorang putra mahkota yang kelak akan menjadi seorang kaisar. Bagaimana? Masih berani kalian mengusikku sekarang? Masih berani kalian melarangku duduk di kursi ini, Hah?!" Yaoshan pikir setelah mereka mengetahui siapa dirinya, mereka akan langsung berlutut memohon ampun dan gemetar ketakutan, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Mereka tampak acuh tak acuh walau sudah mengetahui identitas Yaoshan yang sebenarnya. "Memangnya kenapa kalau kau seorang putra mahkota dan calon kaisar? Karena di sini derajat dan status kita semua sama sebagai murid sekte Tao. Dan lagi meskipun kau seorang yang terhormat karena akan menjadi kaisar di masa depan nanti, tetap saja larangan untuk duduk di kursi itu tetap berlaku untukmu juga." Yaoshan melebarkan mata, tak menyangka akan begitu respons mereka, tetap tak menghargainya walau tahu dia seorang putra mahkota yang terhormat. Marah dengan sikap orang-orang di sana yang tidak sesuai harapannya, Yaoshan pun nekat mendudukkan diri di kursi itu sembari kembali berucap, "Kalian bilang kursi ini khusus untuk Guru Zhao, bukan? Bukankah dia itu pria tua renta yang katanya pendiri sekte ini? Huh, aku mengenal pria tua itu. Bahkan aku bisa berada di sini juga karena dia yang membawaku. Aku yakin pria tua itu tidak akan keberatan aku menduduki kursinya. Jadi, kalian cukup … " Namun, Yaoshan tak melanjutkan ucapannya yang masih menggantung, bukan karena dia sengaja, melainkan karena dia tak sanggup lagi melanjutkan perkataannya tatkala seorang pria tiba-tiba menerobos maju ke depan dan mencengkeram erat pakaian yang dikenakan Yaoshan. Lalu yang terjadi setelah itu Yaoshan yang dipukuli secara membabi buta oleh pria itu. Yaoshan tak berdaya dan detik itu juga sang pangeran menyadari yang dikatakan Guru Zhao memang benar … bahwa hidup di asrama para murid sekte Tao tidak akan semudah yang dia bayangkan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN