CHAPTER: 3

1585 Kata
Aku tahu perasaan ini salah, Tapi aku lebih memilih menyimpan perasaan ini karena aku tak sanggup mendapat penolakan darimu ~Darrel Geonino Harianja~ Nevada dan Darrel berjalan keluar dari ruangan dokter, dokter mengatakan luka di kepala Nevada hanya luka kecil dan tak perlu dirawat, cukup diperban dan diberikan obat saja. Nevada sendiri senang mendengar ucapan dokter tersebut, mengingat ia tak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit. "Itu tadi mantan calon suami kan?" "Ehm." Walaupun sudah tahu jawabannya, namun Darrel tetap bertanya karena ia ingin tahu reaksi wanita itu saat ia menyebut tentang pria itu. Darrel memberanikan diri menggenggam tangan Nevada, Nevada yang terkejut langsung menatap mata Darrel lalu ke pegangan tangan pria itu. "Kondisimu masih lemah, saya takut kamu tiba-tiba pingsan di sini." "Saya enggak selemah itu kok." Nevada langsung melepaskan pegangan tangan tersebut lalu berjalan ke arah tempat penebus obat, Darrel memutar mata jengah melihat keras kepalanya seorang Nevada. Darrel pun mengejar Nevada dan berdiri di belakang wanita itu yang sedang menebus obat tersebut. "Totalnya berapa suster?" "Lima ratus ribu Bu." Nevada mengangguk mengerti, lalu hendak mengambil uang di saku celananya namun gerakan tangannya terhenti saat tatapannya tertuju pada Darrel yang sedang sibuk menatap orang berlalu lalang. Senyum miring terbit di bibir Nevada, ia lalu menyenggol bahu Darrel membuat pria itu menatap ke arahnya. "Bayar!" "Bayar apa?" "Itu obatnya." Nevada menunjuk ke arah plastik berisi obat yang ada di meja, suster tersebut pun terlihat tak masalah menunggu pasangan ini membayar obatnya karena terlalu sibuk memandangi wajah tampan Darrel. Darrel memutar mata jengah melihat sifat matre Nevada, tadi menolak dipegang tangannya tapi saat berurusan dengan uang malah menempel padanya. "Itu kan obatmu, kau bayar saja sendiri." Nevada menatap tak percaya pada Darrel yang menolak bayar apalagi pria itu dengan angkuhnya mengalihkan pandangannya ke arah lain, Nevada pun langsung memukul meja di depannya membuat semua orang memandang ke arah dirinya dan Darrel. Walaupun tangannya sakit, tapi Nevada senang karena bisa membuat pria itu kesal dengan kelakuannya. Ia pun langsung mengubah ekspresi bahagia di wajahnya menjadi sedih dan memulai dramanya. "Astaga Darrel, aku ini hanya gadis polos dan lugu tapi kau berusaha menodai diriku bahkan saat aku menolak, kau tak segan melakukan kekerasan padaku. Sekarang kau tak ingin membayar perbuatan kau dengan menebus obat saja! Aku ini gadis miskin Darrel!" Setetes air mata palsu keluar dari kelopak mata Nevada, bahkan wanita itu sengaja bicara dengan nada tinggi agar semua orang yang ada di lorong rumah sakit itu bisa mendengar ucapannya. Untuk kedua kalinya dalam sehari dan karena wanita yang sama, Darrel kembali mendapat tatapan menghujat dan amarah dari orang sekitar. "Besok daftar ke agensi film, kau sangat cocok jadi aktris." "Kau benar, aku akan coba." Setelah mengatakan hal itu, Darrel langsung membayar obat Nevada sedangkan Nevada berubah menjadi tersenyum manis. Darrel langsung menarik tangan Nevada keluar dari rumah sakit karena ia merasa orang-orang di rumah sakit bisa saja menghabisinya setelah mendengar ucapan penuh kebohongan dari wanita ini. "Kau ingin ke mana?!" Darrel berteriak saat melihat Nevada malah berubah haluan bukannya ke parkiran malah ke arah kantin, sedangkan Nevada malah memberi kode agar Darrel ikut dengan gerakan jari telunjuknya lalu melanjutkan langkah kakinya tanpa menunggu Darrel mengikutinya. "Wanita ini