Identitas Sang Mentor

2524 Kata
Yaoshan tak sanggup melakukan perlawanan apa pun saat tubuhnya yang babak belur diseret keluar dari ruangan menyerupai aula tersebut. Selama proses pemukulan itu berlangsung, tak ada seorang pun yang menolong Yaoshan seolah mereka berpikir hukuman seperti itu memang layak didapatkannya karena sikap kurang ajar dan lancang Yaoshan tadi. Apalagi pria itu dengan berani meremehkan Guru Zhao yang merupakan guru agung yang sangat dihormati di sekte tersebut. “Hei, lepaskan aku!” teriak Yaoshan karena dia mulai merasakan sesak napas akibat kerah pakaiannya yang dicengkeram erat seraya diseret paksa entah ke mana. Ternyata pria yang dari perawakannya tampak berusia 24 tahun itu membawa Yaoshan ke sebuah ruangan sempit yang menyerupai kamar karena ada ranjang dua tingkat di sana. Cukup untuk dua orang seolah kamar itu memang diperuntukan dua orang. Tubuh Yaoshan dibanting dengan kasar ke ranjang oleh pria tersebut. Yaoshan mendecih saat merasakan asin dalam mulutnya karena darahnya sendiri. Ini semua karena luka robek di sudut bibirnya yang terus mengeluarkan darah segar, tentu saja penyebabnya karena pukulan bertubi-tubi dari pria yang hingga detik ini belum Yaoshan ketahui namanya. “Sebenarnya apa yang kau lakukan, hah?! Berani sekali kau memukuliku seperti ini! Apa kau tidak tahu siapa aku?” “Aku tahu siapa kau!” balas si pria yang sukses membuat Yaoshan mengatupkan mulutnya yang terbuka. “Namamu Liu Yaoshan, kau seorang putra mahkota sekaligus calon kaisar Kerajaan Qing. Lalu kenapa memangnya kalau kau seorang calon kaisar? Karena seperti yang dikataan senior tadi, kedudukan dan statusmu yang terhormat itu tidak ada artinya di tempat ini. Karena status dan kedudukan semua murid di sekte Tao ini sama, tidak ada yang berbeda. Paham kau?” Yaoshan tidak mengatakan apa pun karena dia tengah sibuk menyeka darah dari sudut bibirnya yang tidak henti mengalir. “Dan lagi kau harus menjaga mulutmu itu, jangan bicara sembarangan apalagi sampai berani menghina Guru Zhao. Jika saja Guru Zhao tidak menitipkanmu padaku, pasti sudah kubunuh kau tadi.” Yaoshan menelan saliva mendengar semua yang dikatakan pria asing itu. “Guru Zhao menitipkanku padamu?” “Ya, dan mulai sekarang kau harus menuruti semua perkataanku jika kau tidak ingin aku pukul seperti tadi. Kamar ini akan menjadi kamar kita berdua. Sekarang kau pilih mau tidur di atas atau di bawah?” Yaoshan melongo, tatapannya lantas menelisik sekitar kamar yang teramat sempit itu. Bagaimana tidak sempit, di kamar itu hanya muat untuk satu ranjang, itu kenapa ranjang tingkat dua yang diletakan di sana sehingga kamar bisa ditempati dua orang. Bahkan sekadar meja atau kursi pun tak ada di sana, hanya ada satu lemari yang juga akan digunakan secara bersama-sama oleh kedua penghuni kamar. Tentu saja bagi Yaoshan yang terbiasa menempati kamar yang luas nan mewah di istana kediamannya, menempati kamar itu membuatnya meringis tak sudi. “Apa kau bercanda aku harus menempati kamar sempit ini? Dan lagi aku harus berbagi kamar denganmu?” Yaoshan sekali mendecih, meludah sembarangan. “Aku tidak sudi menerimanya.” Lalu setelah itu Yaoshan dibuat panik karena si pria kembali melayangkan kepalan tangan seolah berniat memukul Yaoshan lagi. “Hei, hei, berhenti. Jangan