Pevita berdiri di depan rumah Gara sejak lima menit lalu. Dia tidak berani mengabari Gara bahwa dirinya sudah tiba, atau sekadar membunyikan pagar supaya orang rumah menyadari keberadaannya. Kecupan malam tadi begitu membekas di benak. Dia hampir tidak bisa tidur semalaman, membayangkan betapa gilanya yang dia lakukan kala itu. Dan tepat sekali, Pevita mengatakan bahwa dia akan tetap datang hari ini. Oh, sial. Dia mengatakannya di ambang kesadaran. Sekarang, saat dirinya sadar seutuhnya, Pevita merasa malu setengah mati. Apa yang akan dikatakan dirinya pada Gara hari ini? Bagaimana dia akan bersikap? Haruskah dia berpura-pura semuanya tidak terjadi? Oh, tidak-tidak. Jika dia bersikap demikian, Gara juga akan melakukan hal yang sama. Artinya, kecupan itu tidak akan ada maknanya lagi. Dan i