sangat merepotkan, lagi pula kenapa aku harus peduli pada pasangan hubungan satu malam?" Berbeda dengan ucapannya, Darrel malah mengikuti langkah Nevada dan lihat saja wanita itu sudah memesan makanan lalu duduk nyaman di kursi sambil menyantap makanan berupa mie goreng, batagor, dan minuman es teh. Darrel pun langsung duduk di depan wanita itu, ia tidak percaya wanita dengan tubuh langsung bak model ternama ternyata suka sekali makan. Baru tadi pagi makan, dan ini belum siang wanita itu sudah makan lagi dengan porsi yang tak sedikit. "Kau lapar atau rakus?" "Aku anggap itu pertanyaan bukan sindiran, aku lapar dan rakus." Nevada terlihat sangat santai menjawab pertanyaan dari Darrel yang biasanya untuk para wanita adalah pertanyaan yang memalukan, namun menurut Nevada biasa saja. Darrel sendiri hanya geleng-geleng kepala melihat cara makan Nevada yang terburu-buru dan tak anggun seperti wanita yang biasa ia temui, Nevada yang sadar di tatap oleh Darrel pun membalas menatap Darrel dengan senyum lebar di bibirnya. "Kau mau?" "Tidak, aku tidak lapar." "Bagus lah, aku pun tak mau berbagi makanan denganmu." "Lalu kenapa kau menawarkan padaku?" "Hanya untuk basa-basi saja, lagian kau menatapku seperti orang kelaparan saja." Tawa Nevada pecah saat melihat ekspresi kesal di wajah tampan Darrel, para pengunjung menatap risih ke arah Nevada saat mendengar tawa Nevada yang sangat menganggu namun wanita cantik itu tak peduli dan terus tertawa. Darrel yang sadar akan tatapan pengunjung langsung membekap mulut Nevada, sedangkan Nevada malah menggigit telapak tangan Darrel dengan ekspresi kesal karena aksi tawanya diganggu. "Jangan tertawa terlalu kencang Nevada." "Biarkan saja, lagi pula apa tertawa dilarang?" "Terserah dirimu." Setelah itu Nevada hanya diam memakan batagor dan mie gorengnya, tak peduli dengan lingkungan sekitar apalagi tatapan datar pria itu. Dalam hitungan menit, makanan itu lenyap dan berpindah ke perut rata wanita itu. Darrel terkejut saat tiba-tiba saja Nevada menggenggam tangannya yang ada di atas meja, saat tatapan keduanya bertemu, saat itu juga Darrel tahu kalau ada udang di balik batu apalagi melihat tatapan sok polos di manik mata berwarna cokelat madu itu. "Kau mau menyuruhku bayar lagi?!" "Tidak, aku bisa membayarnya sendiri." "Lalu ini apa?" Darrel menatap kesal pada ibu jari Nevada yang mengusap-usap punggung tangannya dengan lembut, bukannya menyingkirkan tangannya dari tangan Darrel, Nevada malah mencium punggung tangan Darrel namun pria itu langsung menarik tangannya dengan ekspresi jijik yang dibuat-buat. "Langsung katakan saja apa yang kau inginkan, tidak perlu bersikap sok manis." "Kau memang pintar Darrel, aku ingin bertanya apa kau punya teman yang kaya raya, tidak perlu tampan yang penting kaya dan umurnya tak terlalu jauh dariku." Darrel tak menyukai topik pembicaraan Nevada, bahkan ia langsung menatap tajam ke arah Nevada namun Nevada yang memang tidak peka terhadap sekitar malah memasang wajah memohon dan melanjutkan aksinya untuk mencari penopang hidupnya yang mapan. "Tak apa sudah menikah, lagi pula kau tahu kan maksud diriku. Aku bisa menjalan hubungan affair, bisakah kau kenalkan aku pada teman-temanmu? Tenang saja aku tak akan meminta bayaran yang mahal, yang penting cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Tolong aku Darrel, kau tahu kan aku pergi dari rumah dan tanpa membawa apa pun termasuk ijazah pendidikan diriku jadi .... "CUKUP!" "Kenapa kau membentakku?! Kalau memang tak mau bantu, tidak apa tapi tak perlu berteriak seperti itu bodoh!" Nevada yang kaget saat mendengar