Alaric Zalman Maheer, pria berparas tampan yang memandang kota diatas gedung perusahaannya terperanjat kaget. Rokok elektrik yang berada di tangannya sampai terjatuh begitu saja. "Se-sebentar!" sosok itu tercekat, gemetar dengan pernyataan yang barus aja menyentuh indranya. "Apa katamu tadi, Ghina? Saya rasa telinga saya salah dengar." Dari balik gawai, Ghina terdengar melantunkan tawa. Zalman mengusap wajahnya kesal karena hal itu. Bisa-bisanya wanita yang ia cintainya bersikap demikian pada keadaan genting. "Sa-saya serius, Ghina. Saya mendengar mu—" Mendadak Zalman menghentikan kalimatnya. Matanya terbuka lebar. Sadar bahwa sepertinya tidak perlu memperjelas hal tersebut dari balik ponsel pintar itu, Zalman bergegas. "Mendengar apa?" goda Ghina, berpura-pura penasaran untuk menge