“Adek…” bisik Dhika tepat di depan mulut Nas yang terkunci rapat. Wajah Nastiti merah menahan nafas, sementara cairan kristal kembali mengaliri matanya yang sembab. Pemandangan itu berhasil membuat Dhika memejamkan mata sesaat, berusaha menenangkan diri dari segala emosi yang muncul ke permukaan. Entah sudah berapa banyak cairan kristal itu mengalir selama empat tahun ini. Entah sudah berapa banyak rasa sakit yang menimpa wanita yang dia kasihi. Dan sialnya, itu semua berasal dari dirinya, dari kebodohan yang Dhika lakukan di masa lalu. Bibir Nastiti yang bergetar membuka, menggumamkan permohonan dengan begitu pilu, “Aku mohon lepaskan aku…” Dhika mendesah kecil, mencoba melepaskan beban hatinya yang sungguh berat. Dimata Nastiti, Dhika tetaplah lelaki agresif yang menakutkan, bah