"Saya akan datang ke persidangan dan menolak gugatan ini." Aku meletakkan surat panggilan sidang yang diberikan pengacaranya Isma ke atas meja dan berusaha bersikap setenang mungkin. Isma memang sudah memberitahu lewat surat yang ia tinggalkan bahwa ia sudah mengajukan gugatan, tetapi aku tetap terkejut saat mendapati fakta ini. Bagaimana tidak? Ternyata Isma sudah merencanakan semuanya dengan matang, bahkan mungkin jauh sebelum aku berangkat ke Jakarta. "Silakan, Pak. Anda berhak menolak gugatan ini, tapi saya sebagai orang yang dipercaya oleh Bu Isma akan memperjuangkan keinginan klien saya untuk tetap bercerai," ucap Pak Bambang. Aku mengangguk. "Ya, saya mengerti. Kalau begitu, selamat bertemu di persidangan." Pak Bambang undur diri lebih dulu, sedangkan Syafa, wanita yang kuke