coba-coba kau memukulku lagi.” Namun, pria itu mengabaikan perkataan Yaoshan dan benar-benar melayangkan satu pukulan keras di salah satu mata Yaoshan sehingga kelopak matanya pun seketika menghitam karena memar. Yaoshan mengaduh kesakitan seraya menutupi sebelah matanya yang berdenyut sakit akibat pukulan itu. “Jika kau tidak mau aku pukul lagi, kau harus menuruti semua perkataanku dan jangan banyak protes atau mengeluh. Apa kau paham?” Yaoshan tak merespons apa pun, dia tetap meringis kesakitan. “Hei, kau dengar tidak?” Hingga si pria yang gemas bukan main dengan kediaman Yaoshan itu pun kembali mencengkeram kerah pakaian Yaoshan, sepertinya berniat memberinya pukulan keras lagi di bagian wajah. “Baik, baik, aku mengerti. Aku tidak akan melawan atau membantahmu lagi.” “Bagus. Memang seharusnya begitu. Kau harus patuh pada seniormu karena mulai sekarang akulah yang akan mengajarimu banyak hal di sini.” Detik itu juga kedua mata Yaoshan melebar sempurna. “Hah? Apa kau bilang? Kau yang akan mengajariku, apa ini artinya kau yang akan menjadi guruku?” Pria itu mengangguk. “Ya, begitulah.” “K-kenapa bisa? Kupikir Guru Zhao atau ada guru-guru lainnya yang akan mengajariku.” “Sayangnya Guru Zhao memilihku yang mengajarimu. Jadi, sekarang jaga sikapmu di depanku karena aku tidak akan segan-segan memberikan hukuman padamu jika kau melawan atau menentang perkataanku.” Yaoshan mengembuskan napas lelah, sebenarnya ingin mengajukan protes karena dia tidak setuju dengan kenyataan ini, tapi dia tahu protes berarti satu pukulan akan mendarat lagi di tubuhnya, tentu dia tak ingin hal seperti itu sampai menimpanya lagi. Hanya saja Yaoshan sekarang menyesalkan kenapa harus pria yang terlihat masih muda itu yang mengajarinya, padahal dia terlihat tak sekuat itu. Awalnya Yaoshan berharap yang akan mengajarinya merupakan guru-guru hebat dengan kultivasi tingkat tinggi. Sekarang harapannya kandas sudah karena gurunya hanya pria muda yang bahkan usianya pasti hanya berbeda beberapa tahun saja dengannya. “Berapa usiamu?” tanya Yaoshan yang penasaran ingin mengetahui usia sang kakak senior sekaligus gurunya tersebut. “24 tahun. Kenapa?” “Huh, hanya terpaut lima tahun denganku. Aku jadi ragu kau ini memang pantas menjadi guruku.” “Apa kau bilang? Apa sekarang kau ingin melihat kekuatanku yang sebenarnya, hah?!” Yaoshan seketika panik karena lagi-lagi pria itu menunjukan sikap seolah siap melayangkan pukulan lagi padanya. “Tidak, tidak, aku meralat ucapanku tadi. Tentu saja kau pantas menjadi guruku. Ah, sebenarnya hanya kau yang paling pantas menjadi guruku.” Pria itu mengangguk-anggukan kepala, tampak puas mendengar ucapan Yaoshan tersebut. “Bagus, memang sudah seharusnya kau menerima hal ini karena Guru Zhao sendiri yang menunjukku menjadi gurumu. Sekarang aku akan memberitahumu kegiatan yang harus kau ikuti setiap harinya.” Yaoshan memasang telinga sebaik mungkin karena jangan sampai dia melewatkan hal yang akan disebutkan pria asing yang terpaksa harus dia terima sebagai gurunya, sebentar lagi. “Kau harus bangun setiap jam tiga dini hari.” Detik itu juga Yaoshan terbelalak. “Hah? Yang benar saja? Aku harus bangun sepagi itu padahal saat di istana aku terbiasa bangun siang.” “Huh, kau tidak sedang di istanamu jika