BAB 1
Hari senin adalah hari yang menyeramkan bagi banyak orang, banyak yang tidak menyukai hari senin karna mereka akan kembali sibuk dengan aktivitas mereka masing- masing, menunggu waktu saat weekend itu sangat lama. Hal itu juga yang sedang dialami oleh Marsya Angelista si gadis cantik beSyambut panjang yang memiliki mata hitam seperti kopi.
Marsya seorang artis yang memiliki paras cantik tetapi sederhana, gadis yang baik hati tetapi introvert terutama tentang kehidupan pribadinya. Sebagai publik figure hal ini sangat tidak mungkin, tapi Marsya bisa mengatasi itu karna Marsya hanya ingin dikenal sebagai Marsya yang memiliki prestasi bukan sensasi, dan akhimya dia mampu membuktikannya.
Marsya sangat sukses dalam pekerjaannya sebagai pemain film, karna hal ini Marsya sudah banyak mendapatkan penghargaan. Dari umur 15 tahun Marsya sudah terjun ke dunia hiburan hingga sekarang umurnya sudah 28 tahun.
“Sya, ayo pulang untuk hari ini selesai.” Marsya yang mendengar Fani manager sekaligus sahabatnya mengajaknya pulang dia langsung membuka mata yang dari tadi di pejamnya karna meSyasa lelah.
“Udah lo langsung pulang aja, gue pulang sendiri aja bawa mobil. Gue tau lo kangen kan sama Evan? " Marsya tersenyum jahil kepada Fani, Fani menertawakan ucapan Marsya.
"Aaaa tau aja lo Sya, okedeh kalau gitu lo hati-hati ya. Gue duluan, bye. Salam sama Ibu Negara ya." Fani melambaikan tangannya sambil pergi meninggalkan Marsya. Marsya tersenyum mendengar Fani menyebutkan Ibunya dengan sebutan Ibu Negara.
Marsya bangkit dan membawa tasnya dan segaera pamit kepada timnya. Marsya selalu bilang tempatnya bekerja itu adalah timnya. Marsya memasukkan tas yang dibawanya tadi ke bagasi mobil. Kemudian Marsya menuju rumahnya, Marsya tidak ingin memakai sopir karna dia ingin mandiri, dia cuma punya Fani sebagai managerya dan satu asisten.
Tapi hari ini asistennya tidak bisa menemani Marsya karna sedang sakit. Marsya sampai di rumahnya selama menempuh perjalanan 45 menit. Marsya mengambil tasnya yang di bagasi kemudian membawanya masuk ke dalam. Rumah ini adalah dari hasil kerja keras Marsya yang diberikannya lima tahun lalu saat Mamanya berulang tahun.
“Marsya,"
“Loh mama belum tidur? Kok tumben”
“Nungguin kamu” Marsya tersenyum kemudian menghampiri Mamanya dan memeluk Mamanya. Marsya meletakkan kepalanya di bahu Mamanya dan mencari kenyamanan.
“Maaf ya ma kalau Marsya sibuk akhir-akhir ini. Nanti Marsya minta libur deh biar bisa quality time sama mama.” Mama Marsya tersenyum dan menepuk lengan Marsya,
“Jangan di paksain Mama ngerti kok.”
“Oh iya ma lusakan Mama ulang tahun, Mama minta kado apa?"
“Kamu yakin bisa kabulin permintaan Mama?”
“Marsya usahain ma, emang Mama maunya apa?" Kali ini Marsya sudah menatap Mamanya.
“Kamu mau ya mama kenalin sama anak teman Mama?" Marsya melepaskan pelukan Mamanya dan menatap Mamanya dengan sendu.
“Lagi ma? Udah dong ma, selama ini Marsya udah mau dikenalin sama semua anak teman Mama tapi akhirnya tetap ajakan.”
Ini bukan yang pertama Mamanya Marsya meminta Marsya untuk berkenalan dengan teman Mamanya, apalagi kalau bukan masalah jodoh. Sudah ada lima pria yang akhirnya gagal. Tapi kali ini Mama Marsya berusaha kembali untuk mengenalkan Marsya dengan pria lain.
“Itu kesalahan kamu juga, kamu terbuka sedikit jangan terlalu tertutup dan dingin sayang.”
“Marsya memang kayak gini ma, kalau emang mereka ga bisa terima Marsya apa adanya ya udah berarti mereka bukan yang terbaik buat Marsya.”
Marsya memang sangat tertutup dan dingin sekali apabila itu berhadapan dengan pria. Dia sama sekali tidak pernah tertarik berteman dekat dengan pria, termasuk lawan mainnya. Hanya sekedar saja bagi Marsya, tetapi Marsya mempunyai satu pria yaitu Dimas yang menjadi sahabat Marsya sejak kecil. Hanya Dimas seorang yang sangat dekat pada Marsya.
Bukan karna Marsya tidak normal atau tidak tertarik dengan pria. Tetapi karna suatu hal hingga akhirnya Marsya memutuskan untuk tidak membuka lagi hatinya kembali pada pria dan hal itu tidak bisa dia sampaikan kepada Mamanya. Karna Marsya ga ingin Mamanya sedih karna hal itu.
“Sayang please kali ini saja ini yang terakhir. Mama yakin kali ini yang terbaik buat kamu. Kamu coba kenal dulu, dekat dulu kalau pada akhirnya kalian tidak cocok yasudah Mama bisa apa, setidaknya kenalan dulu ya sayang?” Marsya menghela nafas.Marsya sangat tidak ingin sekali apabila Mamanya sudah membahas masalah ini.
“Maaf Ma, Marsya ke kamar dulu ya. Marsya capek banget. Good night Ma.” Marsya mencium pipi Mamanya dan kemudian naik ke lantai dua untuk masuk ke kamarnya. Mama Marsya menatap Marsya dengan sedih.
Marsya menjatuhkan dirinya telentang di tempat tidur dan menatap langit-langit kamarnya sambil berpikir. Apa yang harus di lakukan, apakah dia harus kembali menerima saran dari Mamanya? Jujur dia sangat tidak bisa menolak permintaan Mamanya tapi dia capek, belum ada sedikit pun dipikirkan oleh Marsya mengenai hal ini.
Tapi Mamanya selalu mendesaknya untuk berhubungan dengan pria kemudian menikah. Lalu Marsya harus bagaimana sekarang? Apa yang harus dilakukan Marsya? Marsya berpikir keras hingga akhirnya Marsya tertidur.