Darrel membentaknya pun ikut bicara dengan nada tinggi dan membentak yang lagi-lagi membuat mereka menjadi pusat perhatian. "Aku tak punya teman!" "Bohong! Tidak mungkin kau tak punya teman, pasti kau punya! Tolong diriku Darrel!" Darrel menghela nafas kasar saat melihat betapa kekeuh seorang Nevada ingin mencari pria kaya untuk dijadikan penopang hidupnya, kenapa wanita itu terus saja mencari, apa wanita itu tak melihat ada dirinya di depan wanita itu yang bisa dijadikan sasaran empuk. "Kenapa kau tidak meminta aku saja jadi penopang hidupmu?" "Tidak mungkin." Belum ada satu menit, Nevada langsung menolak pertanyaan Darrel sambil menggelengkan kepalanya. Darrel sendiri bingung dengan reaksi Nevada yang sangat berbanding terbalik saat meminta dirinya mencari penopang. "Darrel, kau tahu saat mengingat betapa ganasnya istrimu saja mampu membuatku mundur secara perlahan-lahan, mana mungkin berpikir menjadikan kau penopang hidupmu?" "Kalau tak mau, tidak apa-apa. Kau pikir aku butuh dirimu?!" Darrel yang sudah kesal dan untuk menutupi rasa malunya karena penolakan Nevada langsung berdiri setelah meninggalkan selembar uang berwarna merah di atas meja untuk membayar makan Nevada, untung saja wanita itu tak melihat uang selipan di dompetnya sehingga masih ada uang untuk membayar obat dan makan. Nevada langsung mengejar Darrel, ia tak boleh kehilangan berlian seperti Darrel. "Darrel tunggu!" "Darrel jangan tinggalkan aku sendiri bodoh!" Darrel tetap berjalan tanpa peduli dengan teriakan Nevada, cukup satu penolakan dari wanita itu. Darrel bukan tipe pria yang mengejar wanita, tapi wanita yang mengejarnya namun Nevada malah menolak tawaran menggiurkan darinya. "Darrel aku mau jadi simpanan kamu!" Darrel mengusap wajahnya dengan kasar saat mendengar teriakan nyaring dari wanita itu yang mampu membuatnya sangat malu, apa wanita itu tak malu mengatakan ingin menjadi simpanan di tempat umum dengan suara yang sangat memekakkan telinga. Bukannya merasa malu, Nevada malah lanjut berlari ke arah Darrel lalu memeluk pria itu dengan sangat erat. Jangan mengira Nevada menyimpan rasa pada Darrel, hatinya sudah mati sejak perselingkuhan calon suaminya dengan adiknya sendiri. Nevada membutuhkan Darrel untuk menunjang hidupnya sampai ia mapan dan bisa berdiri sendiri, lagi pula Darrel juga memanfaatkannya untuk nafsu pria itu. "Darrel, kau ini mesin uangku. Jangan pernah pergi dariku, aku mau jadi simpananmu walaupun nantinya aku akan terluka lagi karena istrimu, tidak apa-apa yang penting aku bisa melanjutkan hidup." Darrel sendiri hanya diam, tak membalas atau menolak pelukan Nevada. Entah kenapa Darrel tak suka mendengar ucapan frontal dari bibir Nevada saat mengatakan tentang hubungan mereka, padahal ia sering mengatakan hal yang serupa pada wanita lain bahkan lebih kejam agar mengerti posisi mereka sebagai pemuas nafsu saja, namun saat Nevada mengerti hubungan mereka, Darrel malah tak menginginkan hal itu. Namun untuk menyelamatkan harga dirinya dan menyembunyikan perasaan sialan dalam hatinya, Darrel mendorong Nevada dengan cukup kasar namun wanita itu masih bisa tersenyum manis dan tak tersinggung sedikit pun. "Iya, kau harus menjadi pemuas nafsu yang baik untukku agar aku bisa menjadi mesin uangmu." "Baik kapten." Nevada langsung hormat di depan Darrel, menandakan bahwa ia mengerti. Tak ingin jadi pusat perhatian, Darrel langsung melanjutkan jalannya dan meninggalkan Nevada di belakang. Nevada langsung mengejar Darrel, lalu menggandeng tangan Darrel saat sudah berada di samping Darrel.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN