Pevita memperhatikan gerak-gerik pria itu dalam diam. Melihat intens dengan kepala yang dipenuhi banyak tanya. Kenapa, ada apa, bagaimana semua bisa terjadi padanya? Ada cerita apa di balik hadirnya seorang Thalia ke dalam kehidupan pria itu? Apa itu berhubungan dengan apa yang pernah dikatakan pria itu padanya dulu? Apa itu berhubungan dengan sikapnya yang sedingin es ini? “Apa wajah saya lebih menarik daripada kanvas di depan kamu?” Pertanyaan yang dilontarkan Gara tersebut membuat kesadaran Pevita kembali. Tapi dia masih tidak mengalihkan perhatiannya dari wajah pria tersebut. Hal itu jelas membuat Gara memicing tajam padanya. “Fokus pada kanvas di depan kamu. Goreskan pensil memakai hati di atas kanvas tersebut.” Pevita mencibir mendapatkan teguran tersebut. Lantas seperti apa yang d