Seperti janji Bobby kemarin, sekarang di pagi yang masih sangat pagi. Begitulah Bobby menyebutnya, keduanya berjalan pelan sambil bertengkar kecil.
"Jangan buat aku kesal!" marah Andrea, karena Bobby sedari tadi terus menganggunya.
"Kita sepertinya terlalu pagi. Lihat, belum ada yang bangun!" Bobby memperhatikan sekitarnya.
"Yah, hanya kita yang cukup aneh untuk jalan-jalan dikegelapan!" gerutu Andrea yang memang sudah badmood.
"Jangan marah-marah. Tidak baik untuknya!"— tegur Bobby, di melirik perut andrea yang masih agak datar, tapi sudah memiliki benjolan, karena baru berusia dua bulan. —"Sayang, Mommy galak sama Daddy, kamu pasti belain Daddy 'kan?"
Andrea memutar bola matanya malas, di tahu Bobby hanya sedang memprovokasinya. Tapi karena merasa geli dan sebutan Mommy and Daddy, dia benar-benar tidak habis pikir. Sebutan itu tidak cocok.
"Jangan pengaruhi dia. Kau akan membawa pengaruh buruk untuknya!" omel Andrea melirik sinis sang suami.
Bobby cemberut. Andrea sedang dalam suasana hati yang buruk. Semua karena dia terlalu bersemangat, sehingga membangunkan Andrea dan mengajaknya jalan pagi, padahal jalanannya saja masih gelap.
"Kau mau kugendong?" Bobby menawarkan diri, dia akan gila kalau Andra akan marah-marah sepanjang jalan.
"Sia-sia aku bangun pagi, jika berakhir dengan kau gendong. Mending tidur di rumah!" Andrea menjawab kesal, dia berjalan meninggalkan Bobby yang menghentikan langkahnya.
"Kenapa semuanya jadi salah?" Bobby mengusap dadanya agar tetap sabar. Ingat, wanita itu mengandung anaknya!
Setelah meyakinkan dirinya agar tetap tabah, Bobby berlari menyusul langkah istrinya. Dia sekarang sudah berada di sampingnya lagi.
"Tidak masalah. Yang penting kau mendapatkan kualitas udara yang baik. Udaranya cukup segar bukan? Ayo naik!" Bobby berjalan cepat, kemudian berjongkok di depannya.
Andrea tidak menolak dan langsung naik ke punggung Bobby. Tentu membuat Bobby terkejut, karena tidak menyangka akan secepat itu.
Bukankah tadi dia menolak dengan kesal?
"Kau terakit ringan. Makanlah lebih banyak, ibu hamil biasanya akan mengalami kenaikan berat badan bukan?" Bobby tidak tahu pasti, tapi berdasarkan artikel yang dibacanya, ibu hamil harus memenuhi nutrisi yang cukup untuknya dan bayi. Jadi rata-rata ibu hamil akan mengalami kenaikan berat badan.
"Bodoh! Aku masih dalam fase mual. Kau sok tahu sekali. Lagi pula aku tidak ada rencana jadi gendut!" Andrea berbicara pelan dari samping telinga suaminya. Cukup nyaman jalan-jalan dengan digendong seperti itu.
"Kenapa? Gendut bagi ibu hamil itu bagus!" Bobby masij begitu percaya dengan apa yang dibacanya.
"Kau yakin? Maka jangan harap kau bisa melirik wanita-wanita sexy di luaran sana!" Andrea memukul pelan pundak Bobby.
"Kenapa, kau cemburu. Wah, jangan bilang kau sudah mencintaiku!" Bobby memutar tubuhnya, sehingga Andrea memegang lehernya kuat karena takut.
"Jangan bertingkah! Aku bisa jatuh!" Andrea melayangkan protes.
"Tidak akan!" jawab Bobby yang sudah berjalan dengan langkah normal.
Keduanya hanya diam. Menikmati kesunyian, karena mungkin orang-orang masih nyenyak di dalam selimut.
Hingga agak jauh, Bobby memutuskan untuk berbalik. Sedangkan Andrea masih di gendongannya. Keduanya sepakat, besok akan jalan pagi saat matahari mulai muncul. Sebagai bentuk tanggung jawab, Bobby menggendong istrinya sampai rumah.
"Lihat, mataharinya akan muncul!" Bobby menunjuk pada rona cahaya di sebelah timur.
Karena diperkotaan, mereka hanya bisa melihat rona merahnya saja, sebelum akhirnya naik agak tinggi. Karena tertutup oleh rumah-rumah.
"Di perumahanku, aku biasanya menemui penjual bubur keliling. Tapi di perumahan ini hanya dapat mobil-mobil tetangga yang melintad!" Andrea agak rindu dengan suasana rumahnya.
"Yah, karena di perumahanmu, memiliki taman. Beberapa penjual diijinkan masuk. Sedangkan di sini hanya ada deretan perumahan yang terpisah jalan. Jelas, hanya orang-orang perumahan yang bisa masuk. Dan tamu yang telah dikonfirmasi oleh petugas.
Bobby juga dulu tidak suka dengan lingkungan ini. Karena sama sekali tidak memiliki interaksi antar penghuni. Bahkan mungkin setiap orang tidak akan tahu siapa penghuni rumah di depannya. Mereka hanya keluar-masuk kawasan tanpa peduli siapa yang tinggal di sekitarnya.
