“A –A –Apa yang kamu lakukan di sini!?” seru Nas dengan netra yang membulat. Pria itu menunduk, menghunjam Nas dengan tatapan dingin dan wajah tanpa ekspresi. “Makan siang.” Jawab Dhika. Pundak Nas bergerak turun saat mendengarnya. Mulutnya menganga lebar-lebar. “Kamu memiliki makanan yang lengkap di tempatmu!” Nas masih ingat seberapa lengkap dan bahkan seberapa harum makanan yang tersaji di ruang kerja Dhika. “Tapi kamu tidak ada di sana.” Jawab Dhika. Suaranya rendah dan datar, namun matanya memberi peringatan. Entah peringatan macam apa, yang jelas Nas tidak mengerti maksudnya. Nas mendengus seraya bergeser untuk pergi meninggalkan kantin yang sungguh hening. Hanya saja, tangan lelaki itu meraih kedua pundaknya dan menahan Nas agar tetap berada di tempat. “Waktunya makan si