"Sebentar, saya saja yang buka," ujar pria berkemeja hitam, memberi kode pada sang istri tetap diam. Ghina menyipitkan mata, bibirnya manyun. "Aku bisa sendiri, Mas. Aku juga punya tangan, tahu!" protesnya, mengatakan ia juga bisa mandiri. Zalman acuh, masih sibuk membuka sabuk pengaman yang melintang ditubuh sang istri. Hembusan napas pria itu membuat Ghina meneguk savilanya, gugup. "Melayani istri itu pahalanya berlipat ganda, Sayang," ucap Zalman sosok yang sedari tadi terus tersenyum, bahagia. "Semakin kamu bahagia, semakin dilancarkan segala urusan yang saya kerjakan," sambungnya. "Saya mau semua tindakan saya menjadi ladang pahala untuk kita berdua, agar bisa ke surga bersamamu, kelak." Zalman mendekat, mengecup kening Ghina dengan lembut, mengusap pipi chubby milik wanitanya. B