47. DHIKA! - Menunggu Seumur Hidup, Bukanlah Apa-Apa

1365 Kata

Dhika terpaku melihat dua orang yang sedang berjabat tangan di depannya. Matanya terasa panas, pertanda cairan kristal bening itu akan membuncah dari bendungannya. Setelah sekian banyak usahanya untuk membujuk, bahkan memberi iming-iming bahwa hal ini dilakukan tidak hanya untuk memperbaiki hubungan kedua keluarga, namun juga untuk memperbaiki hubungan Mamah dan Papah yang goyah setelah kenyataan masa lalu itu terungkap, akhirnya Papah menyetujui permintaan Dhika untuk datang ke rumah sakit dan meminta maaf pada keluarga Susilo. Sudah lebih dari seminggu Mamahnya marah dan enggan berbicara dengan Papah, bahkan beliau sedang mempertimbangkan perpisahan. Mamah merasa dikhianati dan dikecewakan saat mengetahui kenyataan bahwa lelaki berkuasa itu telah mengusir Abah Susilo dan Ambu Rosa denga

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN