Bab 5: Cinderella Tanpa Cermin

1015 Kata
"Menjual kamu ke pak ustadz?" tanya Leo dengan wajahnya yang bingung, "maksud kamu apa, Tania?" tanya Leo yang benar-benar tak paham dengan maksud Tania itu. "Kenapa jadi bapak yang bingung sih! Seharusnya saya yang bingung, kenapa juga bapak tanya ke saya dan bilang kalau saya mau nikah dengan pak ustadz? Jadi istri ke empat lagi!" kata Tania kesal. "Loh? Bukannya kamu mau diajak bu Hani buat ke tempat pak ustadz?" tanya Leo. "Terus kalau aku diajak ke sana itu apa aku akan dinikahkan dengan pak ustadz lalu jadi istri ke empatnya?" tanya balik Tania. "Terus apa donk? Kata bu Hani kamu mau ke sana itu karena itu berhubungan dengan kejomloan kamu yang sudah menyatu dengan jiwa kamu," kata Leo. Menyatu dengan jiwa? Kenapa gak sekalian bilang salam satu jiwa kayak supporter arema? Bu Heni berjalan mendekat ke arah Leo dan Tania yang terlihat berdebat. Sebenarnya hal tersebut sudah biasa terjadi pada Tania dan Leo. Mereka berdua memang sangat suka sekali berdebat tentang pekerjaan. Tania adalah tipe perempuan yang gak mau salah. Tapi emang bukankah perempuan itu makhluk yang gak mau disalahkan? "Kalian berdebat apa, sih?" tanya bu Heni kepada Leo dan Tania yang sama-sama terlihat kesal satu sama lain. "Ini, bu, masak pak Leo mau nikahkan saya sama pak ustadz yang sudah punya istri!" kata Tania kesal. Bu Hani mengerutkan kening kala Tania bicara seperti itu. "Menikahkan kamu?" tanya bu Hani dengan bingung. "Bukankah ibu tadi bilang ke saya kalau ibu mau bawa Tania ke ustadz dan itu berhubungan dengan kesendirian Tania selama ini?" tanya Leo. Mendengar itu otomatis bu Hani tertawa sangat lebar. Ia tak menyangka sama sekali kalau Leo salah paham. "Saya mau bawa Tania ke pak ustadz itu karena saya mau ngeluarin jin yang bersemayam di tubuhnya," kata bu Hani. "Jin?" ulang Leo dan Tania tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya itu. "Iya!" jawab Bu Hani serius. "Aku gak kesurupan, Bunda!" kata Tania kesal. "Lah tadi kamu bilang mau dilamar sama jin?! Terus muka kamu pulang kerja jutek terus! Bunda kan takut kalau kamu itu ketempelan sama jin!" kata Hani. Mendengar itu Leo tertawa kecil, kini ia sadar hal apa yang sedang terjadi. "Tenang aja bunda, dia bakalan nikah sama jin yang bunda senengin," kata Leo. Tania menoleh dan menatapnya dengan sangat kesal. "Bapak ini! Bapak itu yang kayak jin! Datang gak dijemput pulang gak dianter," kata Tania. "Tania! Bunda gak pernah ngajarin kamu buat bersikap gak sopan, ya!" kata Hani yang langsung membuat Tania diam seribu bahasa. "Kalau bunda lihat kamu debat sama pak Leo soal pekerjaan, itu bunda anggap kalau kalian lagi meeting, lagi pula Bunda baru kali ini denger suara kamu yang kesel kayak gitu ke pak Leo!" kata Hani. Tania ingin cerita, tapi ia menahannya sekuat tenaga. Ia tak ingin Hani tahu masalah yang sedang ia hadapi. "Maaf bunda, maaf pak Leo," kata Tania akhirnya. "Dimaafin," kata Leo. "Syukurlah, kalau gitu bunda mau ke dapur siapin makan malam. Nak Leo ikut makan malam, kan?" tanya Hani. "Wahh sayang sekali, Bunda, Leo gak bisa ikut malam ini. Mungkin lain kali. Kedatangan Leo ke sini