perlu kuingatkan lagi. Kau sedang berada di asrama murid sekte Tao karena itu kau harus mematuhi semua aturan di sini. Paham?” Karena tahu jika melawan atau membantah dia akan mendapatkan hukuman berupa pukulan keras, Yaoshan pun dengan terpaksa mengangguk patuh. “Setelah bangun dan membersihkan diri, kau harus membersihkan halaman di depan dan belakang asrama.” “T-tunggu, maksudnya aku harus membersihkan halaman asrama seluas itu sendirian?” Pria itu mendengus. “Tentu saja tidak. Kau akan bergabung bersama murid yang lain karena memang seperti itu kegiatan para murid setiap harinya.” Detik itu juga Yaoshan mengembuskan napas lega karena awalnya dia berpikir harus membersihkan halaman asrama yang luas itu seorang diri. “Setelah selesai membersihkan halaman asrama, kalian akan sarapan di kantin asrama.” Yaoshan mengangguk, untuk hal ini dia tidak keberatan karena tentu saja perut mereka harus diisi sebelum melanjutkan kegiatan yang lain. “Setelah sarapan, saatnya berlatih kultivasi di ruang semedi. Ini memakan waktu yang sangat lama hingga berjam-jam. Baru setelah selesai berlatih kultivasi, para murid pergi ke aula untuk membaca kitab.” “Membaca kitab?” Yaoshan tertegun karena sekarang dia tahu para murid yang dia lihat sedang membaca di aula tadi, rupanya tidak sedang membaca buku biasa seperti yang Yaoshan pikirkan, melainkan membaca kitab. “Ya, kalian harus membaca kitab setiap hari agar pikiran dan hati kalian tetap tenang dan damai. Juga agar kalian tidak kesulitan berkonsetrasi.” “Hm, aku paham. Lalu apa kegiatan selanjutnya?” “Berlatih bela diri, baik bela diri tangan kosong maupun menggunakan senjata.” Yaoshan menyeringai, itulah yang dia nanti-nantikan yaitu belajar bela diri untuk memperkuat diri. “Kegiatan selanjutnya adalah makan malam.” “Lalu setelah itu kita pergi tidur, bukan?” Yaoshan mencoba menebak, tapi melihat pria itu menggelengkan kepala, Yaoshan tahu tebakannya salah besar. “Setelah makan malam, kalian akan menghabiskan waktu bersama guru atau mentor masing-masing, di sini yang dimaksud mentormu tentu saja adalah aku. Aku akan mengajarkanmu cara mengendalikan tenaga dalam, ah … bisa dibilang kita akan melakukan kultivasi sebelum tiba saatnya untuk tidur.” Yaoshan tak mengatakan apa pun karena dia mencoba mencerna setiap penjelasan dari pria asing tersebut. “Apa kau sudah mengerti dengan penjelasanku tadi? Ada yang ingin kau tanyakan?” Yaoshan menggelengkan kepala. “Sejauh ini aku mengerti. Aku sudah mengingat dengan jelas semua jadwal atau kegiatan yang kau sebutkan tadi.” Pria itu mendengus setelah mendengar perkataan Yaoshan. “Ternyata seperti yang dikatakan Guru Zhao, kau memiliki kecerdasan yang bagus, daya ingatmu sangat tinggi.” “G-Guru Zhao mengatakan itu padamu?” tanya Yaoshan terkejut karena bagaimana mungkin Guru Zhao mengetahui keahlian atau kelebihannya ini di saat mereka belum pernah bertemu atau saling mengenal sebelumnya. “Ya, Guru Zhao yang mengatakannya padaku..” “Dari mana Guru Zhao mengetahui hal ini?” Pria itu berdecak. “Karena tidak ada yang tidak diketahui Guru Zhao. Dia tahu semua tentangmu.” Kini Yaoshan semakin yakin pria tua renta yang sudah menyelamatkan nyawanya itu memang seseorang yang berilmu tinggi dan sangat hebat. “Apa ada lagi yang ingin kau