Gadis itu hanya tersenyum dan memasukkan sejumlah uang –beserta surat pink ke dalam kotak uang. Dhika menahan nafas setiap kali melihat apa yang wanita itu lakukan pada suratnya yang berharga. Kedua tangan putra pertama Atmajaya itu mengepal, mengumpulkan keberanian untuk meminta. “Jangan lupa dibaca ya?” pinta Dhika sungguh-sungguh. Nastiti mengangguk, wajahnya bersemu. “Iya, Nanti kalau sudah jam istirahat.” Dhika memaklumi sikap professional Nas selama bekerja, lalu tersenyum dan berpamitan dengan sangat canggung. Berlama-lama Dhika menatap Nas sebelum berpaling pergi. Hatinya berdesir. Rasa asing, seolah tak rela berpisah dengannya mulai menguasai. “Chubby, besok saya harus ke London selama beberapa hari. Tunggu saya pulang, ya. Tunggu pertemuan kita selanjutnya, ya.” “A