Dhika hendak melangkah mendekat, “M –Maaf…” ujarnya pada Nastiti yang sesenggukan. Bukannya menjawab, Nastiti justru melarikan diri secepat kilat. Wanita itu memasuki ruang karyawan dan menutup pintu hingga berdebam keras. “Maaf, maaf! Seenak jidat Lo minta maaf! Pergi Lo dari sini! Pergi…” rekan kerja Nastiti menarik kerah leher Dhika, menyeret lelaki itu ke luar minimarket dengan seluruh kekuatan yang tersisa. Netra Dhika menatap nanar pada pintu yang tertutup rapat, ada rasa kehilangan yang membuat hatinya berlubang. Lubang yang sangat besar. Saking besarnya, seluruh kuduk Dhika berdiri, hatinya berdentum-dentum tak terkendali. Dentuman rasa bersalah yang bercampur aduk dengan obsesi yang semakin besar di saat bersamaan. Dhika benar-benar sudah dikuasai oleh keinginan yang