tanyakan padaku?” Yaoshan kembali menggeleng. “Sejauh ini belum ada yang ingin aku tanyakan.” “Baiklah. Kalau begitu kau bisa istirahat sekarang karena semua kegiatanmu di asrama ini yang kusebutkan tadi akan dimulai besok.” “Ah, syukurlah. Tubuhku memang sudah lelah sekali. Aku tidak akan sanggup melakukan kegiatan apa pun sekarang.” Yaoshan yang sudah kelelahan bukan main itu berniat merebahkan tubuhnya di ranjang bawah. “Hei, tunggu.” Namun, sang pangeran mengurungkan niat karena mendengar ucapan si pria asing yang sudah jelas akan menjadi guru sekaligus mentornya. “Ada apa lagi?” tanya Yaoshan seraya memutar bola matanya lelah, padahal dia sudah tidak tahan ingin merebahkan tubuhnya di ranjang. “Kau mau tidur di ranjang bawah?” “Ya,” jawab Yaoshan karena memang itu rencananya. “Tidak. Ranjang bawah itu tempatku tidur. Tempat tidurmu di ranjang atas.” Yaoshan memicingkan mata. “Huh, padahal jelas-jelas tadi dia menyuruhku untuk memilih,” gumamnya pelan. “Apa kau bilang barusan?” Namun, Yaoshan gelagapan karena ternyata gumaman pelannya itu masih bisa didengar dengan jelas oleh sang mentor. “Ah, tidak. Lupakan saja. Baiklah, aku akan istirahat di ranjangku.” Yaoshan pun merangkak perlahan menaiki tangga kecil menuju ranjang atas, saat berhasil dia pun merebahkan tubuhnya di sana. Suara pintu yang terbuka lalu tertutup terdengar karena si pria asing yang baru saja meninggalkan Yaoshan sendirian di kamar itu. Dalam kesendiriannya Yaoshan merenung, memikirkan bagaimana hari-harinya setelah ini. Menyadari tampaknya semua akan terasa berat untuknya, dia harus menyiapkan diri menghadapi perubahan drastis dalam hidupnya karena dia bukan lagi putra mahkota yang selalu dihormati dan dilayani di istana, melainkan murid sekte Tao yang akan menerima pelajaran sangat keras dan tegas. *** Benar seperti yang dikatakan mentornya, tepat pukul tiga dini hari, dia sudah dibangunkan. Padahal Yaoshan merasa dia baru saja terlelap dalam tidur, tapi sudah harus kembali membuka mata yang masih terasa berat bukan main. Kegiatan yang para murid lakukan memang membersihkan halaman depan dan belakang asrama, sama persis seperti yang dijelaskan sang mentor. Walau itu pengalaman pertamanya menyapu halaman, Yaoshan coba melakukannya seperti murid yang lain lakukan karena dia tak ingin kejadian kemarin terulang lagi di mana dia diberi hukuman dengan dipukuli karena tak mengikuti peraturan yang ditetapkan di asrama tersebut. Setelah kegiatan bersih-bersih itu selesai, kini tiba saatnya untuk sarapan di kantin asrama. Bisa dikatakan ini saat yang dinanti-nantikan oleh Yaoshan karena perutnya memang sudah kelaparan, meraung-raung meminta diisi sejak tadi. Jika dipiki-pikir ini hal yang wajar mengingat dia belum memakan apa pun semenjak dia melarikan diri dari kejaran para prajurit istana. Selama berada di markas sekte Tao tidak sekali pun dia diberi makan dan baru sekarang dia bisa menikmati makanan. Namun, sayangnya harapan Yaoshan mengisi perutnya dengan banyak makanan lezat kandas sudah begitu mendapati sarapan semua murid sudah mendapatkan jatah yang sama. Hanya sarapan dengan bubur dan juga roti gandum dengan porsi yang bisa dikatakan sangat sedikit, mana mungkin cukup untuk mengisi perut Yaoshan yang keroncongan. “Ck, sial. Makanan