Marsya turun dari kamarnya dan menuju ruang makan. Dia melihat Mamanya sedang menyiapkan sarapan. Marsya yang melihat itu tersenyum dan memeluk Mamanya dari belakang serta mencium pipi Mamanya.
“Happy Birthday Ma.” Mama Marsya terkejut kemudian tersenyum pada Marsya. Marsya memberikan kado yang di bawanya kepada Mamanya.
“Ini kado buat Mama.”
“Apa ini sayang?”
“Mama buka dong.” Marsya duduk di kursi sedangkan Mamanya membuka kadonya. Setelah membuka mamanya tersenyum karna mendapatkan cincin dan jam tangan dari sang anak.
“Makasih sayang, Mama suka.” Mama Marsya kembali memeluk Marsya dengan sayang. Marsya tersenyum, ini yang selalu Marsya inginkan bisa membahagiakan Mamanya.
“Tapi Sya, bukan kado itu yang mama inginkan.” Marsya menghela nafas dia tau arah pembicaraan Mamanya.
Mama Marsya juga duduk di kursi dan menghadap Marsya, menggenggam tangan Marsya.
“Mama udah tua Sya, kita ga tau sampai kapan umur seseorang termasuk umur Mama. Bisa aja besok Mama meninggal Sya.”
“Mama ngomong apa sih?” Marsya paling tidak suka kalau Mamanya sudah membahas mengenai kematian.
“Mama cuma punya kamu, kamu juga cuma punya Mama. Jadi sebelum Mama pergi Mama mau lihat Marsya sudah ada pendamping yang menemani Marsya saat nantinya Mama ga ada.”
“Udah ahh ma, Mama itu bakalan terus nemeni Marsya sampai Marsya nanti nikah dan punya anak.”
“Sya, kamu mau ya?” Marsya menghela nafas kemudian menatap Mamanya dengan sendu.
“Yaudah Marsya bakalan coba. Marsya mau lakuin ini semua demi Mama.” Mama Marsya tersenyum kemudian memeluk Marsya kembali
“Makasih sayang. Mama akan atur pertemuan kamu ketemu sama pilihan Mama ya.” Marsya hanya mengangguk. Apa lagi yang akan di jawab Marsya kalau tidak iya?
*****
“Maaaa, maaf Marsya—“
Marsya terdiam saat memasuki rumahnya sang Mama tidak hanya seorang diri, ada tiga orang asing yang Marsya tidak mengenal. Dua pria dan satu wanita.
“Sini sayang, Mama kenalan sama teman Mama.”
“Bentar Ma, Marsya letak tas kebelakang dulu.” Marsya memang membawa perlengkapan kegiatannya hari ini, Marsya meletakkannya ke belakang kemudian menghampiri Mamanya di ruang tamu dan duduk di sebelah Mamanya.
“Sya kenalin ini teman Mama yang Mama bilang kemarin. Ini tante Selvy temannya Mama, ini suaminya Om Ardi dan yang terakhir ini namanya Arga.” Marsya tersenyum dan menyalam satu persatu yang disebutkan Mamanya. Saat ingin menyalam Arga entah mengapa Marsya jadi dingin padahal saat teman Mamanya Marsya masih bisa tersenyum.
“Marsya lebih cantik ketemu langsung daripada di foto atau di TV.” Marsya tersenyum menanggapi Tante Selvy Mamanya Arga.
“Habis pulang kerja ya Marsya?” Kali ini Om Ardi Papanya Arga yang bertanya.
“Iyaa om habis ada pemotretan tadi daerah Kemang.” Marsya masih menjawab dengan senyuman sedangkan Arga hanya diam saja.
“Gimana sayang kamu mau kan di jodohkan sama nak Arga?” Marsya yang di tanyakan seperti itu hanya diam dia gatau mau menjawab apa. Semua ini serba tiba-tiba baginya.
“Di coba dulu Tante, di jalani dulu saling kenal jangan langsung di ambil keputusan gitu. Kalau kita udah coba dan cocok mungkin bisa berlanjut.” Kali ini Arga yang menjawab pertanyaan Mama Marsya dengan tersenyum. Marsya yang mendengarnya menghela nafas.
“Iya Marina di jalanin dulu. Tapi aku yakin kalau anak kita akan bersama.” Mama Arga meyakinkan Mama Marsya.
“Yasudah kalau begitu, kalian coba dulu ya nak Arga.” Arga tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
“Sepertinya Marsya kecapekan pulang kerja bagaimana kalau malam ini cukup sampai sini saja. Setidaknya mereka sudah saling mengenal.” Papa Arga menyeruakan pendapatnya.
“Yasudah kalau begitu kami pulang dulu ya Marina, nak Marsya kami pamit dulu kamu istirahat yang cukup ya.” Marsya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Mamanya Arga memeluk Marsya dengan hangat, perasaaan Marsya ada rasa nyaman didalam pelukan itu.
Marsya dan Mamanya mengantar tamu mereka ke pintu depan dan mereka saling pamit satu sama lain, setidaknya hari ini bisa di lewati oleh Marsya tapi entah untuk kedepannya apakah dia bisa melewatinya juga sama seperti hari ini.