Layaknya pebisnis oportunis yang matanya langsung hijau saat melihat peluang keuntungan, Dhika pun berlaku sama dalam urusan percintaannya. Hidupnya tidak jauh-jauh dari untung atau rugi. Ambil atau tidak. Buang atau simpan. Cepat atau lambat, atau tidak sama sekali. Begitulah bagaimana Papah maupun Eyang mengajarinya dalam menilai segala sesuatu yang muncul dalam hidupnya. Jadi, saat melihat kesempatan itu hadir dalam sebuah kesempitan yang tak dinyana-nyana, Dhika segera meraupnya, mengikatnya, dan mengklaim satu-satunya wanita yang dia impikan sepanjang hidupnya. Nastiti. Wanita impiannya. Dhika memanfaatkan kesempatan itu sesegera mungkin, walau harus berbohong dengan mengatakan bahwa orang tuanya sedang berada di kota yang sama, walau ia tahu Nas terlihat sedikit terpaksa dan