Nastiti berdiam diri selama satu jam di sofa ruang tamu rumah keluarga Radit yang nyaman dan empuk. Wanita itu bergerak-gerak gelisah, kedua tangannya terpaut dan saling meremas satu sama lain. Sesekali tangan itu terlepas untuk menyeka keringat dingin yang mengalir di pelipisnya yang basah. Gigi bagian atasnya menggigit bibir bawah berkali-kali hingga rasanya kebas dan sedikit terluka. Tanpa perlu berkata apa pun, seluruh tubuhnya sudah memancarkan sinyal ketakutan, rasa rendah diri, tak nyaman dan gentar. Apalagi selama satu jam ini, tidak ada satu pun dari anggota keluarga Radit yang muncul untuk menemuinya. Baik ibunya, ayahnya, adiknya atau sekedar pembantu pun tak muncul untuk menawarkan segelas teh atau air sama sekali. Sejak tadi calon suaminya itu rajin bolak balik antara ruan