Akan tetapi itu juga bagus, dia tidak perlu menjadi bahan pembicaraan tentangga, saat pulang larut malam. Atau gosip-gosip lainnnya. Mereka hanya hidup tanpa ikut campur urusan orang lainnya.
"Sayang, kau harus memandikanku sebagus gantinya!" Bobby meminta imbalan atas kebaikannya.
"Kau tidak boleh pamrih. Lagi pula, kau sendiri yang menawarkan!" Andrea tersenyum malu, dia tahu Bobby hanya menggodanya saja.
Keduanya akhirnya sampai di rumah. Langsung menuju dapur untuk minum. Andrea minta dibuatkan jus buah juga.
"Ah, lain kali kita harus membawa minum!" ujar Bobby yang benar-benar kehausan.
"Yah, rasanya seperti ikan yang keluar dari wajah!" Andrea menyamakan mereka seperti Ikan.
"Kau induk ayam. Kenapa jadi ikan!" Bobby mengingatkan, dan dia mendapatkan pukulan di lengannya.
Menghabiskan satu gelas jus jambu biji, Andrea naik ke kamarnya untuk mandi. Berpikir Bobby sudah selesai dari tadi, karena sudah lama sejak dia naik ke atas.
"Aahhhh, Bobby m***m!" teriak Andrea kesal juga malu, karena saat membuka kamarnya, dia melihat pemandangan Bobby tanpa sehelai kain di tubuhnya, sedang mencari pakaian di lemari.
Bobby hanya melirik sekilas. Karena dia tidak marasa harus malu. Bahkan dengan sengaja memperlambat gerakannya.
"Kenapa kau tidak berganti di kamar mandi, juga kau tidak mengunci pintunya!" Andrea mengomel dengan wajah memerah malu.
"Karena aku ingin kau melihatnya. Dia sangat ingin memasukimu!" ucap Bobby vulgar, semakin membuat istrinya malu.
"Bobby sialan! Jangan bicara m***m seperti itu!" Andrea tidak tahan jika harus berbalik dan menutup matanya dengan tangan, dia memilih untuk keluar dari kamar, saat seseorang sudah lebih dulu menariknya dalam pelukan.
Andrea terkejut, dia membuka matanya, saat melihat smirk di wajah Bobby. Dia menahan d**a telanjang Bobby agar tidak teralih dekat. Tapi karenanya, dia malah seperti tersengat listrik saat menyentuh kulitnya yang dingin, karena sehabis mandi. Matanya saling bertatapan, saat Bobby dengan sengaja meniup wajahnya.
"Jangan berpikir jorok. Coba saja lihat wajah mesummu itu!" Bobby sengaja meledek, membuat Andrea mengamuk karena malu.
Bobby tertawa, dia tidak melepas Andrea. Malah semakin memegangnya erat. Mendekatkan wajahnya.
"Jangan bergerak. Kau bisa membangunkan sesuatu dibawah sana!" bisik Bobby memprovokasi.
"Pervert! Aku mau mandi!" Andrea merasa jantungnya berdegup kencang, dia yakin wajahnya saat ini pasti akan semerah tomat.
Bobby sangat suka melihat istrinya yang malu-malu, dia gemas dan mencuri ciuman cepat di bibirnya. Melihat mata istrinya melebar, dia makna semakin senang dan menambahkan ciuman lagi di sana.
Andrea baru bereaksi dengan menjerit dan berusaha mendorongnya lagi. Dia kesulitan mengendalikan perasaan asing yang kini dia rasakan.
"Oke, berikan aku ciuman terakhir. Maka aku akan melepaskanmu!" Bobby hanya diam sambil menahan pinggang Andrea. Membiarkan istrinya itu mengambil gerakan lebih dulu.
"Bobby!" keluh Andrea yang sangat malu."
"Apa, sayang?" Bobby menjawab dengan suara lembut.
Andrea mengernyit keningnya mendengar nada manis dari bibir suaminya. Dia memalingkan wajah karena melihat Bobby tersenyum menggoda.
"Aku suamimu. Jangan malu, bahkan saat kau menciumi seluruh tubuhku, itu juga tidak masalah!" jelas Bobby agak berlebihan.
Andrea mendengus. Dia melihat keseriusan di wajah Bobby. Karenanya, dia meyakinkan dirinya kalau mencium laki-laki di depannya bukan hal yang memalukan.
Bobby merasa senang, saat Andrea mulai melihat pada bibirnya. Dan wanita itu juga mulai mendekati bibirnya.
Benda kenyal itu hanya menempel, tapi mampu menggetarkan keduanya. Andrea menempelkan bibirnya, tapi juga menariknya cepat. Sebelum itu, Bobby sudah menahan belakang kepalanya.
Awalnya Bobby hanya memiringkan wajahnya. Tangannya menahan kepala Andrea agar tidak menjauh. Akan tetapi itu hanya awalnya saja, sebelum Bobby berani bertindak lebih jauh lagi dengan melumat benda kenyal itu mesra.
"Jangan bicara padaku!" teriak Andrea yang langsung berlari menuju kamar mandi, begitu Bobby melepaskannya.
Di dalam kamar mandi, dia memegang dadanya. Jantungnya seperti akan melompat kekuar.
"Bobby sialan!" Andrea melompat-lompat karena perasaan senang yang tidak bisa dia jelaskan.
Bobby yang baru selesai mengenakan bajunya, dia mendengar Andrea memakinya.
"Aku salah apa lagi?"