Wanita itu menghilang. Dhika sudah mencari ke seluruh sudut perusahaan, tapi tak menemukan batang hidungnya dimana-mana. Pak Lek, bahkan seluruh orang kepercayaannya sudah dikerahkan untuk mencari wanita itu, tapi mereka pun tak mendapatkan apa-apa. “Ke mana kamu, Sayang?” Di tengah kebingungannya, Bertubi-tubi pikiran buruk menghinggapi Dhika tanpa simpati. Apakah wanita itu masih ragu? Dan malah semakin ragu? Bahkan setelah semua bujuk rayu? Bahkan setelah mengatakan “Ya, aku mau.” Apakah rasa takut akan komitmen dan laki-laki telah mendorongnya untuk melarikan diri, membebaskan beban hati yang terus memberati? Dadaa Dhika terasa dihantam bola besi yang beruncing tajam, “Itu semua karena salahku. Karena kebodohanku…” lirih hatinya. “Dhika, kenapa terlihat panik begini?” Tanya B