macam apa ini? Kenapa porsinya sedikit sekali? Mana makanan juga hanya begini. Mana kenyang. Ck, menyebalkan,” gerutu Yaoshan, tak peduli walau dirinya kini menjadi pusat perhatian orang-orang yang duduk tak jauh darinya. Tampaknya sikap sombong dan arogan Yaoshan sudah diketahui semua murid sekte karena mereka tampak tak terkejut mendengar gerutuan Yaoshan tersebut. Tak ada juga yang bersedia menemani Yaoshan sehingga pria itu hanya duduk sendirian, tak ada yang bersedia menempati satu meja yang sama dengannya. Yaoshan tak peduli dengan hal itu, toh dia juga tak ingin berbagi dengan orang-orang yang di matanya lebih rendah darinya, tidak pantas dan layak duduk bersanding satu meja dengannya. “Hei, boleh aku bergabung denganmu?” Hingga sebuah suara sukses membuat Yaoshan terkejut bukan main, apalagi pemilik suara itu menepuk pundak Yaoshan sangat keras sehingga pria itu nyaris tersedak bubur yang sedang dia kunyah. “Hei, apa-apaan kau?” Sang pelaku menyengir lebar, seorang gadis yang tidak lain merupakan Zhishu yang tak merasa bersalah sedikit pun karena membuat Yaoshan nyaris jantungan. “Ternyata kau benar-benar menjadi murid di sekte Tao. Ya, walau aku tidak terkejut dan sudah bisa menebaknya. Guru Zhao memang selalu lihai melihat nasib orang yang dia temui, karena itu semua orang yang dia tolong dan dibawanya ke markas pasti akan menjadi murid di sekte Tao.” Yaoshan melebarkan mata. “Jadi, semua murid di sekte Tao tadinya merupakan orang-orang yang pernah dibantu dan diselamatkan Guru Zhao?” Zhishu mengangguk. “Begitulah karena Guru Zhao itu penyelamat bagi semua orang.” “Termasuk kau juga?” Zhishu menganggukan kepala tanpa ragu. “Ya, tentu termasuk aku juga. Tapi aku terkejut karena mentormu Kak Jingmi.” “Kak Jingmi?” Yaoshan mengernyitkan dahi karena merasa tak mengenal orang yang namanya baru disebutkan oleh gadis di hadapannya. “Siapa itu?” “Masa kau tidak tahu?” “Aku memang tidak tahu karena itu bertanya padamu.” “Huh, kau ini sangat payah masa mentormu sendiri kau tidak tahu namanya. Jadi, mentormu itu bernama Jingmi, aku biasanya memanggil dia Kak Jingmi.” “Oh, jadi pria galak dan menyebalkan itu bernama Jingmi. Huh, dari sekian banyak murid di sekte ini kenapa harus dia yang menjadi mentorku?” “Loh, bukannya kau sangat beruntung karena Kak Jingmi yang menjadi mentormu?” Yaoshan memutar bola mata. “Apanya yang beruntung? Aku justru sangat sial karena dia sangat galak, kasar dan menyebalkan.” “Tapi Kak Jingmi itu sangat tampan.” Yaoshan memicingkan mata, jadi itu alasan si gadis mengatakan dia beruntung mendapat mentor pria yang bernama Jingmi tersebut. “Iya, kau yang berpikir begitu karena kau seorang gadis. Sedangkan aku …” “Seharusnya kau juga merasa beruntung karena mentormu Kak Jingmi. Asal kau tahu dia itu murid terhebat di sekte Tao. Satu-satunya murid yang berhasil mencapai kultivasi tingkat Golden Immortal di usia yang sangat muda. Bukankah kau sangat beruntung karena dia yang akan mengajarkan semua ilmunya padamu?” Detik itu juga Yaoshan seolah membeku di tempat karena terlalu terkejut. Dan sepertinya selama ini dia melakukan kesalahan karena memusuhi sang mentor yang ternyata memiliki kekuatan luar biasa tanpa sepengetahuannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN