“Buka topengmu! BUKA TOPENGMU, PEMERKOSAa!!!” Jeritan itu menggelegar, mengagetkan semua orang yang ada di ruangan, bahkan Teh Arina, Kakak Ipar Nas, dan Mbak Wiwin yang ikut membantu persiapan acara lamaran itu pun berlari dari dapur ke ruang tamu dengan panik. “BUKA!! BUKA!!!” Jerit Nas berkali-kali. “A –Adek… S –Saya…” Dhika terbata-bata. Matanya Nanar, mulutnya tak mampu berkata lebih banyak dari biasanya. Gadis yang terbiasa halus dalam bertindak, lembut dalam berkata dan sopan dalam bersikap itu kehilangan kendalinya. Ia terus memukul-mukul Dhika, mencakar lelaki itu hingga berdarah akibat tertancap kukunya. “Kamu menghancurkan hidupku! Kamu menghancurkan hidupku! Kamu tidak pantas hidup! Kamu hanya iblis jahat yang memanfaatkan seseorang yang membutuhkan pertolongan! Menga