untuk nyapa anak-anak sama mau berikan ini ke Tania," kata Leo seraya menyerahkan paper bag hitam yang dari tadi dipegangnya ke Tania. Tania menerima paper bag itu dan membuka isinya. Isinya dress merah beserta lingerie dan bh yang juga berwarna merah. Tania melotot heran. Ia menoleh ke arah Leo dengan tajam. "Apa maksudnya ini, pak?" tanya Tania heran dan geram. Leo mendekat dan berbisik, "gara-gara ini takdir kebersamaan kita dimulai. Tenang aja, itu semua barang baru dan ORI kok. Kamu bisa buang atau simpan, hanya saja aku ingin kamu ingat kejadian hari ini semua berawal dari apa yang ada di dalam paper bag itu," bisik Leo pelan. Tania menutup matanya dan merasa dunianya sangat absurd sekali. Sama seperti dunia Leo yang sudah sangat absurd. *** Tania harus memakai make up untuk bagian bawah matanya dengan lebih jelas agar lingkaran hitam matanya tak nampak. Semalam ia tak bisa tidur dan hanya memandang paper bag itu dengan ratusan hembusan napas yang sangat berat. Jujur saja ia tak bersemangat untuk bekerja dan bertemu dengan Leo serta bu Sarah. Bagaimana bisa ia menikah dengan Leo? Ia ingin mengundurkan diri dari perusahaan, tapi tiba-tiba ia sadar kalau ia masih butuh uang dan belum pernah nemuin perusahaan yang memberinya gaji sangat fantastis seperti di Surya Grup. "Lo kayak panda," sapa Riri padanya. Riri adalah teman sesama profesinya sebagai sekretaris, bedanya ia melayani tuan yang berbeda dan juga berada satu lantai di bawah lantai Tania kerja. "Apa karena gue imut kayak panda makanya ada bos yang naksir gue?" tanya Tania pelan dan narsis. Riri yang sedang minum kopi panas di gelas kertas itu langsung tersedak dan tertawa. "Bos naksir lo? Oke deh, gue maklum, siapa sih yang gak naksir sama pesona bos Leo?" tanya Riri dengan geleng-geleng kepala. "Kalau ada orang yang sangat biasa menikah sama orang kaya itu namanya ...." "Cinderella gak punya cermin," jawab Riri yang membuat Tania menoleh ke arahnya. "Kenapa bawa-bawa cermin?" tanya Tania. Riri mendesah, "jaman kayak gini dapat jodoh itu ya sesuai standart diri, sayangku. Gak mungkin banget bos besar itu suka sama cewek-cewek yang kayak kita. Gak level dan gak nyambung," kata Riri. "Trus lo komunikasi sama Pak Geri pake bahasa batin, gitu?" tanya Tania. "Gak gitu juga, lo dan gue ini cuma sekretaris mereka, dan gak mungkin kita bakalan mereka nikahi," kata Riri mencoba realistis. "Gue pikir-pikir nih, ya, Ri, kalau sebenernya apa sih bos itu kalau tanpa kita? Kita yang atur jadwal mereka sedemikian mungkin loh, bahkan kadang kita ikut nimbrung mereka meeting, ngasih masukan dan bahkan ngerjain apa yang mereka pinta, dua puluh empat jam non stop," kata Tania. "Itu lo, bukan gue. Gue akuin, lo itu kayak kiblatnya bos Leo. Bahkan nieh ya, gue pikir lo emang cocok buat pak Leo. Cuma ya, itu ...." "Apa?" "Gue gak yakin aja keluarga besar pak Leo terima lo karena latar belakang lo," kata Riri. Tania diam. Tania jadi berpikir sejenak. Ia berpikir ucapan Riri benar adanya. Jika Sarah setuju bukan berarti seluruh jajaran direksi yang kebanyakan adalah saudara Leo, juga setuju.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN