12

1104 Kata

POV Pram "Pram, ayah mau bicara," kata ayah mertua setelah Fatih ditangani dokter. Kasihan anak itu, harus mengalami cedera di kepalanya cukup parah karena ulah bundanya sendiri. Ada apa sebenarnya denganmu, Nay? Aku menggeleng bingung. Nay tak pernah bersikap seperti itu sebelumnya. Kuikuti langkah Ayah menjauhi area rumah sakit, berjalan dengan ayah di depan menuju taman Merdeka. Kami duduk di bangku besi di bawah rimbunan pohon, dengan semilir angin yang berembus perlahan membelai wajah. Cocok untuk menentramkan pikiran. Tapi, aku tetap tak bisa tenang. Bagaimana kalau gangguan yang dialami Nay semakin parah? Setelah kuceritakan tentang keanehan Nay pasca melahirkan, dokter mengatakan agar Nay rutin kontrol ke psikiater. Aku menghela napas berat. Tentu, itu butuh biaya tak sedikit.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN